Yesus marah karena Bait Allah yang seharusnya dijadikan sebagai tempat doa dan penyembahan berubah menjadi pusat perdagangan, dimana keserakahan, ketidakjujuran, dan persaingan merajalela. Yesus marah karena manusia  mempedagangkan, memperjualbelikan,  dan menjadikan nama Allah sebagai intrik untuk mencari keuntungan. Dengan menerima serta menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam ekaristi Kudus, diri kita telah menjadi Biat Allah diamana Allah tinggal dan berdiam. Sebagai bait Allah yang hidup, kita harus menjaga kekudusannya dari segala dosa, ketidakjujuran, persaingan, egoisme,  keserakahan dll. Agar tubuh kita menjadi tempat yang pantas bagi kediaman Allah. Oleh karena itu, Allah memberi kepada kita sepuluh perintah Allah. Agar dengannya kita mampu menjaga kekudusan diri kita masing-masing. Hidup yang demikian tidak lah mudah dan bagi sebagian orang  adalah suatu sandungan dan kebodohan. Karena dengan demikian kita harus mau dan rela berbeda dari dunia. Namun sama seperti salib, apa yang dianggap sebagai kebodohan dipakai Allah sebagai jalan keselamatan. Demikian juga dengan kita, meski menjaga kekudusan hati, jiwa, dan diri dianggap "ga zaman", kita percaya hal itu akan membawa keselamatan. Masa prapaskah ini merupakan kesempatan yang besar bagi kita untuk menjaga diri dari segala keserakahan dan nafsu dengan berpuasa, berdoa, dan berbagi kasih. SEMOGA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H