Mohon tunggu...
Alam TukhotMakabe
Alam TukhotMakabe Mohon Tunggu... Mahasiswa - BIARAWAN

Biarawan dari Ordo Kapusin. Saat ini sedang menjalani program S2 Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Katekese: Makna Perayaan Ekaristi

10 Juni 2023   17:18 Diperbarui: 10 Juni 2023   17:20 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Poto: pesankasihdarisurga.blogspot.com)

Ekaristi berasal dari kata 'eucharistein' yang berarti ucapan terima kasih kepada Allah.  Ekaristi dapat dipahami sebagai kurban pujian dan syukur kepada Allah Bapa atas segala kebaikanNya di dalam segala sesuatu. Kurban pujian ini dinaikkan oleh Gereja kepada Bapa melalui Kristus: oleh Kristus, bersama Dia dan untuk diterima dalam Dia.

Dalam ekaristi, Kristus hadir secara riil/nyata dan substansial. Di dalamnya Kristus Tuhan dihadirkan, dipersembahan, dan disantap, serta melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Ekaristi adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan Kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus. Tubuh, Darah, Jiwa, dan ke-AllahanNya nyata hadir dalam rupa roti dan anggur. Substansi roti dan anggur lenyap dan digantikan dengan kehadiran Yesus.

Ekaristi merupakan sumber dan puncak kehidupan Kristiani karena di dalamnya terkandung seluruh kekayaan rohani Gereja, yaitu Kristus sendiri.  Pada perjamuan malam terakhir, Yesus menetapkan Ekaristi sebagai tanda kenangan akan misteri paskahNya. Dalam setiap perayaan ekaristi, peristiwa paskah tersebut kembali dihadirkan serta dirayakan dalam kehidupan Gereja.

Kurban salib Kristus terjadi satu  kali untuk selamanya. Kristus adalah Imam sekaligus kurban. Ia telah  mengurbankan diriNya satu kali untuk  selama-lamanya. Kurban yang satu dan sama tersebut dihadirkan  kembali oleh kuasa  Roh Kudus  dalam  setiap perayaan ekaristi. Kristus jaya atas maut, karenanya Misteri PaskahNya tidak terbenam dalam peristiwa masa lampau, tetapi dihadirkan  secara  nyata  pada  saat  ini. Misteri Paskah tersebut dihadirkan secara baru dalam  liturgi sakramental.  Dengan  demikian, Ekaristi menjadi kenangan hidup akan Misteri Paskah dan akan segala karya agung yang telah dilakukan oleh Tuhan bagi umatNya dan sekaligus harapan  nyata akan perjamuan abadi di surga.

Dengan menyantap Komuni Kudus, umat beriman semakin dipersatukan dengan Yesus Kristus. Di dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan imam mempersembahkan diriNya kepada Allah Bapa dengan  kehadiranNya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan diriNya sebagai santapan spritual kepada umat beriman yang menggabungkan diri dalam persembahanNya

Dalam ekaristi, seluruh umat beriman dipersatukan dalam satu Tubuh, yaitu Gereja. Ekaristi memperkuat kesatuan dengan Gereja yang telah dimulai pada saat pembabtisan. Kesatuan itu mencakup Gereja yang masih berziarah di dunia, Gereja yang sudah jaya di Surga dan Gereja yang masih dimurnikan di dalam api penyucian.  Sakramen ekaristi merupakan sakramen  kasih sayang, tanda kesatuan dan ikatan cinta yang secara penuh dialami bersama oleh semua orang beriman di dalam Kristus.

Umat Allah yang diundang/dipanggil masuk dalam perjamuan kudus memperoleh tugas sebagai utusan. Mereka dipanggil dan diutus sebagai pewarta sabda Allah bagi banyak orang (lih. Mat 28:19-20) dan untuk tinggal dalam kesatuan dengan Gereja yang didirikan-Nya (lih. Yoh 17:20-21). Sebab kesatuan  kasih dengan sesama saudara, sebagai satu tubuh adalah bukti iman kita kepada Tuhan. Iman dan kasih bukan semata-mata hubungan relasi setiap pribadi dengan Allah, tetapi relasi bersama sebagai satu tubuh.  Ekaristi mendorong setiap umat beriman untuk terlibat dan peduli akan orang-orang miskin dan papa. Perjumpaan dengan mereka membawa umat beriman pada pribadi Yesus yang miskin dan dekat dengan orang miskin.

Sakramen ekaristi berdasar pada penetapan ilahi dan diteruskan dari tradisi gereja perdana. Dalam gereja perdana, perayaan perjamuan kudus ini tidak pernah terlepas dari kesatuan dengan para rasul dan jemaat. Tradisi inilah yang senantiasa dilestarikan oleh dan dalam gereja Katolik. Perjamuan  itu dipercayakan oleh Kristus kepada para rasulNya dan para rasul meneruskannya dalam gereja. Komuni kudus itu merupakan persekutuan dengan Tubuh Kristus dan tubuh mistik Kristus (yakni GerejaNya) yang didirikan di atas rasul Petrus. Keselamatan adalah kehendak Tuhan bagi semua orang (1 Tim 2:4) yakni agar kita semua dipersatukan dengan Kristus  sebagai Kepala segala  sesuatu (Ef 1:10). Karena itu, keselamatan bukan hanya urusan setiap pribadi dengan Kristus, tetapi relasi seluruh umat dengan Kristus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun