Sebelum dipermuliakan oleh Allah, Yesus berdoa kepada Bapa bagi kesatuan dan kesejahteraan umat beriman. Seperti Bapa dan Putra adalah satu, demikian hendaknya kita menjadi satu.  Hal ini menunjukkan bahwa sejak semula Allah senantiasa menginginkan kebahagiaan bagi manusia. Meskipun disalibkan oleh manusia, Yesus tetap mencintai kita. KasihNya tidak pudar oleh segala derita yang Dia terima karena kita. Malah sampai saat-saat terakhir Yesus di dunia, Dia tetap memperhatikan  kita. Kristus menginginkan agar kita bersatu dan sehati sejiwa seperti yang ditampakkan oleh para rasul, Maria, dan murid yang lain dalam bacaan pertama.
Dalam membangun kesatuan itu dibutuhkan pengorbanan setiap anggotaNya. Patut disadari bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan senantiasa berdampak dan mempengaruhi orang lain. Untuk itulah Rasul Petrus pada bacaan kedua menasihati kita agar tidak malu berbuat baik tetapi sebaliknya malulah ketika berbuat jahat. Jangan bangga karena berhasil melakukan hal buruk, tetapi menangislah ketika tidak mampu melakukan yang benar. Perbuatan baik akan membangun kesatuan sedangkan perbuatan buruk akan merongrong kesatuan.Â
Sebelum melakukan sesuatu, mari terlebih dahulu merenungkan konsekuensinya bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai mahluk sosial dan religius, kita tidak boleh hanya memikirkan diri dan kesenangan sendiri. Malah, terkadang kita harus mengekang diri demi kebaikan bersama. Sebab kebebasan yang kita miliki tidak pernah menjadi "suka-suka". Namun kebebasan kita senantiasa terikat dan bertanggungajwab. SEMOGA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H