Pada Minggu Palma yang lalu, kita mengenangkan peristiwa Yesus disambut dan dielu-elukan di Yerusalem bagaikan seorang raja. Kamis Putih ini, kita mengenangkan peristiwa Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Peristiwa ini dilaksanakan menjelang atau sebelum Paskah, pengkuhuman, dan penyaliban Yesus. Â Yesus menegaskan bahwa apa yang Ia lakukan merupakan teladan bagi para murid. Pemberian nyawa secara sukarela merupakan ekspresi kasih yang tertinggi. Yesus mengasihi para muridNya secara komplit atau sempurna.
Dengan tindakanNya, Yesus melayani para muridNya. Perjamuan malam terakhir dan pembasuhan kaki menyatakan arti kematian Yesus. Penderitaan dan kematian Yesus mengandung makna pelayanan. Dalam pembasuhan kaki, Yesus  dihadirkan sebagai pelayan.  Secara simbolis mencirikan penderitaan dan kematian sebagai karya pelayanan. Praktek  ini mendorong kita bahwa hidup sampai mati adalah untuk melayani. Para murid harus saling melayani mulai dari sekarang.
Makna pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus atas murid-muridNya baru akan diketahui setelah kematian dan wafat Yesus di salib. Perkataan  Petrus , "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?", intinya bukan pada kaki yang menjadi objek untuk dibasuh, tetapi pembalikan peranan sebagai pelayan. Protes Petrus bukan pertama-tama atas tindakan Yesus, tetapi kerelaan untuk menerima tugas pelayanan itu, bahwa ia juga harus melakukan hal yang sama kepada sesama. Petrus menyadari bahwa tugas pelayanan itu membutuhkan sikap pertobatan.
Yesus memberi perintah baru untuk saling mengasihi, bahwa tidak ada cinta yang lebih besar daripada cinta seseorang yang memberikan nyawa untuk para sahabatnya. Pelayanan adalah ekpresi cinta yang paling dalam. Dalam melayani ada pemberian diri secara total. Inilah kunci untuk memahami arti mengapa Petrus menolak pelayanan Yesus. Â Pelayanan ini ada dalam situasi persahabatan bukan keharusan. Pemberian diri Yesus merupakan tindakan persahabatan.
Yesus menyimbolkan cintaNya kepada para murid sampai mati dengan tindakan melayani. Penyebutan "sahabat" dan bukan "hamba" membuat para murid tidak merasa lebih rendah karena peranan dan posisi sosial. Yesus tidak menempatkan diriNya lebih tinggi dari para murid tetapi sungguh-sungguh sama.
Inilah perendahan diri Yesus di hadapan para murid. Demikian juga mencuci kaki adalah tindakan dimana bahkan para budak tidak diharuskan melakukannya. Dengan mencuci kaki para muridNya, Yesus mengatasi dengan cinta ketidaksamaan yang ada. Â Cinta harus diungkapkan dalam pelayanan. Relasi Yesus dan para rasul adalah cinta persaudaraan. Perbedaan yang ada diatasi dengan semangat pelayanan yang adalah penyataan cinta pemberian diri.Â
Pelayanan yang kita lakukan bagi sesama merupakan partisipasi dalam tindakan Yesus yang berusaha mengubah mentalitas dan struktur masyarakat yang berdosa menuju pola hidup baru yakni persahabatan sejati yang terwujud dalam pelayanan yang gembira. Setiap kita ambil bagian di dalamnya dalam cara dan panggilan kita masing-masing. Pekerjaan baik sekecil apapun akan menjadii sumbansih bagi terciptanya kerajaan Allah yang penuh kasih dan persaudaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H