Mohon tunggu...
Alam TukhotMakabe
Alam TukhotMakabe Mohon Tunggu... Mahasiswa - BIARAWAN

Biarawan dari Ordo Kapusin. Saat ini sedang menjalani program S2 Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Yesus Adalah Tuhan, Dia Tidak Mungkin Mati di Salib

2 April 2023   22:12 Diperbarui: 2 April 2023   22:21 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                      (Sumber Poto: www. youtube.com)

Apakah Yesus sungguh-sungguh wafat di salib? Jika Yesus benar-benar wafat di salib maka Yesus bukanlah Allah. Sebab Allah tidak mungkin mati. Namun jika Yesus tidak mati, Yesus juga adalah manusia biasa. Sebagai manusia, Yesus sama seperti kita, yakni dilahirkan dari seorang perempuan dan mengalami kematian badan. Lalu, bagaimanakah hal itu dapat diterangkan?

Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. KeAllahan dan kemanusiaan bersatu di dalam diriNya. Sebagai manusia biasa, Yesus dilahirkan dari seorang perempuan dan mengalami kematian. Itu adalah bukti solidaritas Allah bagi kita. Allah ingin merasakan hidup sebagai manusia. Bedanya adalah Yesus tidak berbut dosa. Dosa dan kehendaknya tidak berkuasa atas Yesus. Sedangkan kita senantiasa dikuasai oleh kecenderungan untuk berbuat dosa. Setiap dari antara kita pasti terbelenggu oleh dosa. Ketidakberdosaan tersebut adalah salah bukti keAllahan Yesus.

Karena dosa tidak ada dalam diriNya, maka tubuh Yesus tetap utuh meskipun sudah mati. TubuhNya tidak dikorupsi atau dihancurkan oleh dosa. Berbeda dengan kita manusia, ketika mati tubuh kita akan hancur. Hal itu diakibatkan karena selama hidup, manusia senantiasa jatuh dalam dosa. Dosa membuat tubuh manusia menjadi rapuh.

Yesus menjanjikan kebangkitan bagi orang beriman pada akhir zaman. Kebangkitan bukan hanya roh tetapi juga raga. Manusia yang utuh terdiri dari jiwa dan badan. Tidak ada manusia tanpa badan dan sebaliknya tidak ada manusia tanpa jiwa. Keduanya harus ada agar disebut benar-benar manusia. Kitapun akan dibangkitkan dengan jiwa dan badan.

Badan kita yang hancur tersebut akan dipulihkan sehingga kita memperoleh tubuh yang baru. Sama seperti Yesus, tubuh kita yang baru itu berbeda dari tubuh sebelumnya. Itulah sebabnya Gereja senantiasa berdoa bagi jiwa-jiwa orang yang mati. Kita percaya dan berharap dengan segala doa-doa yang kita panjatkan, dosa-dosa orang yang meninggal dihapuskan dan dimurnikan oleh Allah. Maka ketika Yesus datang sebagai hakim yang adil pada akhir zaman, semua orang ditemukan layak.

Pada Sabtu Suci, Yesus masuk ke dalam dunia orang mati. Di sana Yesus mewartakan kabar gembira serta memberi kesaksian bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal sebelum datangNya Kristus. Jika mereka percaya bahwa Yesus dalah Mesias, maka mereka juga akan mengalami kebangkitan yang sama pada akhir zaman. Dengan pemahaman demikian, roh nenek moyang kita yang belum mengenal Kristus akan selamat jika mereka percaya pada kesaksian Yesus.

Berkat daya kekuatan Allah yang ada dalam diri Yesus, maka pada hari ketiga Yesus pun bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan adalah bukti yang tidak terbantahkan tentang keAllahan Yesus. Yesus bangkit dengan tubuhNya ketika di dunia, namun dengan keadaan yang baru. Artinya, meskipun tubuh Yesus tetap sama, namun tubuhNya tersebut berbeda dari sebelumnya. Dengan demikian sungguh jelaslah Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan manusia. Ketika bangkitpun Yesus tetap mengenakan tubuh manusiawiNya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun