(Sumber Poto: wartakota.tribunnews.com)
Minggu Palma yang kita rayakan menandai dumulainya Pakan Suci. Yesus disambut dan dieluelukan bagai seorang raja. Yesus memang adalah seorang Raja tetapi bukan raja duniawi seperti yang dipikirkan orang-orang Yahudi. Sekaligus juga menunjukkan penderitaan Yesus semakin dekat. Ia datang bukan sebagai seorang raja duniawi yang gagah perkasa, tetapi dengan kesederhanaan, lemah lembut, dan kerendahan hati. Dengan menungangi keledai, Yesus menandaskan bahwa Ia datang untuk membawa damai dan bukan pertentangan. Justu hal itulah yang nanti ditunjukan-Nya di Yerusalem.
Dalam keadaannya sebagai manusia, Allah telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Sama seperti Hamba YHWE, berkat kelembutan hati-Nya, Yesus tidak memberontak dan tidak berpaling dari segala penderitaan yang dialamiNya. Ia memberikan punggung-Nya kepada orang-orang yang memukul-Nya, dan memberi pipi-Nya kepada orang yang mencabut janggut-Nya. Ia tidak menyembunyikan muka-Nya ketika Ia dinodai dan diludahi.
Kematian Yesus di Salib adalah lambang kedamaian. Wafat Yesus mendamaikan dosa seluruh dunia. Justru dari kelembutan tersebut, yakni Yesus membalas perbuatan manusia dengan kasih, akan mengubah hidup manusia. Yesus mengajarkan kita bahwa dunia hanya dapat diubah dan diperbaiki dengan kelembutan dan cinta. Kekerasan dan tangan besi hanya akan menciptakan keburukan dan dosa. Berkat karya-Nya itu gemparlah seluruh Yerusalem dan seluruh dunia. Semoga kelemah-lembutan senantiasa menyertai hati kita, sehingga kita dapat mengubah dunia menjadi lebih baik sejak saat ini dan di sini. Â SEMOGA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H