Psikiater sudah mempersiapkan sebuah pertanyaan untuk pasangan muda-mudi itu. Rania dan Rofi, sepasang kekasih yang memperdebatkan siapa yang psikopat di antara mereka. Rania ngotot bahwa kekasihnya itu mengidap gangguan kejiwaan.
"Dia ini gila, Dok!" protes Rania kepada psikiater di hadapan mereka.
"Tidak! Dia yang abnormal, Dok!" Rofi tidak mau kalah.
"Baik, baik. Tenanglah kalian." Pinta sang psikiater.
"Aku sudah mempersiapkan sebuah pertanyaan untuk kalian. Dari situlah aku akan mengetahui kejiwaan kalian."
"Ayo mulai, Dok." ujar Rania.
"Begini.. Ada sepasang kakak beradik. Sang kakak sangat menyayangi adiknya. Suatu hari ibu mereka meninggal dan dimakamkan. Pada hari pemakaman itu, mereka bertemu dengan seorang pemuda tampan. Mereka jatuh cinta pada pemuda itu. Sayangnya mereka tidak tahu siapa pemuda tampan itu. Mereka tidak mengenalnya. Selang beberapa bulan kemudian, sang adik meninggal. Ia dibunuh oleh kakaknya. Nah, bila kalian berada di posisi sang kakak, kira-kira apa alasan kalian membunuh sang adik?"
"Aku? Kalau aku menjadi si kakak, paling-paling alasannya hanya karena berebutan cinta pemuda tampan itu, Dok." Rofi memberikan jawabannya.
"Lalu bagaimana denganmu, Rania?" Tanya sang psikiater.
"Kalau aku menjadi si kakak, aku membunuh adikku itu karena ingin bertemu lagi dengan pemuda tampan itu. Itu alasanku. Aku rela melakukan apapun agar bertemu dengan pemuda itu lagi."
Menteng, 2010
Pertanyaan yang diajukan kepadaku oleh seorang kawanku, Ervana.