Mohon tunggu...
Alain Frost
Alain Frost Mohon Tunggu... -

part time writer, full time dreamer, full heart volunteer.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Animal Rationale, Kebinatangan Manusia dan Kemanusiaan Binatang

22 Agustus 2010   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Putih!" Lasmi berusaha menyergahku tapi sia-sia.

Aku menerjang Masrul, kucakar-cakar wajahnya, lalu kugigit salah satu kakinya. Masrul sempat panik. Ia berlari ke arah kamar tidurnya. Ia mengambil senapan laras panjang yang selama ini ia simpan di dalam lemari pakaiannya. Katanya untuk jaga-jaga dari tamu tidak diundang, maling atau perampok misalnya. Lalu ia menarik pelatuknya.

DOR! senapan laras panjang ditembakkan ke arahku. Peluru timah panas dan tajam tepat mengena tubuhku. Aku terhempas dan jatuh tersungkur di lantai.

"Putih!" Lasmi menjerit histeris.

Masrul segera lari dari rumah. Demikian pula dengan dua orang lonte yang tadi dibawanya. Aku tidak tahu ke mana mereka akan pergi, aku tidak tahu apakah Masrul akan memuaskan nafsu seks liarnya bersama mereka di tempat lain, atau membatalkannya karena tragedi ini. Aku tidak tahu dan aku tidak mau tahu. Tubuhku melemas. Rasa-rasanya semakin gelap saja. Mataku berat, hingga akhirnya tertutup, tetapi bulu-buluku dapat merasakan sentuhan lembut dan pelukan Lasmi. Lasmi memelukku. Ia menangisi keadaanku. Aku paling tidak suka dengan adegan seperti ini.

"Jangan mati, Putih..." Lasmi terus menerus mengulang kata-kata itu.
"Ah, Lasmi, maafkan aku. Andai saja bisa, aku ingin mengatakannya padamu bahwa aku sangat mencintaimu, Lasmi.." kataku pada Lasmi, tetapi suara yang terdengar di telinga Lasmi hanyalah lolongan panjang seekor anjing biasa sepertiku.

Cilincing, 21 Mei 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun