Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wow…Dahsyatnya Kecerdasan Emosional Kompasianer Alan Budiman Dalam Membela Pakde Kartono dan Ifani

21 September 2015   14:51 Diperbarui: 26 September 2015   17:06 4185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Komentar Penghinaan Alan Pada Usi"][/caption]

Kasus Pakde Kartono akhirnya benar-benar membelah kompasianer. Bagi mereka yang selama ini memproklamasikan dirinya sebagai murid Pakde Kartono, inilah kesempatan untuk membuktikan pada Pakde Kartono bahwa mereka murid-murid yang loyal dan berbakti.

Lihat saja, cara pembelaan mereka yang hampir seragam. Siapapun yang mengkritisi foto Gayus bersama Ifani dan Vita akan mendapatkan stempel sebagai hater, iri, dengki dan pembunuh karakter Pakde Kartono dan Ifani. Bagi murid-murid Pakde Kartono sepertinya gelar Kompasianer of the Year 2015 adalah segalanya.

Padahal hampir semua kritikus sepakat bahwa masalahnya bukan gelar Kompasianer of the Year 2015, tapi mengapa seorang Gayus, koruptor kakap pengemplang pajak rakyat yang seharusnya mendekam di Penjara Sukamiskin selama 30 tahun tiba-tiba bisa kopdaran secara bebas bersama Ifani dan Vita di sebuah restoran mewah di Jakarta. Anehnya, para pembela Pakde Kartono justru melakukan pembelaannya dengan cara ngawur dan membabi buta. Ada yang menggunakan senjata hater, ada juga yang menggunakan jurus “gak penting siapa yang nulis yang penting tulisannya”.

Jelas antara yang dikritik dan yang dibela berbeda. Gak nyambung blas…Para kritikus lebih mendasarkan pada hati nurani mengapa koruptor kelas kakap seperti Gayus bisa bebas berkeliaran kopdaran di restoran mewah dilengkapi dengan fasilitas dengan HP dimejanya, sementara pembela Pakde Kartono lebih menonjolkan emosi dan gelar kompasianer semata.

[caption caption="Komentar Penghinaan Alan Pada Usi"]

[/caption]

Dan dahsyatnya lagi, Kompasianer Alan Budiman yang selama ini memproklamasikan dirinya sebagai seorang analis berani mengumbar caci maki dan menghina seorang perempuan di Kompasiana hanya untuk membela Pakde Kartono dan Ifani.

Sangat wajar jika para wanita merasa tersakiti dengan penghinaan Alan. Ya, bagi saya menanggapi komentar penghinaan dan pelecehan Alan Budiman pada Usi Saba Kota hanya cukup dengan dua kata memalukan sekaligus menjijikan. Bagiaman mungkin seorang anak laki-laki yang lahir dari rahim seorang ibu, tega menghina korban pelecehan hanya karena ingin membela Pakde Kartono dan Ifani.

[caption caption="Profil Alan Budiman"]

[/caption]

Komentar Alan Budiman Pada Usi Saba Kota menunjukkan wajah asli seorang Alan Budiman yang selama ini ditutupi dengan topeng kesantunan. Bahkan saking santunnya, Presiden Jokowi pun sampai terkesima dan mengundang Alan Budiman untuk makan bersama di Istana. Sungguh kecerdasan emosinya sangat luar biasa…Semoga Pak Jokowi mau membaca komentar Alan Budiman pada Usi Saba Kota dan bersedia mengundangnya kembali ke istana.

Wah...jangan-jangan ada yang menuduh saya iri sama Alan karena gak diundang Presiden Jokowi makan-makan di istana. Yuk makan siang bareng, lesehan sambil melihat aksi Kemenkumham menyikapi Gayus yang bisa berkeliaran di Jakarta ditemani 2 wanita matang manggis yang masih kinyis-kinyis...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun