Karena masih ada dualisme ditubuh Persebaya dan Arema, Piala Presiden nyaris batal karena Mahaka Sports selaku promotor tidak kunjung mendapatkan rekomendasi BOPI. Padahal, tanpa rekomendasi BOPI dipastikan Polri tidak akan memebrikan ijin keramaian. Dan tanpa ijin keramaian dari Polri maka pertandingan tidak bisa dilaksanakan. Akhirnya setelah berdebat cukup panjang, BOPI mengeluarkan rekomendasi digelarnya Piala Presiden dengan syarat Persebaya harus berganti nama sedangkan untuk Arema Cronous tidak diperkenankan sebagai penyelenggara pertandingan.
Dengan pergantian nama Persebaya menjadi Persebaya United maka secara otomatis Persebaya United merupakan klub yang baru lahir dan tidak ada hubungannya dengan Persebaya 1927. Selama ini dunia maya dan media online dihebohkan dengan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh BONEK yang menolak keikutsertaan Persebaya dalam turnamen Piala Presiden. Bahkan BONEK “mengancam” akan menduduki asset Mahaka di Jawa Timur jika tetap mengikutkan Persebaya dalam turnamen Piala Presiden.
Tidak hanya masalah Persebaya yang bisa dituntaskan oleh Mahaka dan BOPI. Pada pertemuan tersebut juga dibahas masalah Arema Cronus yang menjadi salah satu tuan rumah babak penyisihan. Setelah melalui perundingan yang alot akhirnya terdapat kesepatakan jika Arema Cronus tidak boleh menggunakan nama PT Arema Indonesia untuk semua aktivitas selama penyelenggaraan turnamen Piala Presiden. Untuk itu hak sebagai panitia pelaksana pertandingan diambil alih Mahaka Sports selaku promotor. Jadi meskipun babak penyisihan diselenggarakan di markas Arema di Malang tapi Arema hanya bertindak sebagai peserta turnamen bukan sebagai penyelenggara.
Solusi untuk Persebaya dan Arema yang disepakati oleh BOPI dan Mahaka hanya berlaku untuk Turnamen Piala Presiden. Sedangkan untuk kompetisi ISL, kedua klub masih harus menunggu proses hukum terkait legalitasnya yang masih disengketakan di pengadilan.
Piala Presiden sesuai rencana akan diikuti oleh 16 tim yang rencananya akan dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo di Bali, 30 Agustus 2015. Sesuai dengan pesannya saat pembukaan Piala Kemerdekaan, Jokowi mendorong dan mendukung turnamen yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan masalah teknisnya diatur oleh Kemenpora.
Dengan digelarnya Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden dengan waktu yang hampir bersamaan sangat menguntungkan bagi pecinta sepakbola Indonesia. Harapannya, ada inovasi dan terobosan dalam penyelenggaraan turnamen Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden sehingga dapat membuktikan bahwa ajang sepak bola yang digagas oleh Kemenpora jauh lebih baik daripada kompetisi-kompetisi sebelumnya yang sarat masalah ketika masih dijalankan oleh PSSI. Inovasi yang diharapkan antara lain berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan penonton yang ingin menyaksikan pertandingan dalam kedua turnamen tersebut. Inovasi kedua yang diharapkan pentingnya komitmen kejujuran dari seluruh penyelenggara, perangkat pertandingan, wasit, asisten wasit, pelatih, pemain dan supporter. Jangan ada lagi tawuran antar supporter yang membuat trauma orang-orang yang ingin datang ke stadion.
Harapan lainnya, dengan adanya pembekuan PSSI juga semakin mendewasakan para supporter untuk siap menang dan siap kalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H