Jujur saja dari keempat Menko Kabinet Kerja, Puan Maharani, Tedjo Edhy, Sofyan Djalil dan Indroyono Soesilo, siapakah yang kinerjanya paling buruk dan siapakah yang kinerjanya paling baik?
Tapi keputusan Jokowi yang melengserkan Indroyono Soesilo sudah cukup menjadi bukti bahwa Indonesia memang tidak membutuhkan orang pintar untuk mengelola negara. Ternyata, yang dibutuhkan oleh negeri ini adalah para politisi yang pandai mengumbar janji dan “ancaman”. Politisi yang rajin menebar pencitraan.
Indroyono Soesilo, merupakan orang pertama dari Indonesia yang menduduki jabatan penting di Food and Agriculture Organization (FAO), sebuah organisasi pangan dan pertanian dunia dibawah koordinasi PBB. Di FAO-PBB, Indroyono Soesilo menjabat sebagai Direktur Sumberdaya Perikanan & Akuakultur yang berkedudukan di Roma-Italia. Dan hingga tulisan ini dipublish, Indroyono Soesilo adalah satu-satunya orang Indonesia yang memegang paspor PBB. Sebuah paspor yang bisa masuk ke seluruh negara tanpa harus menggunakan visa.
Bersama dengan Sri Mulyani yang menduduki jabatan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Indroyono Soesilo berjuang mengangkat derajat Indonesia di pentas dunia. Hingga akhirnya panggilan Jokowi memaksa Indroyono rela melepas jabatan bergengsi tersebut demi mengabdi pada negara sebagai Menko Maritim. Padahal pada saat yang sama Sri Mulyani menolak tawaran dari Jokowi sebagai Menko Perekonomian.
Kini setelah 10 bulan berlalu, pilihan Sri Mulyani ternyata tepat. Sri Mulyani lebih memilih menolak melepas gajinya sebesar 3 milyar/bulan hanya untuk dicaci maki di negerinya sendiri. Pilihan Sri Mulyani tepat karena faktanya kondisi ekonomi Indonesia semakin memburuk. Rupiah semakin jeblok, IHSG terjun bebas dan pertumbuhan ekonomi pun mengalami tren penurunan. Jika Sri Mulyani lebih memilih jabatan Menko Perekonomian tentu dengan kondisi ekonomi yang terpuruk seperti saat ini, Sri Mulyani akan menjadi sasaran tembak yang empuk.
Jika pilihan Sri Mulyani tepat, sebaliknya pilihan Indroyono yang melepas paspor PBB-nya justru bernasib sial. Indroyono “dipecat” oleh Jokowi saat menjalankan tugasnya sebagai Menko Maritim di Papua. Jika menteri lain yang “dipecat” dipanggil dan diberi tahu secara resmi oleh Jokowi ke Istana maka “pemecatan” Indroyono hanya dilakukan melalui handpone.
Semoga, seperti Sri Mulyani yang sukses berkarir di Bank Dunia, Indroyono pun bisa kembali menggunakan paspor PBB-nya, berkiprah kembali dipentas internasional. Sepertinya, dunia lebih membutuhkan Sri Mulyani dan Indroyono Soesilo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H