Mohon tunggu...
A.L.A.Indonesia
A.L.A.Indonesia Mohon Tunggu... Dosen, Peneliti, Petualang, Penonton Sepakbola, Motivator, Pengusaha HERBAL -

"Jika KOMPASIANER tak punya nyali menuliskan kebenaran, ia tak ubahnya manusia tanpa ruh. Ia seperti mayat-mayat hidup. Catat! Jika kita berjuang mungkin kita tidak selalu menang, tapi jika kita tidak berjuang sudah pasti kita kalah. http://blasze.tk/G9TFIJ

Selanjutnya

Tutup

Politik

In Memoriam Kampung Pulo, Ketika Nurani Pemimpin Sudah Terkubur

21 Agustus 2015   16:42 Diperbarui: 21 Agustus 2015   16:42 9068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekedar mengingatkan kembali, saat awal-awal menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur, Jokowi-AHOK gencar membangun kampung deret dan Kampung Pulo termasuk yang dijanjikan akan dibangun menjadi kampung deret. Sayangnya, bukannya menepati janjinya AHOK justru melukai hati warga Kampung Pulo. Sekali lagi, janji kampanye hanya sekedar janji.

Nurani AHOK sudah Terkubur?

Tulisan ini tidak bermaksud menolak penataan Kali Ciliwung untuk dilakukan normalisasi. Tulisan ini juga tidak bermaksud menolak relokasi warga Kampung Pulo, meskipun sesuai janji kampanyenya Jokowi-AHOK tidak akan melakukan penggusuran. Tapi cara AHOK yang melakukan penggusuran dengan kekerasan mengingatkan penulis pada cara-cara ORBA yang otoriter. Cara otoriter ORBA yang dulu kita lawan bersama melalui gerakan reformasi. Jika AHOK sekarang menggunakan cara-cara ORBA yang penuh kekerasan, lalu buat apa dulu kita melawan ORBA melalui gerakan reformasi?

Padahal di era reformasi, ada banyak contoh pemimpin yang sukses memindahkan warganya tanpa harus menggusur dengan cara kekerasan. Jokowi adalah ikonnya. Jokowi selalu sukses memindahkan warganya secara humanis. Memindahkan warga dengan senyuman di meja makan. Selain itu ada nama lain yang juga sukses memindahkan warganya tanpa harus menggusur untuk penataan kota seperti Walikota Surabaya Risma Triharini, Walikota Bandung Ridwan Kamil, Walikota Jogja dan Gubernur Jogja, Sultan Hamengkubuwono X. Mereka adalah contoh para pemimpin yang memiliki hati nurani. Pemimpin yang mampu memanusiakan manusia. Bukan memperlakukan manusia layaknya binatang ketika melakukan penataan kota.

Selain sukses memindahkan ribuan PKL di Solo secara damai, Jokowi juga sukses merayu warga Waduk Pluit untuk pindah ke rusun dengan diplomasi meja makan. Hasilnya, Waduk Pluit pun kini tertata rapi. Warga yang dipindahkan pun bisa tersenyum. Begitu juga dengan Walikota Bandung Ridwan Kamil yang sukses memindahkan ribuan PKL Bandung dengan damai.

Contoh yang lebih fenomenal lagi adalah kemampuan Risma memindahkan warga “Kampung Dolly”. Lalu kasus yang mirip dengan Kampung Pulo adalah relokasi warga bantaran Kali Code di Jogja. Bedanya di Kampung Pulo rusuh sedangkan di Kali Code berlangsung aman dan damai. Sekali lagi, disana hati nurani pemimpin yang bicara, bukan kekuasaan.

Bahkan gubernur-gubernur DKI Jakarta sebelumnya seperti Sutiyoso dan Ali Sadikin juga sukses melakukan relokasi warga dengan cara damai tanpa kerususuhan. Bang Yos sukses mengubah kampung lokalisasi Kramat Tunggak menjadi Islamic Center dengan damai.  Tak hanya itu Sutiyoso juga sukses mengubah kampung lokalisasi Boker menjadi GOR Ciracas tanpa rusuh. Terkait dengan penanganan banjir, Sutiyoso juga mampu merobohkan ratusan villa di Puncak Bogor tanpa ada kerusuhan. Selain Sutiyoso, gubernur DKI Jakarta yang juga sukses melakukan relokasi warga dengan damai adalah Ali Sadikin. Ggbernur paling fenomenal tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan tangan-tangan MUI terkait rencana megaproyek Senen dan Tanah Abang. Hasilnya, warga pun pindah tanpa ada kerusuhan sedikitpun.

Pertanyaannya, jika sudah banyak pemimpin Jakarta seperti Jokowi, Sutiyoso dan Ali Sadikin yang mampu merelokasi warganya dengan cara-cara humanis, mengapa AHOK memilih menggunakan cara otoriter dengan kekerasan. Mengapa AHOK lebih memilih menggunakan cara-cara ORBA yang sudah dikubur oleh gerakan reformasi. Mungkinkah hati nurani AHOK telah terkubur dalam-dalam? Entahlah, mungkin anda punya jawabannya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun