Dulu, saat suami masih tinggal di Kuala Lumpur, dan saya wara-wari mengunjunginya, Pasar Seni adalah merupakan salah satu tempat yang paling sering kami habiskan untuk sekedar main dan cuci mata. Salah satu hal yang bikin saya gregetan adalah kala menemukan asesoris manis-manik yang diuntai menjadi gelang (khas Bali) banyak sekali dijual di sana, dengan harga yang telah berkali lipat dari harga aslinya. Waduh! Saya biasa membelinya seharga 5 ribu rupiah di Bali (kala itu, sekitar tahun 2010-an), eh di Pasar Seni, saya harus membelinya dengan harga 7-10 ringgit, yang adalah setara dengan 30 ribu rupiah, kurs saat itu).
Tak hanya gelang Bali, banyak sekali produk kita, yang dibeli oleh para pedagang dari negeri jiran untuk dijual kembali di pasar mereka, bahakn tak segan mereka ganti merknya dan dijual dengan harga berkali lipat. See? Produk Indonesia loh!
Sementara kita? Masih banyak dari kita yang begitu bangga menggunakan produk-produk luar negeri, atau sekedar produk KW yang menjpilak produk aslinya, hanya demi sebuah gengsi! Hiks... sedih ya? Padahal produk anak negeri, berkualitas, rapi dan kreatif banget, loh! Kalo enggak, mana mungkin sampai mejeng cantik di pasar-pasar negara lain kan?
Bicara tentang perekonomian negeri ini, jelas tak mungkin meniadakan peran para pelaku UKM dan UMKN sebagai dua unsur yang turut memperkuat perekonomian bangsa ini. Meskipun masih banyak yang memandang sebelah mata terhadap dua bidang usaha ini, dikarenakan berbagai alasan, salah satunya adalah seperti yang saya ulas di atas, namun, justru krisis moneter yang pernah terjadi di tahun 1997, membuktikan bahwa UKM dan UMKN masih mampu bertahan bahkan tumbuh sebagai salah satu tulang punggung perekonomian di kala itu, sementara banyak perusahaan besar yang bertumbangan oleh dasyatnya badai 'moneter' yang melanda.
Potensi UKM dan UKMN dalam menguatkan perekonomian bangsa, sebenarnya sudah teruji. Hanya sayang, masih banyak daerah yang kesulitan dalam mengembangkan bisnis UKMnya. Selain masalah keterbatasan modal, masalah lainnya adalah dalam hal distribusi/pemasaran ke luar daerah di mana UKM tersebut memproduksi produknya.
Dulu, saat suami masih tinggal di Kuala Lumpur, dan saya wara-wari mengunjunginya, Pasar Seni adalah merupakan salah satu tempat yang paling sering kami habiskan untuk sekedar main dan cuci mata. Salah satu hal yang bikin saya gregetan adalah kala menemukan asesoris manis-manik yang diuntai menjadi gelang (khas Bali) banyak sekali dijual di sana, dengan harga yang telah berkali lipat dari harga aslinya. Waduh! Saya biasa membelinya seharga 5 ribu rupiah di Bali (kala itu, sekitar tahun 2010-an), eh di Pasar Seni, saya harus membelinya dengan harga 7-10 ringgit, yang adalah setara dengan 30 ribu rupiah, kurs saat itu).
Tak hanya gelang Bali, banyak sekali produk kita, yang dibeli oleh para pedagang dari negeri jiran untuk dijual kembali di pasar mereka, bahkan tak segan mereka ganti merknya dan dijual dengan harga berkali lipat. See? Produk Indonesia loh!
Sementara kita? Masih banyak dari kita yang begitu bangga menggunakan produk-produk luar negeri, atau sekedar produk KW yang menjpilak produk aslinya, hanya demi sebuah gengsi! Hiks... sedih ya? Padahal produk anak negeri, berkualitas, rapi dan kreatif banget, loh! Kalo enggak, mana mungkin sampai mejeng cantik di pasar-pasar negara lain kan?
Bicara tentang perekonomian negeri ini, jelas tak mungkin meniadakan peran para pelaku UKM dan UMKN sebagai dua unsur yang turut memperkuat perekonomian bangsa ini. Meskipun masih banyak yang memandang sebelah mata terhadap dua bidang usaha ini, dikarenakan berbagai alasan, salah satunya adalah seperti yang saya ulas di atas, namun, justru krisis moneter yang pernah terjadi di tahun 1997, membuktikan bahwa UKM dan UMKN masih mampu bertahan bahkan tumbuh sebagai salah satu tulang punggung perekonomian di kala itu, sementara banyak perusahaan besar yang bertumbangan oleh dasyatnya badai 'moneter' yang melanda.
Potensi UKM dan UKMN dalam menguatkan perekonomian bangsa, sebenarnya sudah teruji. Hanya sayang, masih banyak daerah yang kesulitan dalam mengembangkan bisnis UKMnya. Selain masalah keterbatasan modal, masalah lainnya adalah dalam hal distribusi/pemasaran ke luar daerah di mana UKM tersebut memproduksi produknya.
Peran JNE dalam Membantu Produsen UKM Memperluas Wilayah Jangkauannya