Pada hakikatnya santri adalah ruh negara Indonesia itu sendiri. Dan pada aktivitasnya santri merupakan sekelompok orang yang menuntut ilmu agama kepada seorang kiai, baik dengan cara mondok (mukim), atau nonmukim (kalong). Tidak hanya menuntut ilmu agama saja, tetapi santri juga menata akhlak dan kreativitas untuk kelak terjun langsung ke tengah masyarakat, berbaur dengan masyarakat dan masuk kedalam organisasi-organisasi yang ada di masyarakat.
Santri sebenarnya ialah cikal bakal nilai-nilai kebangsaan, baik itu lintas agama, lintas budaya maupun lintas suku. Peran santri yang utama adalah mmpertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan menjaga dan mengawal NKRI sebagai warisan leluhur para ulama'.
Dalam jiwa santri tentu tertanam panca-jiwa, panca-jangka, panca-bina dan panca-dharma. Semua itu dituangkan dalam semangat mengisi kemerdekaan bangsa sehingga menumbuhkan rasa semangat dalam belajar, rasa bangga dan cinta tanah air. Ada empat ruh santri yang dapat menjadi potensi negara untuk memajukan bangsa ini.
Pertama, santri terdidik dengan sikap kemandirian, di mana satu ciri orang-orang sukses adalah memiliki jiwa mandiri. Kedua, santri memiliki sifat pengabdian. Filosofi kerja di pesantren adalah mengabdi. Sehingga mereka dapat hidup dengan tenang dalam kesederhanaan. Keadaan itu membuat mereka lebih siap dan memiliki rasa sosial yang tinggi dalam bermasyarakat.
Ketiga, ruh jihad. Dalam arti tekat dan komitmen yang kuat dalam mengarungi samudera penderitaan serta memecah kebuntuan bangsa dengan tingkat kesungguhan yang kuat akan dapat menaklukkan dunia. Sikap ini pula yang menyebabkan santri berani bergerak melawan penjajah meskipun harus berhadapan dengan kubangan darah.
Keempat, cinta ilmu dan wawasan yang luas.; Hidup dalam dunia ilmu pengetahuan membuat santri harus mencintai ilmu pengetahuan. Kelima metode mengaji dan mengkaji. Selain dapat bimbingan, teladan dan transfer ilmu langsung dari kiai, di pesantren diterapkan juga keterbukaan kajian yang bersumber dari berbagai kitab. Bahkan terkadang sampai kajian lintas-mazhab.
Bangsa yang maju bukan hanya ditentukan oleh sumber kekayaan materi, tetapi kekayaan intelektual lebih berharga. Bangsa kita adalah bangsa yang kaya dengan sumber daya alam. Tetapi sampai sekarang Negara masih tetap dalam cengkraman hutang, karena sumber daya manusianya yang kurang. Sehingga santri diharapkan menguatkan niat dalam peranannya terhadap kemajuan negara. Santri juga diharapkan memperkuat barisannya, membangun kultur ramah lingkungan dan mengkukuhkan prinsip-prinsip untuk selalu merawat taman perdamaian di alam Indonesia. Dalam posisinya sebagai warga negara yang baik, santri harus memenuhi janji kemerdekaan dengan cara membela negara, menjaga Pancasila dan merawat NKRI.
Kehidupan para santri sejak sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan, selalu bergesekan dengan sosial dan antropologi Indonesia. Salah satunya mengalami penjajahan dan melawan penjajah. Jika dapat dihitung dan didata secara rinci, mungkin sudah berjuta-juta para santri dan kiai berjuang bagi bangsa Indonesia, karena sebelum kemerdekaan kita bisa mengingat sejarah perlawanan para santri dan kiai, Ada perlawanan santri di Sumatera Barat (1821-1828), Perang Jawa (1825-1830), Perlawanan di Barat Laut Jawa pada 1840 dan 1880, serta Perang Aceh pada 1873-1903. Sementara di Jawa Barat, ada Perang Kedongdong (1808-1819). Perang yang terjadi di Cirebon ini melibatkan ribuan santri dalam pertempurannya.
Perjuangan santri dalam menyusun kemerdekaan sangat berperan aktif, salah satu santri yang juga putra dari KH. Hasyim Asy'ari, yakni KH Wahid Hasyim, ikut andil dalam pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia) yang kedepannya menjadi tombak dari pembacaan proklamasi itu sendiri. Pasca proklamasi kemerdekaan, Indonesia masih dikelilingi penjajah yang ingin menjajah kembali, sehingga para santri dan kiai menjadi garda terdepan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satu peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan yakni terjadinya perang 10 November yang dihimpun oleh Kiai dan para santri se -Jawa dan Madura yang dipimpin oleh Mbah Kiai Abas Buntet, Mbah Kiai Wahab Hasbullah, Mbah Kiai Mahrus Ali, dan kiai-kiai lainnya.
Pada hari santri nasional tahun 2022 ini, dengan mengusung tema "berdaya menjaga martabat kemanusiaan" di pondok Pesantren Fadhul Fadhlan Semarang mengadakan beberapa agenda dalam memeriahkan hari santri nasional yang diawali dengan upacara bendera dan berdoa bersama untuk negara Indonesia agar selalu makmur dan sejahtera.
Dalam amanat upacara bendera di Pondok Pesantren Fadhul Fadhlan Semarang oleh Dr. KH. Fadholan Musyaffa, LC.MA yang menyampaikan bahwa hari santri nasional atas keputusan presiden no 22 tahun 2015 merupakan titik pertama kali bahwa santri telah terbukti dalam sejarahnya berperan aktif dalam usaha memperjuangkan, mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. Santri sebelum kemerdekaan sudah ikut berperan bersama ulama. Pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diproklamirkan kemerdekaan Indonesia namun pada 17 Oktober 1945, dimana kemerdekaan Indonesia baru dua bulan itu hampir hilang dari kita karena Inggris telah memenangkan perang dunia ke-2 sehingga mereka mengusir penjajah di Indonesia yaitu Jepang dan Belanda.