Mohon tunggu...
Ala AnnajibAsyatibi
Ala AnnajibAsyatibi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Pendosa handal dan penggemar cilok perempatan

Selanjutnya

Tutup

Book

Ayah Kaya atau Ayah Miskin?

12 Mei 2023   07:05 Diperbarui: 12 Mei 2023   07:13 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku Rich Dad Poor Dad adalah buku karya Robert T Kiyosaki. Buku ini membahas tentang pengalaman Robert bersama kedua ayahnya, ayah kaya dan ayah miskin. Kedua Ayahnya ini memiliki pandangan yang sangat berbeda perihal keuangan dan cara mengelolanya. Ayah miskin yang merupakan ayahnya kandungnya sendiri merupakan seorang pekerja, sedangkan ayah kaya yang merupakan ayah dari teman baik Robert merupakan pengusaha. Kedua Ayah ini memberikan Robert perspektif berbeda perihal bagaimana cara uang bekerja dan investasi.

Buku ini cukup membuat kita berpikir kembali soal uang dan bagaimana caranya membuat uang bekerja untuk kita. Kita merangkumnya menjadi tiga poin penting, pertama orang kaya tidak bekerja untuk uang. Pertama kali saya baca kalimat ini saya bingung kenapa sih orang kaya itu tidak bekerja untuk uang ternyata ini merupakan perbedaan mendasar antara orang kaya, orang miskin dan kelas menengah nah ini bukan berarti orang kaya itu tidak bekerja keras mereka bekerja keras api mereka fokus belajar dan membuat uang bekerja untuk mereka.

Robert mengatakan jika pekerjaan sebagai karyawan adalah solusi jangka pendek untuk masalah jangka panjang yaitu kebebasan finansial. Hubungan manusia dengan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh dua emosi yaitu ketakutan dan ketamakan (fear and greed). Ini yang membuat kita selalu berada dalam gelombang tikus pergi ke sekolah.  Lulus kuliah kerja yang baik hingga pensiun itu adalah jalur lama dan dijalankan oleh hampir semua orang.

Masalahnya sekolah tidak mengajarkan bagaimana cara uang bekerja,  tetapi membuat seseorang menjadi karyawan yang baik. Hal ini menghasilkan banyak orang bergaji besar terperangkap dalam siklus bayar tagihan yang membunuh setiap bulannya. Kedua, literasi keuangan untuk keluar dari perlombaan tikus. Orang kaya menggunakan uangnya untuk membeli aset, sedangkan orang miskin dan kelas menengah menghabiskan uangnya untuk membeli liabilitas bukan aset.

Menariknya orang kaya dan orang miskin bukan ditentukan dari seberapa banyak penghasilan yang didapat, tapi bagaimana manajemen keuangannya. Apakah untuk membangun aset atau liabilitas. Contoh sederhana adalah ketika kita punya cukup uang untuk membeli sebuah mobil, Si Kaya akan berpikir demikian, "Saya perlu nggak sih mobil ini? Mobil ini bisa menghasilkan uang asli buat saya atau uang ini lebih baik saya investasikan lagi ke saham atau obligasi? Berbeda dengan Si Miskin, ia akan membeli mobil tanpa pertimbangan panjang seperti Si Kaya, karena baginya mobil adalah harta. 

Mobil bukanlah aset, tetapi liabilitas jika saja mobil itu tidak membantumu untuk menghasilkan uang. Si Kaya akan fokus membangun aset yang bisa menghasilkan uang. Inilah sebabnya orang kaya tidak bekerja untuk uang. Orang kaya tidak menghindari resiko tapi mengelola resiko. Sederhananya seperti ini kamu punya uang 100.000.000 yang bisa kamu gunakan untuk mencicil mobil baru atau membeli saham. Jika kamu mencicil mobil baru tentu saja uang kamu tidak berkurang secara kasat mata, tapi bila kamu beli saham mungkin saja kamu rugi.

Poin penting disini adalah soal pengelolaan resiko dan bermain aman tidak selalu baik mungkin opsi berikutnya untuk memulai investasi dari resiko yang paling kecil dulu misalnya lewat obligasi dari pemerintah atau Reksadana pasar uang. Kedua produk investasi ini memiliki resiko yang relatif lebih rendah, tentu saja dengan imbal hasil yang lebih kecil.

Untuk bisa mewujudkan semua ini kita perlu menerapkan yourself first setiap kali mendapat gaji bulanan. Kita pakai uang tersebut untuk ditabung dan diinvestasikan. Poin penting sebelum memulai investasi adalah harus paham dulu resiko dan keuntungan masing-masing produk investasi ini. Biasanya orang buru-buru memasukkan uangnya ke dalam produk investasi tanpa paham apa resikonya. Sehingga ketika produk investasi itu rugi yang ada hanya perasaan kapok. Perlu mindset yang benar soal bagaimana cara kita mengelola uang, memahami bagaimana cara membuat uang bekerja adalah awal dari perjalanan kita menuju kebebasan finansial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun