Mohon tunggu...
Gerald. Aldinuary
Gerald. Aldinuary Mohon Tunggu... -

Life is a choice or life is a big joke, pal ? ?

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Bola Mata Hijau Merusak Nurani Kita

8 September 2011   23:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang pasti pernah merasa jatuh ataupun gagal dalam hidupnya, tergantung seseorang melihat melalui kacamatanya masing-masing, bisa kacamata seorang bajak laut atau bahkan kacamata kuda.hihi. Yaa, itulah kita manusia yang belum tentu selalu tepat dan mendekati benar dalam mengikuti script yang diberikan oleh Sang Empunya Kehidupan pada kita. Kekhilafan baik disengaja maupun tak disengaja, baik direncanakan maupun tidak direncanakan yang dapat menyeret seseorang ke dalam suatu kasus hingga melibatkan seseorang tersebut jatuh kedalam permasalahan hukum, yang memaksa dirinya menjalani berbagai proses, mulai dari proses dengan "prajurit berseragam coklat" , "ksatria penegak keadilan", sampai pada lembaga permasyarakatan. Tak bisa kita pungkiri dan acuhkan, bahwa di dalam tiap proses tersebut, benda bernominal serta bergambar menjadi akses mudah dalam urus sana-urus sini. Sangat disayangkan memang, mata hijau banyak bertebaran di tiap-tiap pos tersebut. Ooo..tanya mengapa?? Ya..seharusnya nurani dan jati diri yang mampu menjawab mengapa uang menjadi hal penting dan segalanya. Sebagai contoh,permainan si mata hijau banyak terjadi di lembaga permasyarakatan, tempat dimana seharusnya seorang masyarakat mendapatkan kembali semangat, moril , serta dukungan untuk kembali siap melanjutkan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat. Seperti kegiatan besuk narapidana (padahal biasanya tertulis dengan jelas dan seakan-akan tegas; "Tidak Menerima Uang dalam Besuk Tahanan/Pungutan Lain." Nihil dalam realitanya!), jaminan tidak mendapatkan intervensi fisik, beli kamar, penggunaan handphone, pemakaian laptop, transaksi naroba, serta hal-hal lain mengenai pemberian fasilitas yang bernotabena "waw,wah,dan ajib" , hingga pinjam gitar sampai meminjam DVD player, dan masih banyak hal-hal lain yang dapat diperoleh apabila uang yang tersenyum ramah namun picik. Semua, semuanya serba uang, sungguh edan memang apabila hal ini yang terus-terusan terjadi disana. Otak dengan mudah dicuci dengan uang, sehingga percuma saja rasanya lapas itu ada, apabila tidak adanya rasa bertanggung-jawab yang baik secara bersama, dan pastinya nurani yang bersih dari coretan busuk.  Ada teman saya yang mengatakan bahwa perputaran uang yang besar itu tidak terjadi di pasar-pasar ekonomi yang ada, namun di PENJARA!! Uang diputar-putar sedemikian rupa, sehingga tidak diketahui dimana ia menggelembung, tertahan, ataupun tertanam. Yang jelas, oknum - oknum ataupun sindikat menyesatkan dewasa  ini banyak bertebaran dan menjamur di lembaga - lembaga permasyarakatan di bumi pertiwi kita ini. Lembaga permasyarakatan seperti hilang arah dan kendali saat ini, maksud dan tujuan dari lembaga permasyarakatan itu hilang dan entah memuai kemana, hmm..mungkin hanya sebatas wacana saja. Seperti tujuan dari lembaga masyarakat itu sendiri sebenarnya; " Memasyarakatkan kembali masyarakat. " Sodara-sodari kita yang tengah mendekam dibalik tembok jeruji ini diibaratkan sebagai seseorang yang tengah terkena penyakit, entah penyakit kriminal ataupun narkotika. Dan disini, lembaga permasyarakatan memiliki andil dalam membina, membentuk kembali manusia yang telah rapuh, serta menghantar dan mempersiapkan sodara-sodari kita ke dalam kehidupan real yang lebih parah dan ganas, hingga mampu menjadi manusia bermasyarakat kembali, sambil menutup rapat-rapat mata hijau yang selalu saja menggoda untuk mengganti kedua bola mata berwarna hitam pemberian Tuhan kita yang indah ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun