Mohon tunggu...
Azhari Husain S
Azhari Husain S Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memotivasi Anak Tidak Penting?

16 Januari 2019   21:18 Diperbarui: 16 Januari 2019   21:19 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah anak bapak dan ibu mengeluh malas belajar? Atau malas mengaji? Tentunya sebagian besar orang tua pernah mendapati anaknya bertingkah seperti itu, dan sering kali hal ini menjadi permasalahan yang sulit diselesaikan oleh orang tua.

Postingan kali ini saya akan membahas salah satu teknik atau cara untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar.
Hatu hal yang harus kita fahami bahwa sebelum anak-anak melakukan kegiatan belajar, mengaji, shalat, menyapu, dan tugas-tugas lain yang akan dilakukan, disadari atau tidak akan muncul pertanyaan dalam benak anak "Apa manfaat nya bagi ku? Kenapa aku harus belajar? Kenapa aku harus mengaji? dan pertanyaan -- pertanyaan serupa. Bahkan hal itu terjadi pula pada orang dewasa

Misalnya kita bangun di suatu pagi di hari minggu, dan berdebat mengenai manfaat pergi berolah raga atau lari pagi. Mungkin inilah perdebatan yang terjadi dalam diri kita.
"Hmm aku bisa tetap berada di tempat tidur yang maman ini sejam lagi atau aku dapat segera bangun dan berpakaian serta berolah raga. Hari minggu adalah satu-satunya hari ketika aku bisa tidur berlama lama, tetapi ini juga satu-satunya hari ketika aku bisa berolah raga. Yah banyak hal yang akan aku lakukan hari ini, dan jika aku memulai hari ini dengan berolah raga yang benar aku akan merasakan bugar dan tampak sehat. Oke aku akan bangun

Hal serupa juga terjadi pada diri anak, ketika anak-anak dihadapkan pada dua pilihan menonton TV atau belajar maka akan terjadi perdebatan dalam dirinya.

"Segala sesuatu yang kita akan kerjakan harus menjanjikan manfaat bagi kita jika tidak maka kita TIDAK AKAN TERMOTIVASI untuk melakukannya." Begitu juga dengan anak-anak kita.

Dalam buku Quantum Learning yang di tulis oleh Bobbi De Potter dan Mike Hernacki metode ini disebut dengan istilah "AMBAK" (Apa Manfaatnya Bagi Ku). AMBAK itu sama saja dengan menciptakan minat mengenai apa yang akan kita kerjakan.

Sebagian besar anak merasa malas belajaratau mengaji dan lebih memilih untuk bermain atau menonton tv biasanya dikarenakan mereka tidak memiliki minat untuk belajar dan mengaji, mereka belum menyadari dan mengetahui manfaat belajar bagi masa depan mereka. Yang ada dibenak mereka adalah belajar dan mengaji itu tidak menyenangkan sedangkan bermain itu menyenangkan. Tantangan bagi Kita dan Guru adalah menumbuhkan minat anak dengan menyadarkan dan memberitahu anak mengenai manfaat belajar dan bermain bagi mereka. Tentu hal ini juga harus disesuaikan dengan pola pikir anak anak kita.

Misalkan jika kita ingin anak anak kita memiliki motivasi yang besaar untuk mengaji maka hal pertama yang harus kita fahamkan kepada anak anak adalah manfaat mengaji bagi dirinya
Kalau nanti kamu mengaji... Nanti Allah sayang... kamu akan dapet pahala dan masuk surga, dan masih banyak keutamaan-keutamaan lainnya dalam membaca Al qur'an...

Sama halnya dengan kasus yang lainnya jika kita ingin anak-anak kita memiliki motivasi yang besar dalam belajar matematika atau bahasa inggris, maka kita harus mencari 1001 manfaat yang bisa didapatkan oleh anak setelah belajar matematika dan bahasa inggris. Nanti kalau kamu jago matematika kamu akan begini... dan kalau kamu tidak jago akan megini.. Nanti kalau kamu jago bahasa inggris akan begini.. dan kalau tidak jago akan begini. Dengan kita menjelaskan seperti ini anak anak akan memilih untuk belajar, dan pilihan itu berasal dari dalam dirinya sendiri.

Jika kita mampu menjelaskan dan menyadarkan anak mengenai manfaat belajar dan mengaji bagi anak maka anak akan memiliki minat yang besar untuk melakukan hal tersebut. Dan jika anak sudah memiliki minat maka anak akan memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk belajar dan mengaji tanpa disuruh bahkan dipaksa oleh orang tua atau guru...
Wallahu a'lam.. Semoga berhasil......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun