Biru memburu nyiru
Menampi butiran air berderai ramai dari sepasang mata penuh cinta yang menatap pasrah pada takdir.
Biru menyaru bersama laru
Berharap ia terfermentasi menjadi udara dan terhirup semesta lalu sampai di paru-paru sang pujangga. Penjaga seluruh damba.
Biru mengharu selamanya. Karena terlanjur berjanji menjadi penghuni nadi Jingga. Tanpa terdeteksi. Tetapi ia rela. Begitulah seharusnya cinta, pikirnya.
MkS, 200921
-Aminy Harros-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H