Di akun pribadi Instagram saya, belakangan ini banyak ditemukan update-an status yang content nya berisi "2024 Dump". Trend terbaru itu biasanya berisi recap kegiatan-kegiatan setiap bulan dari si pengguna selama tahun 2024. Bukan hanya sekedar trend tahunan saja. Terkadang banyak teman saya menggunakan template trend tersebut setiap pergantian bulan. Luar biasa.
Sungguh tidak menjadi masalah sedikitpun bagi saya pribadi bagi siapa saja yang turut berpartisipasi dalam trend tersebut. Mau itu sebagai bentuk Kesenangan atau mengejar engagement semata, toh rugi dan untungnya tidak akan mengusik hidup saya sama sekali.
Lantas apa keresahan yang menjadi latar belakang tulisan ini di buat?
Satu-satunya hal yang sedikit mengusik keresahan saya atas trend itu, tiada lain caption yang di cantumkan pembuatnya. Tidak jarang caption dari postingan mereka berisikan kata-kata tuduhan yang berjibaku pada tahun tersebut. Dan mirisnya, banyak harapan yang seolah "meninggalkan zaman buruk" tersirat di caption postingan mereka.
Caption seperti; "Terimakasih 2024", "Terima kasih diri, telah melewati tahun cobaan ini", "semoga tahun seperti ini tidak terulang kembali" , dan masih banyak lagi caption yang serupa.
Dalam hal ini, saya ingat salah satu pepatah arab mengatakan;
"Naibu zamana wa'laibu fina fama lizamanina 'aibun siwaana".
Artinya: "Menuduh zaman dan masa mengandung ceka dan aib, padahal cela dan aib ada di badan kita. Tak ada cela bagi suatu masa, selain kehadiran kita padanya yang penuh cela dan aib".
Saya beropini, kalau siapa saja yang membaca pepatah tersebut pasti memiliki satu kesimpulan yang sama. Yaitu; "zaman tidak ada yang salah, orang yang ada di zaman itulah yang salah". Bila saya diperkenankan mengutip dari quote anak-anak tiktok, maka satu-satunya quote yang kiranya paling relate dengan kesimpulan tersebut tiada lain; "Semua masa ada orangnya, dan semua orang ada masanya".
Tuhan mentakdirkan manusia sebagai "inang" dari salah dan lupa. Kita tidak bisa mengelak sedikitpun tentang fakta mutlak tersebut. Oleh karena itu, alangkah sangat terpujinya bila seseorang dengan sadar mengakui kesalahan nya di masa lampau, tanpa sedikitpun mengkambing hitamkan zaman.
Saya sadar, bukan hanya kesalahan diri sendiri saja yang membuat seseorang "mengkambing hitamkan" zaman. Melainkan, ada oknum-oknum masa lalu yang sering membuat kita jatuh dan terpuruk, yang akhirnya kita enggan mengenang masa-masa tersebut yang berarti sama dengan mengkambing hitamkan zaman. Sungguh manusiawi, memang.