" Tahun ini blom bisa kurban hewan ,jd masih seperti tahun lalu kurban perasaan aja"
" Qurban kuy! Perasaan ... Tsaaaaaaaaaaaah #EidAlAdha"
" Unnchhh yg kurban perasaan , seneng gitu kek nya kuy aahhhhh 😅 "
*Status Netizen
Banyak dari kita saat ini kita temukan update-an atau status-status seperti diatas dari sebelum Idul Adha hingga hari H. Namun tak jarang apa sebenarnya maksud atau paham yang mereka bagikan. Kenapa mereka bangga dan menjangkapi banyak orang hingga kita temukan berulang-ulang. Kenapa bangga sekali terhadap kegagalan kisah cintanya, harapan yang tak kunjung ke-jadian atau hanya sekadar cari-cari perhatian... eh.
Bila sedikit melihat tentang nilai-nilai makna Idul Adha atau Idul Qurban sungguh banyak memiliki nilai-nilai luhur didalamnya. Kisah keikhlasan dan keimanan Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk menyembelih Nabi Ismail. Namun atas ijin Allah digantilah dengan hewan kurban sehingga tidak berakhir kekerasan.
Ataupun tradisi di kampung-kampung yang bergotong-royong menyembelih hewan kurban. Bapak-bapak menyembelih dan memotong daging. Pemuda membersihkan jeroan. Pemudi dan ibu-ibu yang memotong,membagi, dan memasak sebagian daging untuk konsumsi.
Memiliki cita-cita yang baik memanglah sebuah kesadaran. Seperti cita-cita berkurban kambing bahkan sapi. Memang,luar biasa pahala ibadah kurban. Nabi Muhammad saw bersabda : "Ingatlah bahwa kurban itu termasuk amal-amal penyelamat, yang menyelamatkan pemiliknya dari kejelekan dunia dan bahaya di akherat” (Zubdatul wa’idhin). Mungkin sekarang belum,tapi hari esok siapa yang tahu.
Sudahlah,ini joke lama. Sudahlah, sudahilah sudah bagi yang seharusnya yang berkesudahan. Apalagi dibuat mainan.
Mungkin,ini sedikit nyinyir. Tapi percayalah, tidak baik membanggakan suatu keburukan. Bukankah kita semua tahu bahwa ucapan adalah doa,bukan ?