Hipotesis humanistik lahir ke dunia lahir dari efek samping masa lalu, khususnya hipotesis behavioristik dimana hipotesis ini sudah udang mengingat fakta bahwa mencatat kesulitan zaman tidak bisa. Lebih definitif, hipotesis behavioristik hanya membuat anak anak siswa terpisan, kurang imajinatif dan tegas. Hipotesis pembelajaran humanistik adalah menemukan bahwa hanya menyoroti orangnya. Sesuai hipotesis humanistik, alasan untuk belajar adalah untuk memperbaiki orang. Pengalaman pendidikan dipandang bermanfaat jika penghibur atau siswa menggambarkan suasana dan dirinya sendiri. Siswa dalam pengalaman berkembang harus mencapai realisasi diri dan diharapkan secara perlahan. Hipotesis humanistik berpendapat bahwa setiap pembelajaran dapat dimanfaatkan, panjang tujuannya adalah untuk memperbaiki orang, khususnya untuk mencapai penyelesaian diri yang ideal dari siswa. Pemahaman pembelajaran yang romantis membuat hipotesis humanistik siap untuk mengeksplorasi hipotesis pembelajaran apapun selama tujuannya untuk mengaktulurasi orang.Â
Hipotesis mental adalah semua latihan psikologis yang memberdayakan manusia untuk berhubungan dan berfikir tentang suatu kesempatan, sehingga individu dapat memperoleh informasi beberapa saat kemudian. Hipotesis ini terkait erat dengan tingkat Wawasan individu menangani masalah ini. Hipotesis ini dikembangkan terutama untuk membantu para pendidik mengetahui siswa mereka dan juga dapat membantu instruktur untuk memahami diri mereka sendiri dengan baik. Seperti yang ditunjukkan oleh hipotesis mental, belajar dicirikan sebagai proses interaksional seorang individu memperoleh pemahaman baru atau desain mental mengubah hal hal lama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H