Mohon tunggu...
Akwila RabelinoSulle
Akwila RabelinoSulle Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Sekolah

Hobi : Makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menorobos Realitas: Ancaman dan Potensi dari Teknologi Deepfake

9 November 2024   08:16 Diperbarui: 9 November 2024   08:18 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi deepfake telah menjadi salah satu isu yang paling hangat dibicarakan di dunia digital. Teknologi ini mampu menghasilkan gambar, video, dan suara yang sangat mirip dengan yang asli, sehingga menciptakan realitas baru di mana sulit untuk membedakan antara kebenaran dan kebohongan

Awalnya, deepfake digunakan untuk tujuan hiburan dan eksperimen teknologi, tetapi sekarang telah berubah menjadi ancaman serius dalam kehidupan sosial, terutama di zaman disinformasi. Dengan hanya beberapa klik, seseorang dapat membuat video yang terlihat asli tetapi sebenarnya sepenuhnya palsu, yang dapat mempengaruhi opini publik tanpa mereka sadari dan bahkan deepfake ini bisa membuat foto orang yang awalnya memaki pakaian, menjadi tidak memakai pakaian.

Teknologi deepfake telah membawa manipulasi media ke level yang sangat baru. Sebelum deepfake ada, orang sudah menggunakan teknik seperti photoshop untuk mengedit gambar, tetapi ada batasan tertentu. Photoshop memerlukan keahlian khusus, dan hasilnya sering kali bisa dikenali dengan mudah, terutama jika diperiksa lebih teliti. Dalam dunia audio, dubbing atau meniru suara juga sering dipakai dalam film dan acara TV, tetapi perbedaan kecil dalam nada atau ritme masih bisa terdeteksi. Deepfake mengatasi batasan ini dengan menggunakan kecerdasan buatan yang canggih, sehingga menghasilkan video dan suara yang sangat realistis dan sulit dibedakan dari yang asli, bahkan oleh para ahli. Sementara teknik manipulasi tradisional terbatas oleh waktu dan keterampilan, deepfake memungkinkan siapa saja dengan perangkat lunak yang tepat untuk mengubah kenyataan dalam waktu singkat.

Bayangkan situasi di mana seorang jurnalis menemukan sebuah video yang memperlihatkan seorang pemimpin dunia sedang berpidato dengan nada kebencian dan ancaman. Video ini dengan cepat viral di media sosial, menyebabkan kemarahan dan ketegangan antarnegara. Namun, setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, terungkap bahwa video tersebut adalah deepfake hasil dari teknologi manipulasi yang canggih. Contoh ini menunjukkan bagaimana deepfake bisa menciptakan situasi berbahaya, di mana informasi yang salah dapat memicu konflik internasional. Di sisi lain, bayangkan seorang pembuat film yang memanfaatkan teknologi deepfake untuk menghidupkan kembali seorang aktor legendaris dalam film terbarunya. Dalam konteks ini, deepfake menjadi alat kreatif yang memungkinkan penggemar menikmati penampilan karakter favorit mereka meskipun aktor tersebut sudah meninggal. Kedua contoh ini menggambarkan betapa luasnya penggunaan deepfake, dari potensi yang merusak hingga inovasi artistik, sekaligus menekankan tanggung jawab besar yang harus diemban.

Salah satu contoh paling mencolok dari dampak buruk deepfake adalah video yang dimanipulasi selama kampanye politik di berbagai negara. Pada tahun 2020, ada sebuah video deepfake yang menunjukkan seorang kandidat politik besar berbicara tentang hal-hal kontroversial menyebar luas di media sosial. Meskipun video itu akhirnya terbukti palsu, reputasi dan kepercayaan publik sudah rusak. Di bidang lain seperti selebgram, tiktokers, selebriti dan bahkan artis atau selebgram dari luar negri juga menjadi korban deepfake. Video yang menampilkan wajah mereka dipasang pada tubuh orang lain dalam konteks yang tidak pantas sering kali beredar di internet dan merusak nama baik mereka meskipun mereka tidak terlibat dalam video tersebut. Deepfake tidak hanya berdampak pada dunia hiburan dan politik, tetapi juga bisa menipu orang biasa, seperti dalam kasus penipuan video call di mana pelaku menggunakan deepfake untuk menyamar sebagai orang terdekat korban demi keuntungan pribadi.

Teknologi deepfake memang menawarkan banyak inovasi yang menarik, tetapi ada juga risiko besar yang mengancam keaslian informasi. Tanpa adanya aturan yang jelas dan ketat, teknologi ini bisa disalahgunakan dengan mudah, yang dapat memperburuk penyebaran informasi palsu dan merusak nama baik seseorang. Menurut saya, penting sekali untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang literasi digital agar mereka bisa lebih siap menghadapi kemajuan deepfake. Orang-orang perlu menyadari bahwa tidak semua yang terlihat asli di internet bisa dipercaya. Selain itu, perusahaan teknologi besar juga harus bertanggung jawab untuk menciptakan alat yang lebih baik dalam mendeteksi deepfake. Dengan cara ini, kita bisa mengurangi penyebaran video dan audio yang menyesatkan. Selain itu, undang-undang juga harus segera diperbarui agar bisa menangani masalah penyalahgunaan teknologi ini dengan lebih baik.

Teknologi deepfake mirip dengan pisau yang memiliki dua fungsi. Di satu sisi, pisau bisa digunakan untuk memasak makanan yang lezat atau membuat karya seni yang menarik. Begitu juga dengan deepfake, yang bisa dimanfaatkan untuk hal-hal positif seperti membuat film yang lebih menarik atau mendokumentasikan sejarah dengan cara yang lebih hidup. Namun, di sisi lain, jika digunakan dengan cara yang salah, deepfake bisa menjadi alat yang sangat berbahaya, merusak reputasi orang dan menimbulkan kepanikan di masyarakat. Dengan kemampuannya yang luar biasa untuk memanipulasi, deepfake seperti "puting beliung digital" yang bisa mengaburkan batas antara fakta dan kebohongan. Oleh karena itu, kita perlu memahami dan mengawasi potensi risiko dari teknologi ini sebelum dampaknya semakin meluas.

Deepfake adalah sebuah teknologi yang memungkinkan pembuatan konten digital yang terlihat sangat nyata dengan menggunakan algoritma kecerdasan buatan, terutama jenis jaringan saraf yang disebut Generative Adversarial Networks (GAN). Dalam prosesnya, GAN melibatkan dua jaringan yang saling berinteraksi: satu jaringan bertugas untuk membuat gambar atau suara palsu, sedangkan jaringan lainnya berusaha membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Kedua jaringan ini saling "berkompetisi" untuk menghasilkan karya yang semakin sulit untuk dibedakan dari yang asli. Teknologi ini dapat meniru ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan suara seseorang dengan tingkat akurasi yang tinggi. Keunggulannya adalah kemampuannya untuk menghasilkan hasil akhir yang terlihat sangat autentik, sehingga sering kali hanya ahli forensik digital atau perangkat lunak khusus yang dapat mendeteksi adanya manipulasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun