Sebagai wanita berusia 19 tahun dan belum terpikirkan untuk berumah tangga, saya melihat fenomena poligami di Indonesia sebagai suatu hal yang sangat mengerikan dan sangat tidak lazim. Dalam antropologi sosial poligami adalah sistem perkawinan dimana salah satu pihak mengawani beberapa lawan jenisnya. Ada 2 jenis poligami , yaitu poligini (pihak laki-laki mengawani beberapa lawan jenisnya) dan poliandri (pihak wanita mengawini beberapa lawan jenisnya). Di Indonesia sendiri poligini lah yang lebih popular dengan sebutan poligami.
“Beberapa pria terlahir untuk merasa tidak cukup dengan satu pasangan hidup, dan beberapa wanita juga terlahir untuk tidak terlalu peka akan perasaan wanita lainnya.” dikutip dari buku Gado-gado Poligami. Mungkin inilah yang melatarbelakangi poligami. Dalam ajaran agama islam, poligami memang diperbolehkan namun Rasul tidak pernah menganjurkan. Konteks poligami yang dijalani Rasul pada saat itu dengan realita poligami yang terjadi saat ini sangatlah berbeda. Realita yang saya lihat saat ini adalah poligami yang didorong oleh nafsu. Kebanyakan poligami didahului oleh perselingkuhan.
Sadar atau tidak, praktik poligami merugikan pihak wanita. Di Indonesia belum ada regulasi hukum yang jelas yang melindungi wanita dalam hal ini. Misalnya mengenai pembagian waktu suami terhadap isteri-isterinya, mengenai pembagian nafkah, hal tersebut tidak di atur dalam undang-undang. Dan apabila pihak laki-laki mengabaikan kewajibannya terhadap istri yang lain, maka pada umumnya istri tersebut hanya memendam kekecewaannya.
Sangat disayangkan sekali di negara kita poligami diperbolehkan, bahkan pelakunya bisa dari berbagai kalangan mulai dari pedagang asongan hingga menteri. Dengan diperbolehkannya poligami, maka kesetaraan hak antara pria dan wanita tidak akan dapat tercapai. Negara-negara maju di Eropa dan Amerika melarang keras praktik poligami. Selain menjaga kedudukan wanita, hal ini juga menambah arti dan nilai dari suatu perkawinan. Idealnya perkawanian dilakukan sekali seumur hidup bukan?
Selain itu poligami juga dapat merusak psikis anak. Seorang anak tumbuh dari keluarga poligami pastilah akan merasakan kuranganya rasa kasih sayang dari ayahnya. Namun sayangnya hal inilah yang sering diabaikan oleh setiap ayah yang melakukan praktik poligami. Mereka berpikir bahwa dengan memberikan pendidikan, uang, dan makan yang cukup itu sudah adil untuk anak, namun pada kenyataannya anak harus tumbuh disertai perhatian dan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya. Poligami menyebabkan intensitas waktu kebersamaan antara seorang ayah dengan anaknya berkurang karena kewajibannya membagi waktu dengan istri-istri yang lain. Bukan berarti melakukan poligami satu atau dapat menyelesaikan masalah ini. Pada praktiknya banyak wanita yang suaminya melakukan poligami menangisi nasibnya, hati anak mana yang tidak hancur harus menerima kenyataan bahwa ayah mereka yang selama ini mereka anggap hero menyakiti hati ibu mereka yang selama ini bagaikan malaikat untuknya. Poligami dapat menumbuhkan rasa kebencian anak terhadap ayah mereka. Disisi lain poligami juga dapat menjadi aib bagi seorang anak karena merasa keluarganya tidak wajar. idealnya keluarga hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Beberapa kasus poligami dilakukan karena pasangan wanita ternyata infertil atau tidak dapat memiliki keturunan, bolehkah hal ini? Menurut saya sangat disayangkan sekali pernikahan hanya untuk tujuan memiliki keturunan. Di Indonesia ada banyak bayi-bayi terlantar yang dapat di adopsi untuk dijadikan anak. Dalam konteks ini, bagaimanapun poligami sangat melukai perasaan wanita. Wanita mana yang ingin untuk ditakdirkan dengan ketidakmampuan memiliki keturunan? Sebagian wanita infertil menyetujui permintaan suaminya untuk dimadu, benarkah dia ikhlas? Tentu tidak, dia hanya tidak punya pilihan lain. Hal ini jelas menunjukan bagaimana praktik poligami tidak adil untuk wanita. Bagaimana jika konteksnya adalah laki-laki tersebut yang infertil? Kebanyakan laki-laki infertil akan tetap bertahan dengan pasangannya. Adakah wanita yang meminta izin pria infertil untuk poliandri karena dia sangat ingin mengandung dan memiliki anak? Saya rasa hal ini belum pernah terjadi di Indonesia. Jadi saya harap laki-laki yang berniat poligami dengan alasan pasangan anda mandul, coba pikirkan bagaimana jika posisinya dibalik menjadi anda yang mandul?
“Lebih baik poligami daripada perselingkuhan.” Mungkin ini ada dibenak sebagian besar pria. Menurut saya tidak ada yang lebih baik diantara keduanya. Setiap pria diberi kedudukan untuk memilih pendamping hidupnya bukan? Perlu diingat bahwa berkeluarga seperti mengelola sebuah jiwa. Jika tidak hati-hati dalam membina rumah tangga, kita bisa merusak jiwa-jiwa yang ada didalamnya, yang seharusnya kita lindungi dunia akhirat. Baik poligami dan perselingkuhan dapat melukai orang-orang yang ada dalam suatu perkawinan. Bukan hanya pasangan, namun juga anak-anak yang seharusnya merasakan kasih sayang dan kehangatan keluarga.
Saat ini banyak sekali pejabat public, artis, dan tokoh masyarakat yang melakukan praktik poligami dan diekspos oleh media. Hal ini menjadikan masyarakat beranggapan bahwa poligami merupakan hal yang lumrah dan memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa siapapun dapat melakukannya. Faktanya banyak dari pejabat public yang melakukan praktik poligami maupun perselingkuhan tersangkut kasus korupsi. Sebut saja yang baru-baru ini adalah Walikota kota Palembang Romi Herton.
Untuk setiap laki-laki yang berniat poligami, sudah setarakah keimanan anda dengan Muhammad SAW? Ingat Beliau bukanlah manusia biasa.
Untuk setiap laki-laki yang berniat berselingkuh atau mungkin sedang menyelingkuhi pasangannya saat ini, sudah lupakah anda mengenai siapa anda dulu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H