Ada hal menarik untuk dibahas mengenai pendukung Jokowi dan pembenci Jokowi. Jika kita perhatikan alasan yang diungkit bagi para pendukung Jokowi selalu berkaitan dengan keyakinan bahwa Jokowi adalah pimpinan yang tepat dikarenakan mereka merasakan bagaimana tindakan sang pemimpin yang secara tidak langsung berbicara mengenai bagaimana masadepan yang bukan hanya kata kata, Mereka merasakan perubahan dari sisi emosi dan semangat kinerja PNS DKI dan berbagai rencana yang langsung dieksekusi.Mereka merasakan bahwa semangat seperti itu jika dijadikan presiden RI maka Indonesia punya harapan.
Mari kita cermati komentar para pembenci Jokowi. Rata rata komentar berbunyi di atas fakta angka. Betul tidak ada busway yang bertambah, kemacetan juga tidak berkurang, Jumlah PNS DKI juga sama aja, Pendapatan daerah juga biasa saja malah menghabiskan cadangan kas untuk KJS dan KJP yang dalam hitungan tentu minus.Dengan kata lain melalui angka tidak banyak berubah,
Nah justru ini hal yang menarik yaitu adanya GAP atau JURANG YANG BESAR yang MEMBUTAKAN kedua belah pihak.
Secara science atau ilmu pengetahuan , sebenarnya ada jawaban untuk itu, merasakan kharisma Jokowi dan tindakannya merubah semangat dan aura dari DKI adalah orang yang  memiliki otak kanan yang lebih dominan sehigga yang dirasakannya lebih nyata dari pada angka angka.
Sebaliknya otak kiri dominan atau logika yang kuat lebih mendasarkan pendapat kepada angka angkayang nyata yang dapat dihitung sebagai tanda kemajuan, Perubahan semangat pemerintahan boleh dibilang tidak dirasakan sama sekali oleh orang tipe ini. Jadi mengatakan kinerja Jokowi sempurna itu sama sekali tidak akan dilihatnya. Bukan tidak mau , tapi memang tidak mampu dan tidak terlihat.
Sebaliknya Pendukung Jokowi yang bisa merasakan kinerja sang gubernur, merasa lucu jika angka menjadi patokan keberhasilan.
Tetapi faktanya Jokowi menang 50 persen lebih itu berarti 40 persen lebih berpikir mengenai fakta dan angka . Kita beruntung ada lebih banyak orang yang berpikir dengan hati  meski beda sedikit , orang yang berpikiran kanan . Sehingga Jakarta bisa menuju ke arah yang lebih baik. Yang betul betul tidak dapat dirasakan oleh "Si Kiri".
Menjadi lucu ketika mereka berdebat. Fakta angka tidak bisa diterima, Fakta perubahan semangatpun tidak bisa diterima oleh masing masing yang bertikai.
Salah siapa? Tidak ada yang salah karena ini semata mata hanya Science yang memegang peranan. Memang sudah ditakdirkan ada orang yang dapat melihat hal yang halus seperti semangat Sang Gubernur, ada juga yang tidak dapat melihat.
Tetapi perbandingan jumlah orang orang ini ternyata memegang peranan besar dalam kemajuan suatu negara. Kemampuan melihat hal yang tidak terlihat itu yang menyelamatkan Jakarta dan mungkin juga nanti Indonesia, karena yang memilih mereka pastinya dengan hati yang sudah merasakan bagaimana Sang Gubernur bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H