Mohon tunggu...
Beny Akumo
Beny Akumo Mohon Tunggu... Pengacara - Ingin menjadi pengusaha

Seorang in-house Lawyer: itu saja, tidak lebih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sudah Bau Tanah

17 Agustus 2010   00:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau saya dilahirkan 65 tahun lalu, bagi manusia - umur segitu tentu sudah kakek-kakek, sudah bau tanah - denga rambut putih yang mulai merata di semua bagian kepala, dan mulai rontok, habis dikikis waktu dan shampoo. Mungkin malah sudah mulai pikun, lupa akan sesuatu.

Kulit sudah pasti mengendur, dimana-mana mulai keriput - istilahnya nyusut atau bahasa agak kerennya "kulit kusut yang perlu di seterika", kayak baju putih bahan tertentu, yang walau sudah di seterika juga bentuknya masih kusut (tapi dulu jadi trend tuh baju putih bahan kusut - zaman SMP sama SMA dulu tahun 1985-1989) ... mata mulai rabun - susah liat deket atau malah susah liat yang jauh - pendengaran agak budek, nggak bisa lagi suit-suit dari jauh ngeliat pemandangan yang "asoy geboy" - dimana yang diliat dan disuiti semakin menjadi-jadi jalannya "punya lu ... punya gua ... punya lu ... punya gua" halahhhhh .... kalau megang benda apapun tangan jadi tremor - gemeter yang kenceng gitu. Gampang terpancing emosi yang melow - yaaa namanya juga sudah tua.

Sering sekali saya kasih komentar bagi Ibu-Ibu mantan pejabat, atau Ibu-Ibu berduit banyak yang suka kumpul-kumpul mengadakan acara yang "nggak perlu" - misal: belajar salsa, belajar dance, arisan ketawa-ketiwi, sementara para sopir capek nunggu majikan perempuan mereka yang asyik "masyuk" mereka ngerumpi saling cari lowongan atau saling mentertawakan majikan masing-masing dengan kelucuan atau sifat-sifat sang majikan - yang cerita sinis, lainnya ketawa - manusiawi kali ya. Nggak sekali dua kali kalau saya melewati kumpulan begitu pasti yang keluar dari mulut saya "aduh nenek-nenek, mendingan ngaji, banyak-banyak wirid, daripada ngumpul cuma buat ketawa-ketiwi" sinissss - padahal karena agak kesel karena banyak mobil-mobil mereka yang parkir bikin sempit jalanan. Kalau umur saya seperti nenek-nenek itu dan ngumpul sama temen-temen, bukan nggak mungkin ada anak muda yang lewat juga kasih komentar "aduh kiiii, mendingan banyak wirid sama shalat + ngaji deh daripada ngumpul begitu ..." karma ...

Itu (mungkin) kalau umur saya sudah 65 - dan sebagai manusia, lha ini bukan manusia, Negara Republik Indonesia tercinta lho ini yang umurnya sudah 65, jangan sembarangan lho ... sudah dewasa, sudah mature, dan harusnya karena ini adalah ulang tahunnya suatu Negara (tercinta) maka sudah selayaknya semakin tua semakin dewasa dan semakin kokoh, kuat, teguh, kukuh berlapis baja, iya toh? Lha ya bukannya saya tidak cinta tanah air tapi kayaknya nggak salah juga kalo sampe saya nyindir (sendiri) "sudah umur, sudah tua, mbok ya nggak usah lagi belajar dance, belajar salsa ... banyak-banyak ngaji sama shalat" ... tapi ini Negara, gimana ngaji-nya? gimana shalat-nya? Ya khan? Kok ya ciri-ciri sudah berumur 65 tahun kok seperti yang saya jelasin diatas. Nggak percaya? Coba ceck rambut putih dan rontok (hutan), kulit yang kusut - sekusut perplitikan kita, suka tremor - suka heboh sendiri yang dibuat sendiri, pikun - ya lupa kalo udah korupsi tahun belakangan, lupa duitnya dari mana (refer to rekening gendud), penglihatan deket rabun - yang jelek di depan mata nggak keliatan (refer to Lapindo de el el) - apalagi yang bagus ("Sri Minggat"), penglihatan jauh? apalagi ... lha wong yang deket aja lamur.

Pendek kata di umur 65 ini Negara saya tercinta Indonesia kok ya kayak umurnya Kakek-kakek ... hehe ... tapi apa saya malu menjadi warga negara tercinta ini? Ya nggak sama sekali, masih ada rasa bangga menjadi anak negeri ini - walaupun (mungkin) para petinggi dan para pejabat yang memimpin negeri hanya mementingkan pribadi dan kelompoknya saja, "Rakyat? siapa elu ..." mungkin begitu kata Bapak-Bapak petinggi negeri ...

Akhirnya saya hanya bisa mengucapkan Dirgahayu Negaraku Indonesia Tercinta - aku bangga menjadi anak Negeri ini ... dan bagi Bapak-Bapak pemimpin negeri? sudahlah Pak, banyak-banyak wirid dan zikir, shalat juga ngaji, biar selamat dunia akhirat ... sudah bau tanah juga kok ya masih senengannya "narsis" - narsis kelompok juga narsis pribadi ...

[caption id="attachment_228752" align="alignnone" width="300" caption="koleksi-pribadi"][/caption]

Andika Bhayangkari ...............................................................................................................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun