Mohon tunggu...
Beny Akumo
Beny Akumo Mohon Tunggu... Pengacara - Ingin menjadi pengusaha

Seorang in-house Lawyer: itu saja, tidak lebih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Sudah Jumat Lagi?

25 Maret 2011   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:27 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1301046585419599169

Berawal dari status di Facebook saya semalam, tepatnya saya menulis begini: "Kenapa sudah Jumat lagi ya? Bayangkan, jika setiap hari dan minggu saja berlalu tanpa kita sadari, bagaimana dengan umur kita? Semakin dekat? Pasti, sangat pasti semakin dekat ... tidak terasa khan? Hmmm apakah kita sudah siap? Anda? Saya? Kamu? Siap? ..." Beberapa teman memberikan komentar yang mengatakan bahwa "kok serem amat sih ngomongnya?" dan beberapa teman lain (seperti biasa) berkomentar untuk bercanda-canda. Hmmm coba sekali lagi saya merenung, sedikit saja (mumpung hari Jumat hehe); adalah benar, dengan kesibukan-kesibukan di kantor, kesibukan dengan pekerjaan, kesibukan dengan rumah tangga, cari uang, mnghidupi keluarga, bersenang-senang, dan lain sebagainya, sampai tibalah hari Jumat (lagi). Sebagian besar dari kita pasti saat menyadari sudah kembali bertemu Jumat akan berteriak senang "akhirnyaaaaa ... besok sudah libur!!!" atau ada juga yang merencanakan pergi kemana dengan dan/atau tanpa keluarga, yang penting bersenang-senang, melepas lelah, istilah sekarang itu mungkin mmmm "me time..!" memanjakan tubuh pikiran dan badan. Atau ada juga yang membuat status di Facebook atau Tweeter nya begini "hibernasiiiiiii...." hehe ... Di balik kesenangan itu semua, kita belum ketemu dengan "ujung" dari kata-kata: "nggak kerasa ya udah Jumat lagi ..." dimana dalam arti lain, kita sendiri tidak sadar hari-hari cepat berlalu, berganti minggu, berganti bulan dan berganti tahun; umur kita hidup di dunia pun semakin hari semakin mendekati "titik akhir", titik dimana kita harus meninggalkan semua yang ada dan kita miliki; ya keluarga, ya anak, ya Istri/Suami, ya Bapak/Ibu, harta, emas, deposito, reksadana, apalagi? Semua kita wajib tinggalkan. Apakah kita harus bersedih karena hal ini? Atau malah bersenang? Hanya anda sendiri yang bisa menjawab. Saya mempunyai sedikit ilustrasi yang saya buat sendiri; bahwa kita semua yang hidup di dunia itu "tercatat" namanya di "pohon besar" di akhirat sana, di setiap daun di "pohon besar" itu tercatat nama-nama dari seluruh manusia yang hidup di dunia, di setiap hari nya banyak daun-daun yang runtuh, jatuh, gugur ke tanah. Malaikat akan mengambil, menyapu, daun-daun itu, kemudian mencocokkan nama-nama yang tertera di daun runtuh itu dengan manusia-manusia yang pada hari yang sama itu mangkat alias meninggal. Jika ternyata ada manusia yang meninggal, namun namanya tidak tercantum di dedaunan, sang malaikat akan memulangkan manusia yang belum saatnya meninggal - maka disebutlah "mati suri". Ada juga manusia-manusia yang sebenarnya belum saatnya untuk mangkat, namun "memangkatkan" diri sendiri alias bunuh diri, maka malaikat akan menemukan daun-daun yang masih hijau dan sehat namun jatuh gugur ke tanah; begitulah ilustrasi yang saya "asumsikan" buat diri sendiri. Saya tidak tahu, apakah "daun" dengan nama "Beny Akumo" sudah mulai menguning dan sudah akan "gugur"? Tidak seorang pun yang tau, karena saya tidak diperkenankan atau sesiapapun tidak diperkenankan untuk melihat "pohon besar" berisi nama-nama di akhirat sana, sehingga jika kita diperkenankan melihat maka kita bisa "bertobat" atau kembali ke jalan yang benar sebelum waktu "gugur" yang sudah di ketahui itu. Tentu tidak begitu khan? Jalan satu-satunya supaya kita terselamatkan; hanya satu, selalu bersiap, dengan mengamalkan apa yang diajarkan oleh Sang Maha Kuasa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Nah, apakah anda juga selalu bersiap-siap? .... Jangan hanya tabungan, deposito, reksadana, asuransi, atau emas saja yang kita persiapkan jika sewaktu-waktu kita "mangkat" dan daun atas nama kita gugur dari dahan pohon besar di akhirat sana, lalu meninggalkan warisan bagi sesiapa yang kita tinggalkan, itu juga penting sih, itu juga perlu untuk dipersiapkan, tapi juga jangan lupa persiapan untuk bekal kita di alam "sana" wajib juga dipersiapkan. Maka: tidak terasa sudah Jumat lagi, atau tepatnya tidak terasa umur kita semakin mendekat ke kematian? [caption id="attachment_96683" align="alignleft" width="700" caption="menunggu godot - internet"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun