Apa yang menjadi "kecanduan" bagi temen-temen di Kompasiana? Kecanduan untuk selalu posting tulisan? Pasti ya ... karena kalau saya lihat dan perhatikan banyak sekali teman-teman di Kompasiana ini yang dalam seminggu bisa mem-posting tulisan / artikel sampai beberapa artikel. Bahkan pada akhir pekan, tingkat kunjungan ke blog Kompasiana meningkat, postingannya pun membludak ... bahkan juga sampai-sampai membuat Group tersendiri di facebook atau di "burung bernyanyi", semua itu dikarenakan "kecanduan" ... bener begitu? Dulu, pada saat awal-awal saya bergabung di Kompasiana ini, saya men-targetkan diri saya sendiri untuk bisa mem-posting artikel 3 (tiga) sampai 4 (empat) artikel di setiap bulannya - yang berarti satu minggu satu artikel yang ter-posting ... ya awal-awalnya saya bisa memenuhi "pen-targetan" itu, namun semakin kesini - mulai tahun 2011, semakin jarang saya bisa mem-posting artikel tulisan, boro-boro bisa satu bulan 1 (satu) artikel, untuk berkunjung atau sekedar melihat-lihat blog Kompasiana tercinta ini saja serasa tidak ada waktu lagi. Yaaaa kalaupun stop-by saja, saya tidak sempat membaca tulisan teman-teman Kompasiana yang (semua) hebat-hebat dan bagus-bagus ... sya hanya melihat-lihat judul-judul artikel, dan kalaupun sangat menarik, barulah saya coba klik untuk melihat isinya. Banyak juga kegiatan diluar kegiatan tulis menulis di Kompasiana - yang diadakan dan diselenggarakan oleh temen-temen Kompasiana (misalkan temu kangen, buka bersama, saling bersilaturahmi) yang menurut saya sangat menarik untuk diikuti dan juga bisa berkumpul, saling kenal secara langsung, dengan para penulis Kompasiana yang "menakjubkan" ini. Kegiatan itu rata-rata memang diselenggarakan pada saat libur akhir pekan (atau hari libur lainnya), tapi ... sayangnya saya sudah terlanjur membuat patokan pedoman hidup yang saya wajib jalankan - dimana jika saya tidak menjalankannya - pasti ada rasa guilty feeling yang akan "menghantui" saya. Apa patokan pedoman hidup itu? yaitu adalah di setiap akhir pekan, atau di hari-hari libur, itu adalah waktu saya bersama keluarga dan/atau keluarga besar saya untuk saling memper-erat tali persaudaraan, berkumpul, bercengkerama, ber-olahraga, kadang menginap dimana saja diluar kota, berlibur bersama .. tanpa ada interupsi dari kerjaan atau pihak-pihak lain di luar kerjaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga. Ya, tidak semua anggota keluarga kami selalu hadir lengkap. Ada saja yang excuse dari beberapa diantara kami, semisal ada tournament-lah itulah, atau alasan-alasan lain. Betul bahwa keluarga besar saya tidak "mengharuskan" selalu ikut - hadir (karena saya pun bisa excuse jika sudah ada kegiatan di lingkungan cluster rumah tempat saya tinggal), namun "patokan pedoman" yang saya jalani sudah mendarah daging dalam diri saya, sehingga diri saya sendiri pun tidak bisa meng-excuse-kan diri sendiri untuk ber-kegiatan "sendiri" tanpa melibatkan keluarga. Olahraga? Ya, minggu pagi saya melakukan kegiatan olahraga bersama dengan teman-teman sesama eks-perusahaan otomotif - dari jam 06.30 s/d jam 09.00, sudah ... selebihnya tentu dengan keluarga saya lagi. Apakah itu tidak baik? Tergantung kepada persepsi masing-masing kan? Bagi saya ber-sosialisasi diluar kegiatan keluarga, saya bisa lakukan selepas jam kantor - sekedar berkumpul teman-teman SMP, kadang teman-teman SMA, teman-teman kuliah, teman-teman eks kantor yang lalu-lalu, atau lain-lainnya (sejak ada facebook - kegiatan kongkow dengan teman lama semakin banyak dan sering), sehingga pada saat libur akhir pekan, saya tidak (mau) terganggu dengan ber-sosialisasi diluar keluarga - kecuali lingkungan rumah tinggal. Nah, di akhir pekan pun saya tidak berkeinginan untuk membuka dan menyalakan komputer, melihat account di facebook, atau sekedar melihat account di "burung bernyanyi", bahkan juga Kompasiana .. yaaaa pada awal-awal saya memiliki account di facebook atau di burung bernyanyi atau Kompasiana, saya "memaksakan" waktu untuk mengunjungi, sekedar melihat berapa banyak teman, berapa banyak follower, berapa banyak orang yang melihat tulisan saya ... tapi sekarang-sekarang ini. Tidak punya keinginan untuk itu - mati rasaaaa rasanya hehe .... Maka itu saya suka kagum (beneran kagum) dengan teman-teman yang di akhir pekan masih bisa update Kompasiana, facebook, atau di burung bernyanyi ... bahkan melaksanakan pertemuan "copy darat", saling mengenal satu sama lain, silaturahim, kemudian dilanjutkan dengan mem-posting hasil pertemuan-pertemuan itu, saling memberikan komentar atas photo yang ada, atau pelaksanaan acara ... hmmmm apakah itu semua karena "kecanduan?" (dalam arti positif pastinya ya) ... Iri juga sih ya atau pengen juga sekali-sekali saya "ikutan" kumpul-kumpul seperti itu, tapi guilty feeling pada anak-anak saya atau keluarga pasti akan menyiksa saya ... (ajak aja keluarga kalau begitu hehe ... sayang nya tidak bisa, karena anak-anak saya pun sudah terbiasa kumpul keluarga atau melakukan kegiatan akhir pekan hanya saya + istri dan anak-anak saja atau bersama keluarga besar kami, yang ada mereka bertiga akan merengek dan berkata "ayo cepetan pulang Ayaaahhhhh ..." nggak nyaman kan kalau masih kumpul-kumpul anak saya pada rewel minta pulang :) ) Naaahhhh kalau teman saya - tepatnya kakak tingkat saya di S1 dulu beda kecanduannya. Ada yang kecanduan pacaran, ada yang kecanduan ngintip (beneran ini lhooo), kecanduan "ngisep" dan ada juga yang kecanduan minuman keras. Yang kecanduan minum-minuman keras ini (sebut saja si "A") sampai-sampai bangun tidur pun minuman wajibnya adalah wiski ... mau tidur minum-minuman keras, bangun tidur begitu juga ... tapi anehnya beliau ini tidak pernah "mabuk" (dalam arti sesungguhnya ya) sejauh penglihatan saya, baik bertemu di kampus, maupun dimanapun saya bertemu dengan beliau - beliau tetap sadar ... tapi sangking hobby-nya beliau dengan minum-minuman keras, jatah susu kaleng Ibu beliau yang bekerja di rumah sakit (setiap bulan Ibu-nya dapat jatah susu kaleng), jika susu-susu kaleng itu sore ada di lemari, maka malam harinya semua kaleng susu itu sudah pindah keeeeeeeeemanaaaa????? Ke warung dekat rumah beliau ... apa gantinya? Karena si A ini "kecanduan" dengan minum-minuman keras, maka pengganti ber-kaleng-kaleng susu sehat itu adalah berbotol-botol minuman keras (pastinya) heheeee .... [caption id="attachment_172157" align="alignleft" width="448" caption="Ayah - Mamas: "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H