Mohon tunggu...
Beny Akumo
Beny Akumo Mohon Tunggu... Pengacara - Ingin menjadi pengusaha

Seorang in-house Lawyer: itu saja, tidak lebih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jaran Kepang

10 Januari 2012   03:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:06 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326164799274173400

Permainan (atau budaya seni) tradisional Jaran Kepang, sudah tidak pernah sama sekali saya dengar lagi saat ini, hanya sesekali saja ... itupun melihat di siaran televisi, bukan pertunjukan langsung di hadapan mata kepala saya. Padahal semasa saya kecil dulu, hampir setiap minggu setiap ada keriaan, selalu saja ada pertunjukan Jaran Kepang. Dengan alunan musik gamelan yang khas, begitu kuping saya mendengar 5 sampai 10 not tangga lagu dimainkan, saya sudah paham itu adalah musik yang mengiringi dimulainya pertunjukan Jaran Kepang, maka bersegera saya memakai sandal jepit, lari menuju arah mana musik gamelan Jaran Kepang itu berasal. Dimulai dengan para "jaran" (kuda) yang menari gemulai (terdiri dari 5 sampai 7 "jaran"), dengan musik yang mendayu-dayu khas gamelan Jawa, lalu ada seorang yang memakai "topeng" buto (setan) yang ikut menari namun berkeliling, mengelilingi semua "jaran" yang ada, lalu ada "tetua" yang membakar kemenyan, ditaruh di depan "sepasukan jaran" itu ... lama kelamaan musik berubah semakin beringas, menghentak, disertai dengan iringan "cambuk" yang dihentakkan dengan ritme yang tetap "celetaarrrrrrrr" .... begitu kira-kira bunyi cambuknya .... dan anehnya begitu cambuk itu dihentak-hentakkan ke udara atau di sekitar para "jaran", maka satu persatu para "jaran" itu maju ke depan dan "menyembah" (lebih tepatnya mencium asap) kemenyan, maka dimulai lah "pertunjukkan" sesungguhnya dari kesenian Jaran Kepang (beberapa juga menyebutnya "Kuda Lumping") tersebut. Aroma mistis seketika menyeruak ke dalam arena pertunjukan seni tersebut, satu persatu para "jaran" menjadi hilang ingatan atau kesurupan, ada yang beringas mengejar-ngejar penonton, sehingga menyebabkan penonton yang dikejar itupun berlarian mencoba menghindar .... (selama saya pernah menonton sih, belum pernah ada penonton yang tertangkap oleh si "jaran" yang sudah "kemasukan setan" itu - kalau tertangkap si "jaran" mungkin bisa "dedel duwel" ya ..) ........ ada juga yang berubah menjadi (jelmaan) ular, merebahkan badannya ke tanah, meliuk-liuk bagai ular, tanpa menggunakan kedua tangannya, mata melotot merah, lalu kesemua "jaran" yang kemasukan setan itu diberi minum air campuran bunga / kembang, memakan beling (pecahan kaca), mencerabuti sabut buah kelapa, memanjat tiang listrik (seolah menjadi seekor monyet) ... semua pertunjukkan itu di jaga oleh 1 atau 2 orang "pintar" yang sewaktu-waktu bisa menyadarkan para "jaran" yang sudah mulai menunjukkan kelakuan yang membahayakan bagi pengunjung atau diri si "jaran" itu sendiri. Tidak jarang juga beberapa penonton tiba-tiba jatuh dan bertingkah sama layaknya para "jaran" itu, namun hal [caption id="attachment_154947" align="alignleft" width="300" caption="jaranan"][/caption] itu akan dibiarkan terlebih dahulu oleh si "penjaga" pertunjukkan, jika sudah membahayakan maka, segera disadarkan oleh para "penjaga". Namun tidak menutup kemungkinan (ada saja) para "jaran" atau penonton yang "kesurupan" sangat susah untuk dijinakkan dan disadarkan, bahkan sampai dipegang oleh lebih dari 5 orang sekalipun, sang "jaran" atau penonton yang kesurupan itu mampu berontak, terlepas, dan "menari lagi" ... Yang menarik dari pertunjukkan "Jaran Kepang" ini adalah proses berubahnya para "jaran" ke keadaan tidak sadarkan diri alias kesurupan, melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan oleh manusia dalam keadaan sadar, sampai dengan proses dilakukannya upaya "menyadarkan" diri para "jaran" atau penonton yang kesurupan tadi oleh para "penjaga"nya ...... ada rasa takjub, ngeri, juga takut, tapi juga senang ... bahkan membayangkannya sekalipun sekarang ini, saya masih bisa merasakan daya mistis yang melingkupi pelaksanaan acara kesenian "Jaran Kepang" itu ... Saat dulu itu, Jaran Kepang mabuk / kesurupan, tidak sadarkan diri, tidak tahu apa yang telah dia perbuat saat sang "jaran" kemasukan setan ... tapi saat ini, banyak sekali para petinggi negeri yang tidak mabuk, tidak kesurupan, sadar diri sesadar-sadarnya, melakukan hal-hal yang diperbuat oleh "setan", namun saat dikonfirmasi atas segala perbuatan "setannya" mereka "memilih" jawaban yang mabuk seolah-olah sedang tidak sadarkan diri, kesurupan, sehingga mengakibatkan sakit, bahkan sakit lupa berkepanjangan. Duluuuuuuu orang memainkan peranan "Jaran Kepang" untuk membuat ketertarikan "setan" dengan senang hati datang lalu merasuki para "jaran", namun sekarang "setan" dikejar-kejar hingga ketakutan berlari lintang pukang menjauhi para petinggi negeri yang mengejar yang "ingiiinnnnn" sekali dirasuki atau dimasuki / kemasukan setan. Aneehhhhhh bin ajiibbb ajiiiiibbbbb ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun