Mohon tunggu...
Beny Akumo
Beny Akumo Mohon Tunggu... Pengacara - Ingin menjadi pengusaha

Seorang in-house Lawyer: itu saja, tidak lebih

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pelecehan: Dijijikkan...

18 Maret 2011   08:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:41 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masih dalam lingkup berkendaraan umum memakai jasa pelayanan kendaraan umum. Seperti halnya copet yang bergentayangan dengan sikap profesionalnya, mencari mangsa, "menggambar", operasi dan lain sebagainya, begitu juga dengan para "penderita" penyakit yang caranya (maaf) menempelkan, menggesekkan, digesekkan, mengeluarkan, dikeluarkan "senjata" pribadi kepada lawan jenis didalam angkutan / kendaraan umum di Jakarta ini.

Banyak sudah pembahasan-pembahasan yang sudah diliput atau diberitakan oleh banyak stasiun televisi mengenai terjadinya pelecehan seksual di kereta api, bus transjakarta (orang lebih senang menyebut "busway"), terutama di pagi hari, atau pulang kantor, dimana di dua waktu itu terjadi pelonjakan penumpang di semua moda transportasi di Jakarta ini. Dan di dua waktu itu adalah waktu "wangi2nya" para penumpang wanita, karena mereka biasa berdandan dan "menyirami" badan mereka dengan wewangian semu buatan manusia. Tidak dengan penumpang pria, pergi wangi atau biasa saja, pulang malah jadi asem atau semakin kecut hehe ... (maaf ini pandangan pribadi lho ya). Nah, di jam-jam pulang kantor atau pergi kantor itulah para penderita penyakit tertentu itu bergentayangan - dan anehnya belum ditemukan penderita "penyakit" ini berjenis kelamin wanita (seru kali kalo ada wanita yang berpenyakit hobby menempelkan, mengeluarkan, menggesekkan "barang" pribadinya?).

Saya - mohon maaf kalau anda semua kecewa - bukan penderita penyakit tersebut, namun saya pernah menyaksikan, melihat dengan mata yang ada di kepala saya sendiri, seseorang yang berpenyakit "aneh" tersebut beraksi. Pagi, berangkat kantor (dulu tahun 1996) menggunakan moda angkutan metromini P10 dari daerah Sumur Batu, Jakarta Pusat menuju terminal Pasar Senen, metromini mulai penuh dan akhirnya sesak, rata-rata para pekerja, sebagian kecil anak sekolahan. Satu persatu mulai turun sebelum masuk ke terminal pasar senen, tepatnya di depan hotel boutique - kemayoran (sekarang hotel boutique) keadaan metromini sudah mulai lengan, hanya ada satu dua orang yang masih berdiri, termasuk seorang lelaki bercelana pendek dan di depannya seorang pekerja kantoran berkelamin wanita. Anehnya, sudah mulai lengang tapi si lelaki masih terlihat nempel di belakang si pekerja kantoran itu, bila si wanita bergerak si lelaki (sebagai buntut) ikut juga dan tetep nempel, kami yang melihat jadi berkesan lucu juga kasihan - lucu karena si lelaki "memaksakan" bahagian badan yang ditumbuhi "tongkat ajaib" untuk tetap "nempel" di buritan kapal Titanic (walau sampai tergeol-geol)' dan kasihan melihat si wanita yang pada akhirnya mendapatkan tempat duduk kosong untuk bersegera duduk. Anehnya si lelaki tanpa malu masih berdiri dekat-dekat "pelabuhan" - mungkin masih berharap kapal Titanic tidak lama-lama bersandar.

Pengalaman kedua, bukan pengalaman melihat dengan mata di kepala saya sendiri, namun hasil cerita teman kantor yang berjenis kelamin wanita. Teman saya ini (sebut saja A) kebetulan menggunakan moda transportasi yang sejurusan dan sama dengan saya (tujuan Karawaci), kadang kami bisa bertemu dalam satu bus yang sama, terkadang juga berbeda bus, namun yang ingin saya ceritakan pengalaman pada saat kami tidak satu bus. Biasa juga pagi-pagi, berdesak-desakkan begitu, beliau ini merasa kok seperti ada yang "nyundul2" di belakanga dia, tepatnya di bahagian tertentu, beliau sementara mendiamkan dan sekaligus ingin "mengkonfirmasikan" apakah benar di belakang dia adalah orang berpenyakit aneh, atau tidak sengaja. Setelah beberapa saat dalam masa "konfirmasi" itu si A merasa dan yakin atau confirmed bahwa orang di belakang dia adalah orang berpenyakit, maka dengan serta merta dia membalikan badan (badan si A ini lumayan tinggi besar) lalu sekali sentak, si A mencubit "tongkat ajaib" milik kawan kita yang sakit itu sambil berkata "ini mau elu ya!!!!!" hahaha ... Saya tanya, apa nggak patah tuh "tongkat persneling" nya, dia jawab "emang gue pikiriiinnnn!!!!".

Lain waktu si A bercerita lagi, saat itu pergi kantor juga, pagi-pagi, A duduk dipinggir jendela, di sebelah dia duduk (bangku dua-dua) lelaki yang lumayan rapih, membawa koran, seolah-olah untuk membaca. Dalam perjalanan yang penuh sesak itu si A mera kok kayaknya lelaki di sebelah ini sedang melakukan sesuatu, tapi A tidak memperhatikan dan tidak pun ingin melihat atau melirik apa yang dilakukan lelaki di sebelahnya. Namun lama kelamaan kok gerakannya semakin cepat dan tidak lama kemudian si A mencium bau-bau aneh seperti bau pandan atau bau buah kelapa cengkir, karena saking penasarannya A melihat - nengok ke lelaki disampingnya tersebut, dimana dilihatnya si lelaki sedang memegang "tongkat persneling" yang dikeluarkan dari "kandang" dan sudah (maaf) berlumuran "olie" mesin, si A langsung huek huek, tanpa berani pindah dari tempat duduknya. Si lelaki tetap tenang tanpa merasa bersalah apapun, dan A pun tidak bisa berpikir lain selain ingin pindah dipindah oleh jin lampu ajaib ke suatu tempat yang aman, tidak ada lagi lelaki berpenyakit aneh seperti itu di sekitarnya. Saya sempet tanya "besar persnelingnya?" ..... "emang gue pikiriiiiiiiiiiinnnnnnnnn...." jawabnya keras dan huek huek lagi .....

Qpengalaman terakhir, adalah saya sendiri, dalam bus yang sama menuju ke Karawaci, tangan saya merogoh ke dalam kantong celana saya, berkali-kali saya merogohnya, kadang kantong kanan, kadang juga kantong di sebelah kiri, mbak di samping saya sudah mulai agak jengah, namun tiba-tiba kondektur datang, dan si mbak nanya "kurang ya mas ongkosnya? Ini saya tambahin dulu..." duuuhhhhh .... Untung ada si mbak ini, dan memang jika kami sering bertemu di bus yang sama pada jam-jam yang rutin, kami jadi saling membantu jika (contohnya) saya kekurangan ongkos. Besoknya saya ganti membayarkan ongkos mbak tersebut, impas ...... Disangkain cerita "penyakit dengan tongkat persneling ya" hehehehe .... Nggaklah ...

Jadi pengertian "pelecehan" itu apa bisa disamakan dengan "dijijikkan"?????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun