Mohon tunggu...
Aku Iki Buto Ijo
Aku Iki Buto Ijo Mohon Tunggu... -

out of the box person

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Life Begins Before Forty

29 November 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:12 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Familiar dengan tag Life Begins at Forty?. Jika Elang, (lihat cerita lengkapnya disini), -- yang mampu hidup hingga umur 70 tahun --, harus memilih keputusan berat pada usia 40 : menunggu kematian atau melalui proses menyakitkan dengan mencabuti bulu, cakar selama beberapa bulan supaya bisa tumbuh baru dan menjalani sisa 30 tahun terakhirnya denganfresh, , maka what about us, human beings?. Anda percaya dengan tag itu? Tag yang juga jadi judul lagu karangan John Lennon dan merupakan judul buku Walter B. Pitkin di tahun 1932, dan juga judul sebuah film tahun 1935 yang dibintangi Will Rogers itu mashyur bukan kepalang. Anda merasa tag itu pas dengan kehidupan anda saat ini? Ataukah anda sekarang sedang dalam progress mempersiapkan dan memenuhi fantasi dari tag itu?. Kenapa harus menunggu forty ya? Bagaimana jika before forty anda sudah live ur life. Bagaimana juga dengan anda-anda yang justeru merasa nggak begin-begin lifenya padahal sudah lewat dari forty?. Anda merasa cemas? Gelisah? Atau anda justru baru tahu ada tag seperti itu sekarang dan malah jadi kepikiran lantas introspeksi diri dan terbai'at dengannya? Emang gue pikirin. Maksudnya, alangkah tepatnya jika anda punya EGP-mentalism itu. Jangan-jangan tag buatan kaum kapitalis juga tuh : mengedepankan perencanaan hidup yang matang. Padahal hidup semestinya penuh dengan kejutan supaya lebih warna warni. Lihatlah program anak ras unggulan yang pernah dijalankan oleh Himler, pada masa Hitler-Jerman, demi untuk menciptakan generasi ras unggulan dalam kerajaan 1000 tahunnya Hitler, maka anak-anak Jerman yang dianggap ras unggulan being taken dari keluarga intinya. Berpuluh-puluh tahun kemudian ketika Hitler tumbang yang tersisa adalah generasi menyedihkan yang kehilangan orangtua aslinya. Lost Generations karena mereka tidak tahu lagi siapa orangtuanya dan siapa saudara/i nya. Itulah mengapa isi dunia ini semestinya tidak seragam, membosankan. (Btw, itu illustrasi yang sesuai nggak sih ya?). What's the point dengan tag itu? Apa substansi hakiki yang sesungguhnya hendak dibuktikan tag itu kecuali pencapaian material, pencapaian karier tertinggi, kehidupan keluarga yang mapan. Beberapa -- termasuk saya -- memaknai forty sebagai masa "reses", masa "jeda", masa bersiap mental dan spirituil untuk hal-hal non sekuler. Tapi, what the hex lah, toh saya penganut aliran life begins before forty kok. Bisa saja mulai persis ketika anda lahir, atau bisa juga persis ketika umur masih 39 tahun 11 bulan, kan?.

Masalahnya bukan kapan anda akan memulai hidup anda, saya rasa. Lebih kepada bagaimana anda menjalani hidup anda tepatnya. Di jaman hidup modern dikepung oleh ide konsumtif dan kerangkeng materialisme 24/7 di sekitar kita, maka tawaran hidup yang tidak mengidolakan segala sesuatunya, peace, tidak mengkultuskan individu, bersahaja, pola sehat serta kembali ke alam menjadi sangat tidak populer. Mental bahwa hidup itu merdeka 1000%, bukan underbouwsiapapun, bukan anakbuah siapapun, pemimpin dan penguasa bagi diri sendiri saja, bukan orangnya si anu, bukan keluarganya si anu, tidak repot mikirin karier, tidak ngoyongumpulin harta benda, tidak perlu politik rumit-rumit untuk sekedar bisa dapat uang atau rejeki, tidak bergantung kepada siapapun dan apapun, tidak perlu melacurkan diri dan/atau idealisme supaya bisa dapat kekuasaan atau materi, bisa buat hidup anda lebih nyaman kok. Tidak ada ikatan, lepas bebas dari segala bentuk keterikatan duniawi rasanya ringan. Seperti bunga dandellion yang lembut tertiup angin melepaskan benih-benihnya terbang untuk kemudian ia menjadi dandelion-dandellion baru. Well, udah dulu yah, yuk nonton Undercover Boss, episode "Hooters" nih, bagus pesan moralnya. Andai pimpinan-pimpinan mau melakukan undercover boss kayak serial itu yah. Lain kali deh gw ceritain maksud gw itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun