Mohon tunggu...
Aku Iki Buto Ijo
Aku Iki Buto Ijo Mohon Tunggu... -

out of the box person

Selanjutnya

Tutup

Politik

I Have A Dark Chocolate, As Well

16 Desember 2011   00:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang punya sisi gelap yang tidak ingin orang lain tahu. Yang membuat setiap orang tetap dapat melanjutkan hidupnya adalah karena akhirnya ia "berdamai dengan keadaaan". Secara karikatural berkata, "Hellooo, masa lalu, saya sudah ada disini, di masa kini, so, plis deh, jangan bicara masa lalu lagi ya, saya sudah tidak berada disana, ok?!". Indonesia punya masa lalu gelap : G30SPKI. Australia dengan Stolen generation nya atau  "generasi suku Aborigin yang dicuri" alias anak-anak Aborigin dari era tahun 1960, 1970, 1980 yang diambil dari keluarga mereka kemudian diasuh oleh negara agar tumbuh dan berkembang sebagaimana kaum kulit putih pendatang. Tapi itu dulu. Australia sudah tidak berada disana lagi. Mereka sekarang ada di masa kini, present day. Modern. Optimis. "Sang K angguru sangat serius melayani dan melindungi anak-anaknya". Bagaimana bisa? Yes, They Can. Pada Tanggal 12 Februari 2002, PM Australia saat itu, Kevin Rudd, MENGUCAPKAN MAAF NASIONAL kepada korban stolen generation Aborigin!.  Luar biasa!. Kevin mengatakan bahwa sekira 50,000 anak-anak Aborigin mulai tahun 1880 hingga tahun 1960 an  diambil paksa dari orang tua mereka atas dasar politik asimilasi (Generasi yang dicuri atau orang-orang yang diputihkan). Butuh 11 tahun sejak tahun 1997 bagi Pemerintah Australia untuk mengucapkan maaf secara resmi dengan trigger laporan Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Australia yang berjudul "Bringing Them Home" dalam laporannya menyebut bahwa politik asimilasi adalah "usaha genosida (pemusnahan etnik)". Kendatipun permintaan maaf Kevin dianggap sebagai "menghilangkan noda besar dari dalam jiwa bangsa Australia", banyak juga yang menganggapnya dengan sinis. Adalah Politikus Garis Keras Wilson Tuckey mengatakan permintaan maaf itu tidak banyak gunanya bagi Aborigin, karena "bukan generasi kami yang mencuri mereka".

Saat ini, dari 22 juta populasi Australia, jumlah Aborigin hanya 2%. Jumlah mereka terus menurun karena angka kematian di kalangan Aborigin cukup tinggi (harapan hidup rata-rata hanya mencapai usia 50 tahunan). Namun, saat ini, kondisi mereka jauh lebih baik. Mereka sudah berbahasa Inggris. Berpakaian seperti kulit putih lainnya. Bahkan, seorang aborigin yang sempat kami temui (lihat foto-foto), bernama Gumbalaa, memiliki dua anak yang raut mukanya sudah tidak terlalu aborigin lagi. memiliki handphone. Menggunakan mobil. memakai sandal Croc yang terkenal itu. Haha.. Bagaimana pemerintah Indonesia "menghilangkan noda besar dari dalam jiwa bangsa Indonesia"?. *krik... krik... krik... << suara jangkrik*. Ayo Garuda, kamu juga bisa. Every single of us has their own dark side. And I have a dark chocolate, for sure. Maaf itu memulihkan hati, dan maknanya dalam. Tabik. Tulisan ini saya posted juga di blog http://myearthgoesgreener.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun