Setiap orang punya sisi gelap yang tidak ingin orang lain tahu. Yang membuat setiap orang tetap dapat melanjutkan hidupnya adalah karena akhirnya ia "berdamai dengan keadaaan". Secara karikatural berkata, "Hellooo, masa lalu, saya sudah ada disini, di masa kini, so, plis deh, jangan bicara masa lalu lagi ya, saya sudah tidak berada disana, ok?!". Indonesia punya masa lalu gelap : G30SPKI. Australia dengan Stolen generation nya atau  "generasi suku Aborigin yang dicuri" alias anak-anak Aborigin dari era tahun 1960, 1970, 1980 yang diambil dari keluarga mereka kemudian diasuh oleh negara agar tumbuh dan berkembang sebagaimana kaum kulit putih pendatang. Tapi itu dulu. Australia sudah tidak berada disana lagi. Mereka sekarang ada di masa kini, present day. Modern. Optimis. "Sang K angguru sangat serius melayani dan melindungi anak-anaknya". Bagaimana bisa? Yes, They Can. Pada Tanggal 12 Februari 2002, PM Australia saat itu, Kevin Rudd, MENGUCAPKAN MAAF NASIONAL kepada korban stolen generation Aborigin!.  Luar biasa!. Kevin mengatakan bahwa sekira 50,000 anak-anak Aborigin mulai tahun 1880 hingga tahun 1960 an  diambil paksa dari orang tua mereka atas dasar politik asimilasi (Generasi yang dicuri atau orang-orang yang diputihkan). Butuh 11 tahun sejak tahun 1997 bagi Pemerintah Australia untuk mengucapkan maaf secara resmi dengan trigger laporan Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Australia yang berjudul "Bringing Them Home" dalam laporannya menyebut bahwa politik asimilasi adalah "usaha genosida (pemusnahan etnik)". Kendatipun permintaan maaf Kevin dianggap sebagai "menghilangkan noda besar dari dalam jiwa bangsa Australia", banyak juga yang menganggapnya dengan sinis. Adalah Politikus Garis Keras Wilson Tuckey mengatakan permintaan maaf itu tidak banyak gunanya bagi Aborigin, karena "bukan generasi kami yang mencuri mereka".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H