[caption id="attachment_114867" align="alignleft" width="300" caption="warna-warni (iko punya photo)"][/caption]
Sekian lama berlari mengejar warna. Bukan warna pelangi yang indah tidak juga warna merah merona yang mempoles bibir tebalmu. Warna. Mata akan tersenyum seger. Lapisan tanduk ku sudah lama tak mengotori kulitku. Saat ku lihat dan bercermin. Mengapa aku semakin botak saja. Perhelai batang rambut jatuh menjerit di lantai putih itu. Ku sapu karena aku akan gila jika melihatnya terus -menerus. Aku bosan. Aku jenuh. Jenuh terus melucuti jubah kenyamananku. Aku butuh warna. Warna yang mengalir dan mendesir. Boleh satu warna dan putih. Di dalam putih tersimpan serat-serat warna indah. Ajaklah senyuman matahari membantu.
Aku butuh warna. Warna yang cerah. Tanganku mulai layu dan lemas. Tak ada lagi tinta biru diujung pena itu. Aku pun tak punya pensil yang membantuku menggores cerita sederhana tentang waktu yang sedang jatuh cinta dengan manusia. Aku tak butuh tinta biru lagi untuk ku menulis. Aku cukup berkata pada warna. Warna yang ada pada hidupku. Warna yang menciptakan rasa. Rasa yang ada. Aku sudah memutuskan melupakan warna itu. Namun, esok kau akan dating dan aku kembali takut warna itu akan muncul kembali. Aku butuh warna yang dapat mencegah warna yang lalu timbul kembali di bias-bias sedihku.
Warna yang dapat ku tempatkan dimana pun ruang jiwaku. Tak akan pernah layu dan kering ataupun kusam. Warna. Tuntun aku menemukan mu agar aku kembali segar dan mampu berjalan kembali menjemput rasa ku yang tercecer di sepanjang Malioboro. Warna:::: rupa yang memiliki berjuta rasa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI