hampir sampai di stasiun yang hendak menghantarkan umat manusia yang ingin ikut ke suatu perbaikan kehidupan. hidup dengan hati yang baru. tidak ingin membawa bekal berkarung-karung, hanya ingin mencari alat apa yang dapat menampung rasa sukacita dan suatu rasa sukacita didalam jiwa tanpa pengawet, tanpa perasa namun tetap segar. belum mengerti stasiun itu terbuat dari apa. sebenarnya setiap hari jiwa ini melewati stasiun itu, namun keasadaran bukanlah permanen dalam jiwa ini.
senja, sering tidak terlihat berwarna cerah dan lembut menyentuh setiap retina. hanya, abu-abu yang muncul dalam otak kanan maupun kiri ini.
"bu, saya tidak pulang ke rumah karena libur hanya satu hari saat tanggal 25 saja" pesan pertama yang terkirim
memang sedikit perlu menit-menit berlalu menerima satu atau dua jawaban yang mengobati rasa "mbok-mboken".
"iya, tidak apa-apa, tidak harus pulang ke rumah kan, yang terpenting adalah hati mu yang baru" satu pesan diterima
satu dua tiga entah berapa detik sudah berjalan. otak kanan dan otak kiri pun beradu mencari kata-kata yang pantas dan tepat untuk membalas jawaban seorang ibu yang tahun ini merayakan Natal tanpa seorang anak perempuannya dan seorang suami.
"benar, bu. tapi... ya sudahlah jika pulang juga badan ini akan menderita karena tenaga habis terkuras untuk perjalanan saja. ya tahun depan janji deh bakal di rumah" balasan untuk si ibu
keadaan sibuk menyiapkan kue-kue, hidangan untuk para saudara-saudara, teman, tetangga, menata rumah sedemikian rapi mungkin hanya bayangan yang terlihat samar-samar dalam file masa lalu di otak kanan.
ibu, memang selalu berikan yang terbaik bukan terjelek.
jiwa ini pasti akan rindu menatap matamu yang tidak pernah meneteskan air mata saat mulut ini berkata " selamat Natal bu" teriring kecup tangan besimu yang bersimpah jasa-jasa yang masih belum terbalaskan.mimik riang penuh sukacita yang tergambarkan bersinar.
bukan pesta, namun kehidupan baru yang lebih berkehendak.