Mohon tunggu...
Ika Maria- (Pariyem)
Ika Maria- (Pariyem) Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melesat dari kenyamanan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tertunda

18 Desember 2010   03:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berkata hanya menggantung di pangkal lidah

Mendesir di malam hari

Bertajuk rasa menjadi segenggam kerinduanyang retak

Menggores terlampau dalam

Cahayaku tak cukup memulihkan

Rasi bintang cancer mengikatku

Bukankah aku berdenyut

Mencecerkan darah demi menghidupi tubuhku

Tanganku tak mampu meraih

Kepalan jari lemasku berayun

Menghibur, rasa yang tertunda

Waktu tak mau segera menjawab

Kapan, jari manisku bebas menari

Meyetubuhi energimusik malam

Larut dan melebur dengan malam

Menghilangkan nafasku

Menguburrasaku yang selamanya dinasibkan ‘tertunda’

Memetik dua bintang malam

Dan mengadopsi pada kedua bola mataku

Agar esok langkahku tegak

Menemukan rasa yang tertunda menjadi nyata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun