[caption id="attachment_118484" align="alignleft" width="300" caption="siapa (iko dok)"][/caption] berjalan tanpa rasa manis dan pahit sepertinya rasa ini semakin melebur dan tawar sebentar lagi aku tak biarkan itu terjadi langkah kecilku selalu ku hentakkan ke bumi agar rasa-rasa itu tak luntur bercampur asap pekat kota Jogja tertunduk lelah kapan .... bukankah sudah berjanji semua akan jatuh haruskah tak beralasan untuk memagut rindu yang bergelantungan di awan senja memekat...... hampir jatuh seterusnya hampir ....saja tak jatuh-jatuh..... kapan.... berdiri berucap bisik-bisik dengan penggoda malam aku ingin menjatuhkan diri ke awan-awan berayun-ayun dengan sepi melalang buana bersama rasi bintangku hanya mampir saja tak untuk tinggal lama haruskah mampir saja kapan .... stasiun perhentian masih samar-samar tertangkap sumbu rasa rasaku bercerita terus tanpa henti kapan .... tunggu saja kapan.... sampai kau bosan dan muak dengan dunia ini tapi,, ku yakin saat bosan menjadi jenuh akan ada sinar DIA tahu kapan waktu itu tiba untuk dinikmati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H