Mohon tunggu...
Aku dan Hujan
Aku dan Hujan Mohon Tunggu... -

Lahir di Sumatra Utara, besar di beberapa daerah, bekerja berkelliling di beberapa tempat di Indonesia, hingga saat ini menetap di kota dengan curah air langit melebihi rata rata.. Terlahir dengan nama yang diambil dari kitab suci : Daniel, di lingkungan suku yang (mungkin) terbesar di Sumatra Utara : Batak. kenapa aku dan hujan? karena aku suka hujan.. Tinggal di kota yang banyak menghasilkan hujan membuatku harus beradaptasi dan menyukai air langit ini. Suka mengabadikan sesuatu walau tak serius, mencoba menuliskan sesuatu walau apa adanya. Mencoba mencatatkan semua di lembar ini, agar tak seperti memory kemarin, yang seringkali hilang tanpa bekas..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencoba Menyempatkan

15 Desember 2009   03:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah hampir seminggu saya bergabung dengan kompasiana. Tapi sampai saat ini belum pernah bisa menyempatkan menambah isinya dengan tulisan-tulisan. Kadang orang bilang menulis itu harus menunggu inspirasi datang. kalau demikian, maka saya harus melewati dua proses sebelum mulai menulis..Menunggu inspirasi, dan mendapatkan waktu.. Saya sebenarnya bukan eksekutif muda yang kerja dengan waktu sangat padat. Yang merasa 24 jam dalam satu hari terasa kurang. Memang, saya berangkat kerja jam 5.30 pagi dan sampai kembali di rumah jam 20.30 malam.  Tapi bukan karena beban kerja yang menumpuk, tapi karena kemacetan jalan di Jakarta haha.. Pulang pergi bekerja dari Bogor ke Jakarta dengan menumpang bis kota, lima hari seminggu, membuat hampir tak ada waktu untuk menuangkan bahkan apapun dalam blog ini (apakah kompasiana termasuk blog?).  Berniat mengetik dengan laptop sewaktu di perjalanan, terasa tidak pantas, atau lebih tepatnya menakutkan.  Mencoba dengan tulisan tangan, hasil yang ada hanyalah tulisan yang tak terbaca. kadang, kalau hujan deras datang, sambil memandangi para pengendara motor yang berteduh di bawah jembatan layang cempaka Putih Jakarta, saya hanya bisa termenung, menyaksikan inspirasi yang ingin saya tuangkan, habis tercecer di jalan raya, dimakan oleh kemacetan Jakarta. Selasa 15 Desember 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun