Kartu itu datang membuat hati riang
Walau dianggap tidak penting
Tapi bentuknya ada dan nyata
Guratannya kasar teraba, kadang walau tipis ada wangi bunga
Dulu tapi hampir lupa
Kita pernah akrab dengannya
Membeli kartunya ditoko buku
Dari harga ratusan sampai ribuan
Jika tidak mampu kita bisa membuatnya
dari bahan serta kertas yang tidak banyak ragamnya dulu
pemandangan biasa jika banyak penjual yang menjajakannya di emperan trotoar
pembeli ramai memilih warna dan bentuk
penjual dan pembeli berhadap hadapan berjajar
seperti mengadu laga disepanjang jalan raya
tapi suasana akrab dan saling sapa
pada akhirnya ada senyum setelah kartu lebaran ditangan
Tapi itu dulu, lima belas atau dua puluh tahun lalu
tapi itu hilang ditelan keperkasaan dan majunya zaman
kini semua akrab dengan data dilayar kaca pribadinya
layar kaca yang dimiliki sendiri tanpa ada interaksi yang hangat
seperti di emperan jalan raya yang dulu
kini lebaran akan menjelang dan ramadan akan berlalu
kartu lebaran pasti terkirim
dalam layar ponsel penerimanya
jangan salahkan kemajuan jaman atas kemalasanmu
beri ia jiwa dengan ketikanmu
jangan jadikan ucapan lebaran hanya copas
tanpa ada kehangatan didalamnya
Metro, Lampung, Senin, 17 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H