Mohon tunggu...
Noer Cholik
Noer Cholik Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cah Ndeso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Repotnya Bikin Akte Kelahiran

22 November 2012   06:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:52 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semua bapak yang ada di dunia ini tentu akan bahagia sekali menyambut kelahiran anaknya. Begitu juga Kang Wirjo, sangat gembira sekali, apalagi itu anak laki-laki pertamanya. Jauh-jauh hari rupanya kang wirjo sudah menyiapkan nama buat anaknya. Jika laki-laki namanya adalah Poniman dan jika perempuan namanya “Sumirah’. Kedua nama tersebut sudah melalui proses penyaringan dari nama-nama yang diusulkan oleh ide-ide kang wirjo dan istrinya. Kata Kang wirjo nama nama tersebut sangat bagus peruntungannya, tentu saja karena sudah melalui proses itung-itungan dan Kebetulan sekali anak kang wirjo laki-laki maka berdasarkan kesepakatan yang tidak dapat diganggu gugat diberi namalah anak itu “Poniman. Ternyata berdasarkan ketentuan yang berlaku, sejelek dan sebagus apapun nama seseorang pasti akan diabadikan dalamsebuah kartu berukuran A4. Nah, sekarang Kang wirjo akan mengabadikan nama anaknya dalam sebuah kartu berukuran A4 maka dari itu kang Wirjo segera mendatangi ketua RT setempat.

“Pak, saya mau bikin akta kelahiran buat anak saya” Kata kang Wirjo

“syaratnya poto kopi KTP, KK, dan surat nikah, untuk ongkos administrasinya 100 ribu” Kata Pak RT

“Aduh, Pak KTP saya sudah mati, KK saya entah dimana, dan surat nikah saya udah digerogoti tikus pak” Keluh Kang Wirjo

“Ya harus bikin yang baru lagi, untuk KTP ongkos administrasinya 50 ribu, untuk KK ongkos adminitrasinya juga 50 ribu, dan untuk membuat surat nikah yang baru ongkos administrasinya 250 ribu, ditambah dengan ongkos buat Aktanya 100 ribu, jadi jumlahnya silahkan dihitung sendiri” kata Pak RT

Kang Wirjo hanya bisa garuk garuk kepala, bingung mikirin mau cari utangan dimana, sementara untuk biaya kelahiran anaknya saja kemarin dia udah ngutang sama Mbakyu Paitun masa harus ngutang lagi sama Mbakyu Paitun, kan pasti urusannya panjang, pikirnya.

“ya sudah pak bikin aktenya nanti saja, sekarang ini saya cuma bawa uang 25 ribu” kata kang wirjo sembari menjabat tangan Pak RT tuk pamit pulang.

Mata kang Wirjo merah agak membasah, dadanya sesak, langkahnya berat, dan berjibun keruwetan ada dikepalanya. Hari itu kebahagiaan dan kegembiraan Kang wirjo seakan lenyap ditelan kata-kata Pak RT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun