Mohon tunggu...
Noer Cholik
Noer Cholik Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cah Ndeso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Udah Jatuh Malah Ketimpa Tangga

22 November 2012   02:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:53 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak kang juned sedang sakit panas. Ingin sekali rasanya kang Juned membawa anaknya ke dokter, tapi sebuah alasan harus menahan Kang juned untuk mewujudkan keinginannya. Alasan yang dimiliki oleh kebanyakan orang macam Kang Juned, gak ada duit. Jangankan untuk berobat anaknya, untuk makan hari itu juga harus ngutang di warungnya Yu Ngatiyem. Kang juned perih hatinya melihat anaknya terbujur tak berdaya. Sementara pengobatan tradisional yang dilakukan istrinya, tidak juga membuat anaknya membaik, malah bertambah parah. istri kang juned pun tak dapat membendung airmatanya melihat anaknya dalam keadaan yang demikian, dan akhirnya jebol juga pertahanan air mata itu, butir-butirannya mulai menetes hingga akhirnya semakin deras. Kang juned semakin perih, lalu tiba-tiba muncul semangat menyala-nyala dalam dadanya. Kang juned segera menuju ke rumah kang ratmo untuk meminjam becak.

“kang tolong, sehari saja kang, untuk ngobatin anak saya, kuli lagi sepi kang, nanti kalo dapat saya bagi dua sama sampean, itung-itung buat sewanya kang” Pinta juned kepada kang ratmo. Permintaan Kang juned pun akhirnya terkabul, sebuah becak butut ada di depan mata.

Tanpa pikir panjang Kang pun Juned segera menggenjot becak butut itu menuju ke perempatan karena di situ banyak lalu lalang manusia. Sesampai di perempatan kang Juned memarkirkan becaknya untuk menunggu penumpang. Tak berapa lama ibu-ibu yang badannya agak gendut datang.

“Bang, anterin ke stasiun, bang, biasanya berapa kalo ke stasiun?”Tanya ibu-ibu gendut itu.

Kang juned bingung karena memang dia tidak tahu tarif becak ke stasiun. Lalu dijawablah sekenanya

“Udah berapa aja terserah ibu”Kata kang Juned polos

“40 ya bang, ayo bang yang cepet yabang soalnya saya lagi terburu-buru” Kata ibu-ibu gendut itu.

“ iya bu, silahkan naik” kata kang juned.

Becak pun segera melaju kencang dan setelah digenjot selama 60 menit, becak nyampai di stasiun. Begitu turun, ibu-ibu itu langsung menyodorkan duit 50 ribu”

“Bu, gak ada kembaliannya, sumpah bu, saya ndak megang duit sepeser pun buat kembalian bu” kata juned”

“Ya, sudah kembaliannya buat kamu saja”Kata ibu-ibu gendut itu.

Juned girang bukan main. Setelah mengucapkan tararengkyu, juned pun segera mohon diri untuk kembali ke habitatnya semula, eh…maksud saya ke rumahnya. Becak pun digenjot lagi, rasa capai sepertinya terabaikan karena duit 50 udah ada dalam genggaman. Dalam perjalanan,Kang Juned selalu memikirkan anaknya yang sedang sakit. Dia akan langsung pulang dan segera membawa anaknya ke dokter. Kang Juned tersenyum bahagia membayangkan hal itu.Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, sebuah mobil Toyota Alphard Plat merah melaju kencang,lalu….brakkkkkk, becak yang ditunggangi Kang juned nggak dapat ampun lagi. Kang Juned terpental kemudian tersungkur dan terkapar. Bayangan kebahagian melihat anaknya sembuh lenyap seketika itu. Sementara itu, mobil Toyota Alphard berplat merah pun juga raib entah kemana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun