Mohon tunggu...
Ainul Hidayah
Ainul Hidayah Mohon Tunggu... Lainnya - . .

Berbaris rapi lah bersama diksi, niscaya engkau abadi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Masih Mahasiswa, Ingin Ikut Berkontribusi Kenapa Tidak?

12 Maret 2022   16:10 Diperbarui: 12 Maret 2022   16:20 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan takut dengan penguasa, Tapi takutlah akan hidup sebagai mahasiswa yang tidak bisa apa-apa dan tidak bisa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negara."

      

      Mahasiswa adalah pencetus perubahan. Mau jadi apa negara kita kedepan sangat ditentukan oleh bagaimana anak bangsanya saat ini. Mahasiswa sejatinya merupakan seorang intelektual muda yang pada dasarnya kontribusi dan juga sumbangsihnya sangat diperlukan untuk kemajuan bangsa dan juga negara.

      Tagline saya yang mengatakan "Masih Mahasiswa, Ingin Berkontribusi Kenapa Tidak?" saya angkat karena jika mengacu pada keadaan sebenarnya di lapangan, mahasiswa cenderung takut untuk memulai sebuah perubahan. Tanpa mereka sadari juga sebenarnya perubahan kecil itu sejatinya dimulai dari tindakan nyata dari mereka juga. Peran mahasiswa disini sangat diperlukan sekali mengingat kita saat ini dalam fase new normal  pembentukan kebiasaan baru setelah kurang lebih 2 tahun lamanya kita terjebak dari era pandemi Covid 19 yang melanda bukan hanya negara kita, tapi juga seluruh dunia. Mahasiswa sendiri memang diakui adalah seorang anak bangsa yang berpikir kritis. Justru yang sekarang menjadi pertanyaan adalah mengapa banyak mahasiswa yang terang-terangan sibuk beropini dan mengkritisi kinerja para politikus dan juga pemerintah. Seperti yang pernah menjadi trend di laman Twitter yang menyebabkan berbagai polemik penyebutan Jokowi sebagai The King Lip Of Service.

      Patut dipertanyakan juga adalah mengapa mahasiswa cenderung banyak mengkritisi politisi daripada aktif berkontribusi??  yang padahal fungsi dari mahasiswa itu sendiri  adalah pengabdian, tetapi justru melenceng jauh dari fungsi yang sesungguhnya yang diharapkan. Padahal jika kita melihat dari fakta di lapangan, masyarakat saat ini juga perlu sebuah edukasi daripada sebuah kritisi, baik tentang bagaimana menerapkan kehidupan yang baik di era new normal tetapi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan baik. Atau bisa juga mahasiswa juga mahasiswa terjun ke masyarakat dengan memberikan edukasi dan juga memberikan pelatihan tentang pemanfaatan barang bekas menjadi barang baru yang mempunyai nilai ekonomis ataupun juga kerajinan ramah lingkungan. Berkontribusi kepada masyarakat sejatinya tidak hanya berguna bagi masyarakat saja, tetapi juga kepada mahasiswa itu sendiri. Manfaat yang didapat mahasiswa antara lain adalah membentuk mahasiswa menjadi pridai yang lebih peka, peduli, simpati dan empati pada masyarakat maupun kepada lingkungan sekitar. Selain bermanfaat bagi masyarakat dan juga mahasiswa sendiri, mengabdi dan berkontribusi kepada masyarakat juga merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan salah satu visi dan misi dari seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia.

img20211120141532-622c5f3f80a65a01c3715a72.jpg
img20211120141532-622c5f3f80a65a01c3715a72.jpg
      

img-20211126-wa0041-622c5feabb4486224a64f312.jpg
img-20211126-wa0041-622c5feabb4486224a64f312.jpg
      Seperti yang saya cantumkan dalam dokumentasi pribadi saya, kebetulan saya dan kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas LC (Language Center) yang ada di kampus. Kegiatan kita waktu itu adalah memberikan edukasi bahwa Bahasa Inggris bukan bahasa yang sulit tetapi merupakan bahasa yang menyenangkan dengan mengangkat tema "English Fun For Kids". Sasaran kegiatan kita waktu itu adalah anak-anak usia sekolah Dasar.

       Dalam kegiatan tersebut kita juga banyak memberikan edukasi tentang pentingnya mempelajari Bahasa Inggris sejak dini, kemudian juga dilakukan games sederhana yang berkaitan dengan Bahasa Inggris seperti menyusun puzzle, dan lain-lain. Menurut saya kegiatan non formal ini sangat efektif dan sangat layak untuk dikembangkan dan dijadikan kegiatan rutin untuk dijadikan media edukasi kepada anak-anak. Dari respon anak-anak disana yang terkesan sangat antusias tersebut saya bisa menyimpulkan bahwa materi edukasi yang selalu dibaca dalam buku maupun materi yang selalu dipresentasikan saat seminar mungkin bagi siswa- siswi tersebut terutama yang masih duduk dibangku sekolah dasar dinilai kurang efektif. Tetapi sebaliknya jika materi edukasi tersebut dibungkus rapi dengan banyak games ringan seperti menyusun puzzle dan juga pemberian reward bagi pemenang games tersebut dinilai sangat efektif jika diterapkan di lingkup siswa sekolah dasar.

      Pada akhirnya jiwa sosial yang tinggi yang ada dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi sejatinya harus dimiliki dan juga diterapkan oleh seluruh mahasiswa terutama di Indonesia. Dengan kepekaan sosial, simpati dan juga empati tersebut mahasiswa sendiri dituntut dan diharapkan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat demi memajukan kesejahteraan dan juga mencerdaskan kehidupan bangsa. 

      Akhir kata, perubahan positif kecil yang kita ambil hari ini mungkin akan membawa perubahan besar dan menentukan bagaimana masa depan bangsa kita nantinya. Kita tidak pernah tahu bagaimana hasilnya jika tidak mencoba dan juga  kebaikan ataupun juga kejahatan sekecil apapun yang kita lakukan hari ini, akan ada timbal baliknya dikemudian hari.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun