Puisi ini tercipta untuk mengenang kepergian bunda ke Surga 100 hari lalu . Semoga lewat bilik bilik Surga bunda bisa membaca._______________________________________________________________________________________________________________
Karya : Ainul Hidayah
Bunda. Hari ini aku menangis lirih tatkala mengunjungi rumahmu , Rupanya bunda hari ini tertidur pulas disana. Rumah bunda yang dengan aksen nisan putih dengan tertulis nama bunda sebagai penanda pemilik rumah.
Bundaku sudah beristirahat disana dengan pulas, mengambil seporsi jeda tatkala mendera perihnya rasa sakit yang amat menderanya.
Bunda.
Aku rindu.
Hari ini tepat serratus hari kepergian bunda ke surga. Tepat seratus hari pula bunda meninggalkan aku sendiri di alam fana.
Ingin aku membingkai beberapa kenangan manis bersamanya ,jua membingkai paras ayu nya . Ingin pula aku mengecup keningnya lewat selaksa bait do'a.
Ini aku ,putra kecilmu. Yang kerap kali kau marahi jika tahu basah kuyub tubuhku karena mandi dikali.
Ini aku, putra kecilmu. Yang sering kau suapi nasi tatkala akan berangkat mengaji. Yang kau ajarkan membaca hingga sekarang mampu mengeja bunda lewat aksara.
Suatu ketika kupandangi album biru usang . Kosong ..tanpa sosok bunda yang kusayang.
Suatu ketika aku mengantar rindu pada bunda , Lalu kutemukan siluet bunda tersenyum melalui bilik bilik surga.
Bunda , Walau kita hari ini kita tidak bisa memandang senja dilangit yang sama, tapi percayalah kelak kita akan pulang dalam pangkuan yang sama.
Trenggalek ,29 Oktober 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H