Tulisan ini sebenarnya adalah nasehat untuk penulisnya sendiri. Namun jika kau dapati manfaat di dalamnya maka itu yang terharapkan dan Alhamdulillh.
Orang yang Allah Ta'ala karuniai hobby membaca menurut penulis adalah orang yang masuk dalam katagori "illa man rahima Rabbuk" atau "Orang-orang yang Allah Ta'ala sayangi." Membaca di sini tentunya adalah bukan sekedar membaca melainkan membaca dengan didahului penyebutan nama Tuhan yang yang telah menciptakan manusia, membaca dengan hati dan berpikir, membaca dengan perenungan.
Seseorang bisa dikatakan sebagai pembaca yang baik jika ia bisa ter-Influence dengan apa yang dibacanya. Ketika membaca buku-buku sesat misalnya, pembaca yang baik adalah ia yang terbawa arus sesat tersebut dikarenakan ia mampu menyerap apa yang dibaca.Di sini ini dia dikatakan baik karena dia mau membaca menggali ilmu, mencari wawasan meski akhirnya tersesat. Maka agar tidak tersesat jadilah pembaca yang cerdas. Yaitu pembaca yang mampu memilah, memilih dan tidak mudah ter-Influence dengan apa yang dibaca. Untuk bisa menjadi pembaca yang cerdas ada upaya yang harus diusahakan dan usaha yang harus diupayakan.Yang paling utama dan diutamakan adalah pembiasaan. Iya. Membaca buku harus dijadikan sebagai habit. Bahkan Pak Raghib Sirgani dalam buku kecilnya yang berjudul, "Al Qira'atu Manhaju lihayatin" atau "Membaca Sebagai Gaya Hidup" menyatakan jika dirinya merasa heran apabila ada orang yang ketika ditanya hobinya apa, dia menjawab "membaca!" membaca sebagai hobi menurut beliau adalah tidak baik. Baginya membaca tidak berhenti pada sebatas hobi melainkan kebutuhan. Sebagaimana hidup butuh makan dan minum maka manusia yang hidup juga butuh membaca.Maka manusia yang tidak membaca adalah manusia yang mati sebelum mati. Sementara manusia yang membaca adalah manusia yang akan tetap hidup meski jasadnya sudah tidur berpuluh tahun tertimbun tanah. Karena ulama-ulama yang mampu menghasilkan karya dan hingga hari ini karya mereka masih hidup terus dibaca adalah orang-orang yang membaca.
Konon katanya Syekh Ali Jum'ah (Hafidhahullah) ditengah kesibukannya ketika masih menjabat sebagai mufti, dalam satu hari beliau meluangkan waktu 8 jam untuk membaca. Kyai di pesantren tempat penulis ngaji masih menyempatkan 6 jam untuk membaca buku. Orang-orang jepang juga katanya sangat gila membaca.Dan dalam sebuah survey konon juga dikatakan hubungan antara tingkat membaca dengan kemajuan Negara adalah hubungan yang mesra. Maksudnya adalah semakin bagus masyarakat dalam gemar membaca maka semakin majulah sebuah Negara.
Membaca juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk rihlah atau melakukan travelling. Bahkan rihlah melalui buku ini adalah rihlah yang menembus dimensi ruang dan waktu. Jika kau tak pernah melakukan perjalanan ke Cina misalnya, dengan membaca buku tentang Cina maka imajinasimu bisa mengantarkanmu ke Cina bertemu dengan Sun Go Kong si kera Sakti berkeliling ke arah barat mencari kitab suci [?]
Menembus waktu misalnya ketika kamu membaca buku sejarah. Kamu akan dibawa lari mundur berpuluh tahun bahkan beratus tahun tentang sebuah kejadian yang bahkan bapak-ibumupun belum dilahirkan. ketika membaca cerita perang Badar misalnya, kita seolah bisa menyaksikan kecamuk perang dan teriakan pasukan Muslimin yang berjumlan sekitar 313 mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah seribu pasukan lebih.
Katanya umat Iqra' kok malas baca buku..? Ayo banyak baca. Ayolah,,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H