Diantara lelaki sebagian ada yang menunda-nunda untuk menikah, padahal dari segi kemapanan finansial dan penampilan sudah lumayan, adapula diantara wanita yang memperlambat menikah dengan cara menolak pinangan lelaki yang siap dan negebet nikah, padahal sang lelaki memiliki kesungguhan dan motivasi untuk menyelami bahtera rumah tangga dalam suka dan dukanya, dan adapula diantara orangtua  yang menghalangi  anaknya menikah karena menganggap calon menantunya tidak pantas dengan anaknya, mulai dari segi fisik, harta dan keturunan, padahal dari sisi agama sang calon menantu cukup baik. Nah.. itulah beberapa liku liku seputar cerita dari teman atau pengalan yang dirasakan seputar jodoh dalam pernikahan..
by The Way ngomongin tentang pernikahan, sedikit saya ulah tentang cerita saya waktu ingin menikah dulu..
Jadi begini ceritanya, waktu jaman belum mapan, ngebet pengen nikah tapi calon belum ada (saya bingung ini keren atau kurang waras). Harap maklum, barangkali saya lagi baper gara-gara banyak temen yang sudah pada nikah di usia muda dan kayaknya so swiit gitu loh kalau liat pasangan muda tapi anaknya sudah banyak.. Galaupun berkecamuk, lantaran apa yang bisa diunggulkan oleh seseorang yang banyak kekurangan ini . Kuliah baru lulus, Penghasilan pas pasaan, Wajah pas pasan dengan bonus muka jerawatan , dan bukan tergolong keluarga mapan. Lengkap sudah rasa minder nantinya akan ditolak oleh sang calon, bahkan kalau jadi menikahpun takut kekurangan dalam memenuhi kebutuhan keluarga....
Namun, nasehat yang bertubi2 dari "penjuru mata angin" meluluhkan rasa takut saya tentang menikah, yang akhirnya menumbuhkan percaya diri dan berujung bisa meyakinkan calon istri sekaligus  calon mertua untuk menjadi keluarga. Tampaknya mereka beruntung menerima saya.. , Alhamdulillah usai menikah, hidup yang sangat sederhana bersama istri baru (mohon diluruskan, namanya juga kan penganten baru ) membuat warna indah tersendiri. Mulai dari ngontrak di rumah petak beralaskan tikar, jadi inget waktu ada temen istri perempuan yang berkunjung dan mnginap saya harus diungsikan dulu..,  untungnya masih ada temen kos yang jomblo, kalau ngga bisa-bisa saya ngungsi di mesjid .
Alhamdulillah..
Merasakan juga berhemat dalam belanja, makan dan lainnya bukan karena masih banyak yg dprioritaskan, tapi emang gaji yang masih pas2an. Namun disitulah kita belajar mengatur keuangan keluarga, sampai akhirnya Allah memberikan rizki yang tak terduga. Hadirnya bocah yang cantik dan lucu, pekerjaan yang lebih baik serta  rumah sederhana yang turut menyempurnkan kebahagiaan keluarga.Â
Jadi,Â
Para jomblowan beranilah menikah,
Jangan takut menikah karena kurangnya penghasilan. Karena dalam menikah itu ada keberkahan.
Para jomblowati beranilah menikah,
Jangan takut dilamar laki laki yang siap nikah dengan kurangnya penghasilan, tapi lihatlah semangat mencari nafkah dan potensinya menjadi imam yang baik. yakinkan kepada orang tua, bahwa sang calon suami adalah orang yang layak dan pantas menjadi pendamping hidup baik dunia dan akherat..
Karena..
Pria hebat itu berani mengajakmu menikah meski masih banyak kekurangan, tapi percayalah ketika keduanya menjalani rumah tangga dengan ramuan ikhlas dan sabar insyaAllah akan hadir sebuah kesempurnaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H