Mohon tunggu...
Aksho RamaKuswara
Aksho RamaKuswara Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Semangat!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

5 Pilar

24 Februari 2021   07:20 Diperbarui: 24 Februari 2021   07:33 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


KAMI....


   Dusun kecil yang terawat rapi, karena hanya ditempati oleh kurang lebihnya 70 orang. Tersusun dan tertata secara teratur menunjukankehidupan asri yang nyata. Hal ini dikarenakan dusun tersebut secara geografis wilayahnya berada diantara kebun dibagian baratnya dan pegunungan dan juga sawah di bagian timurnya. Itulah dusun, tempat dimana mimpi-mimpi kecil terbangun oleh kerasnya keadaan.
   Dusun Cisoka yang terletak di Desa Citengah, Kecamatan Sumedang, Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Itulah letak dusun tempat kelahiran para pembangun stigma dan mimpi-mimpi kecil.
"Selamat Bu, Ibu melahirkan anak laki-laki" ucap paraji.
"Alhamdulillah ma, bagaimana keadaan istri dan juga anak saya?" saut Utsman, pria paruh baya yang bekerja sebagai peternak ayam juga sebagai pekerja bangunan di saudagar-saudagar kaya China. Pria yang penuh tanggung jawab juga pekerja keras untuk menghidupkan keluarga kecilnya.
"Anak dan istri bapak semuanya sehat pak, mari pak." saut paraji. Pria paruh baya itu memasuki ruang bersalin.
    Setelah 2 minggu lamanya, si kecil merah anugrah pria paruh baya ini, dipangku ke gubug asam yang penuh dengan kotoran ayam. Ali Utsman lahir pada 2 Muharam. Disusul oleh Rutsman Rasyid pada 5 Safar, Hilman Asyhari pada 12 Robiul awal, Rahman Rohim Firdaus pada 8 Rajab,dan terakhir Sahal Raihan pada 20 Zulhijjah. Mereka lahir tahun 1423 Hijriah atau pada tahun 2002 Masehi.
   Mereka dibesarkan dalam keluarga sederhana dan dilingkungan yang masih sangat tradisional. Dengan kegigihan dari kedua orang tua mereka ,mereka bisa hidup dengan sehat dan aman.
   Semenjak kecil, kedua orang tua mereka mendidik mereka dan menafkahi mereka sekemampuan. Sehingga dengan syari'at kerja keras kedua orang tua mereka, mereka bisa berpendidikan yang lebih tinggi tidak seperti kedua orang tuanya. Meskipun kedua orang tuanya hanya mampu menyekolahkan mereka seadanya, seperti buku dan alat tulis yang seadanya, dan kebutuhan sekolah lainnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan kedua orang tua mereka putus asa dalam menyekolahkan mereka.
"Bii...Abii...Sahal mau berangkat dulu bareng Rusman." Ucap Sahal.
"Hati-hati ya nak." balas pa Idrus dalam dapur.
   Pak Idrus ialah Ayah Sahal yang sekaligus merupakan teman dekat dari bapaknya Rusman yaitu pak Sutoyo. Ayah mereka sama-sama bekerja sebagai pegawai buruh, yang sekaligus juga teman berternak dari ayah Ali yaitu pak Utsman.
   Rimbunan pohon pohon yang menyalami orang ketika melewatinya. Sejuk angin memelas lembut kulit di waktu fajar. Sungai-sungai yang menambah kesejukan batiniyah selepas menuntut ilmu akhirat.
"Bi, Hilman mau nimba air di sumur ya?"tanya Hilman.
"Nanti saja man, selepas mengaji saja. Ngomong-ngomong dimana teman teman kamu?" tanya balik pak Halim.
"Mereka sedang diperjalanan mungkin bi." jawabnya tidak pasti.
   Seorang alim di Desa Cisoka Sumedang yang bernama KH.Halim Maulana, sekaligus pimpinan sebuah pesantren Salafiyah yang bernama Pesantren Assyrofuddin,  dan juga merupakan bapak dari Hilman. Hilman merupakan anak yang baik dan terdidik. Sejak kecil bapaknya mendidik dan memberikan ilmu agama kepadanya.
   Tawasul dan doa serta lantunan ayat suci Al-Quran menambah kesempurnaan batiniyah.
"Sodaqollahul adzim". Hilman dan teman temannya selepas mengaji.
"Ustadz, kami izin untuk sekolah dulu?" Rahman mewakili semuanya.
"Iya silakan, jangan lupa dzikir yang pa ustadz kasih, amalkan ya."
"baik ustadz."
   Sekolah Dasar Jatibungur dekat dusun Cisoka, sekolah yang masih sangat tradisional, perlengkapan sekolah yang masih sangat kurang, buku buku yang masih sangat sedikit karena kurang perhatiannya pemerintah daerah terhadap daerah Cisoka.
"Rus, hal...tadi kenapa kalian tidak ngaji?" tanya Hilman.
"Oh iya Hil, maaf tadi aku sama Sahal tidak ikut ngaji, kemarin aku lupa bilang." jawab Rusman.
"ya tidak apa-apa, tapi kayanya kamu punya masalah...cerita dong."
   Rasa khawatir Ali membuat Rusman dan Sahal menceritakan semua masalah yang terjadi. Sahal dan Rusman memiliki masalah ekonomi, mereka harus menitipkan dagangan di pagi hari selepas subuh, setelah itu mereka beranjak ke sekolah.
   Semua masalah yang diceritakan oleh Rusman dan Sahal membuat Hilman,Rahman dan Ali merasa bersalah karena tidak memperhatikan keadaan temanya.
"Hal, Rus tadi ngaji kita dapet amalan nih, kita tadi diberi amalan dzikir agar dimudahkan segala urusan dan dimudahkan rezeki, pas banget buat masalah kamu. Nanti kamu tulis ya." ucap Ali.
   Sekolah selesai. waktu yang tidak terasa, terhabiskan oleh para ambisi muda yang berjuang untuk mengubah masa depan. Ali, Hilman, Rusman, Rahman,  dan juga Sahal jalan melewati jalan yang sewring mereka lalui, yaitu jalan yang dekat dengan solokan besar yang dipenuhi dengan berbagai jenis ikan.
"Li, kita tangkap ikan gabus yu,bosan kalau ikan nila terus." ucap Rahman.
"Iyalah, sengaja nih aku bawa karung besar dari rumah, lumayan kan bisa dapat banyak, bisa dijadikan uang buat bantu orang tua kita." ucap Ali
"iya betul tuh, ikan nya juga banyak lagi,tidak seperti waktu kemarin. Alhamdulillah bisa kita jual juga." ucap Sahal.
"Alhamdulillah, berarti betul yah amalan dari Abi tadi, harus sering kita amalin tuh." ucap Hilman.
"iya, terima kasih ya Li, sudah ngasih catatan amalan mengaji tadi." ucap Sahal.
"Tidak apa-apa Hal, kamu kaya ke siapa aja sih." balas Ali dengan candanya.
"Pokonya kamu jangan sampai ga ngaji ya Rus,Hal. Karena kata abi kan ngaji itu wajib, dan wajibnya juga wajib 'ain. Definisi wajib itu kalau kita melaksanakan maka kita akan mendapatkan pahala, dan jika kita tidak melakukannya maka kita akan mendapatkan dosa. Juga meskipun tempat ta'lim atau tempat mengajinya dikelilingi oleh lautan api, maka kita harus tetap hadir di majelis ta'lim tersebut." ucap Hilman.
" Iya Hil, aku sama Rusman khilaf Hil, kita tidak tahu lagi harus gimana. Ibu Rusman juga sedang sakit Hil, jadi....." ucap Sahal.
"Kenapa kamu tidak bicara Hal,Rus?" tanya Ali sambil memotong perkataan Sahal.
"iya Rus, kenapa tidak bicara kepada kita? kita kan sahabat dunia akhirat Rus,Hal." tanya Rahman.
"Iya aku bingung buat cerita, aku takut kalian jadi repot." jawab Rusman.
" Ya sudah kita cepat cepat tangkap ikannya. Lepas ini kita menjenguk ibunya Rusman." ucap Hilman.
   Dari kejauhan terlihat warga beramai ramai berkerumun di depan rumah Rusman. Dari kejauhan, terdapat seseorang yang menghampiri mereka. Dan ternyata, itu adalah Pak RT. Dia akrab dipanggil dengan pak kumis oleh anak anak dibandingkan dengan Pak RT karena kumisnya yang cukup lebat dan sedikit melintang. Menjadikan sebuah icon atau ciri khas bagi Pak RT sendiri.
"Rus." sapa Pak Kumis dari kejauhan.
"Iya, ada apa Pak Kumis?" jawab Rusman sembari menghampiri.
"Bapak punya berita tidak enak buat kamu Rus." ucap Pak Kumis.
"Berita tidak enak apa Pak Kumis?" tanya  Rusman dengan bingung.
"Ibumu Rus..." jawab Pak Kumis dengan bimbang.
"Ibu saya kenapa Pak Kumis?" tanya Rusman dengan khawatirnya.
"Ibumu tadi terjatuh di dalam rumah. Lalu Bapakmu tadi membawa ibumu ke Balai pengobatan." jawab Pak Kumis.
Pembicaraan pun berakhir dari perkataan Pak Kumis sebelumnya. Rusman berlari mengejar ibunya tanpa menghiraukan keempat temannya. Dengan apa yang dibawa, keempat temannya pun mengejar Rusman yang berlari mengejar ibunya.
"Aduh terlalu cepat larinya Rusman, tidak akan terkejar oleh kita."ucap Ali.
"Betul Li, bagaimana kalo kita cari tumpangan?" usul Rahman.
"betul nih, mana berat lagi ikannya." ucap Sahal.
"Ya sudah kita, kita ambil arah kiri di pertigaan depan sana, biasanya ada delman." ucap Sahal.
Sambil berjalan mereka mengikuti jalan yang diusulkan oleh Hilman. Sebeloknya mereka disana, hanya ada satu delman yang sedang menunggu penumpang. Dan akirnya mereka menaiki delman itu tanpa menghiraukan ongkos yang mereka punya.
"Pak delman, tolong bawa kami ke Balai Pengobatan Pak!" ucap Ali tergesa gesa.
"Baik dek." ucap Pak delman menyetujui.
 Beberapa menit sembari menyusuri pepohonan dan perkebunan teh untuk menuju balai pengobatan. Dalam menyusuri hutan....
"Hal, kenapa kamu tidak cerita sejak awal awal, kalau ibu Rusman sedang sakit?" ucap Ali yang sedikit keheranan.
"Bukan begitu Li, sejak Aku tahu kalau ibu Rusman sedang sakit,aku hendak memberitahu kalian. Tapi, Rusman melarangku untuk memberi tahu kalian. Ia takut jika diberi tahu maka akan merepotkan kalian."  Ucap Sahal.
" Tapi kita ini sahabat bukan? Mengapa harus disembunyikan dari kita?"apa Rusman tidak percaya sama kita?" tanya Rahman.
" Aku sudah menjelaskannya sama seperti yang kamu tanyakan Man. Tapi kamu tahu sendiri kan, Rusman itu orangnya tidak mau menyusahkan orang lain." Ucap Sahal
"Ya sudah, nanti kita tanyakan saja langsung pada Rusman. Tapi aku percaya, Rusman memang benar benar tidak mau menyusahkan orang lain. Tapi meskipun begitu, itu masih kurang tepat karena dia masih punya sahabat. Ya untuk sekarang, lebih baik nanti kita beri penjelasanya pada Rusman. Karena melihat kondisinya sekarang pasti sangat sedih dan gelisah." Ucap Hilman
  Sebuah dusun yang sangat sederhana, penuh dengan orang orang dusun yang sedang mencari syari'at kesembuhan akan ujian yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Terlihat dari kejauhan, terdapat seseorang dengan topi merahnya dan seragam merah putih yang menjadi sebuah ciri khas pendidikan dasar di indonesia, sedang duduk menunduk di depan balai pengobatan sambil merenungkan nasib ibunya.
"Assalamualaikum." Ucap Ali, Hilman, Sahal, dan Rahman.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Rusman dengan senyum khas nya. Meskipun kenyataannya terbalik dengan apa yang dilakukannya.
"maaf ya, aku tadi langsung berlari meninggalkan kalian, aku tidak bisa mengontrol diri sendiri." Sambung Rusman.
   Rusman merupakan anak yang memiliki Sifat kepemimpinan, karena ia Mmemiliki karakter yang tidak mau merepotkan orang lain dan ciri khas dari Rusman yaitu ia selalu meminta maaf terlebih dahulu sebelum orang lain yang menanyakan akan kesalahannya.
"Rusman, kamu itu selalu saja seperti itu, belum saja kami tanyakan kamu sudah menjawabnya duluan" ucap Sahal sambil sedikit tertawa.
  Jawab Rusman dengan ekspresi wajahnya yang sedikit tersipu malu.
"Rus, bagaimana keadaan ibumu?" tanya Hilman.
"Alhamdulillah Hil, ibuku sudah lebih membaik dibandingkan sebelumnya." Ucap Rusman.
"Alhamdulillah." Semua kompak.
"Syukur kalau ibumu tidak kenapa kenapa. Tapi,boleh kita melihat keadaan ibumu di dalam?" tanya Ali.
" Ayo masuk saja, tidak apa apa ko."ajak Rusman.

KENYATAAN HIDUP.....


   Sejak kejadian hari itu, Mereka berlima mulai mencari pekerjaan untuk mencukupi keadaan keluarga mereka, terutama untuk Rusman yaitu sahabat mereka dari kecil. Setiap pulang sekolah ia selalu keluar Dari wilayah dusun untuk mencari pekerjaan meskipun bukan pekerjaan yang dilakukan untuk seukuran orang dewasa. Mereka bukan saja berdagang seperti biasanya, tetapi mereka mulai berdagang dengan Keluar dari wilayah dusunnya. Dan disamping berdagang, di hari libur sekolah,yaitu hari sabtu, mereka juga mengikuti pelatihan bela diri di pesantrenya yaitu pesantren Asyrofuddin Yang dipimpin langsung oleh Bapak KH Halim Maulana sekaligus bapak dari Hilman. Dan di hari minggunya, mereka bekerja disebuah bengkel dekat perkotaan.
"Dek, saya mau tambal ban nih." Seorang pengendara dengan tubuh besar dan helm yang berwarna pink.
"boleh pak, sebentar ya." Ucap Sahal
  Ujian Akhir Sekolah Dasar yang sebentar lagi bersilaturahmi menemui mereka, sebagai penentuan kelulusan sekolah dasar mereka menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu Sekolah Menengah Pertama. Mereka duduk dibangku kelas 6 SD. Yang setiap harinya dihiasi dengan kerja keras dalam mencukupi kehidupan kecil mereka.
   Lima ribu rupiah yang setiap harinya mereka dapatkan dalam melayani pengendara. Itu bukan hanya sebagai penghasilan semata, tetapi juga sebagai suatu kebanggaan bagi mereka karena seusia mereka, mereka bisa membantu penghasilan keluarga mereka.
" Li, gimana? Apa ada yang datang ke bengkel ?" tanya Sahal.
" Belum ada Hal. Dari tadi masih sepi nih." Jawab Ali dengan sedikit gelisah.
" UY SEMUAA.." ucap Rahman memotong pembicaraan Sahal dan Ali.
" Ada apa nih? Kenapa kenapa?" tanya Hilman.
"Aku dapet brosur nih, brosurnya tertera pertandingan robotik se kabupaten. Gimana? Mau ikut tidak?" tanya Rahman balik.
" Boleh tuh, apa saja persyaratannya?" tanya kembali Hilman.
" Disini ketentuannya, yang pertama untuk anak SD dan per team nya yaitu lima orang." Jawab Rahman.
" Wah...Pas. Ayo jangan sampai kita tertinggal. Lagian kita kan minimal sedikit sedikit tahu tentang mesin." Jawab Sahal.
" Iya betul tuh. Apakah ada hadiahnya?" tanya Rusman.
" Ya tentu ada Rus, disini hadiahnya selain kita mendapatkan sertifikat kita juga akan mendapatkan uang tunai sebesar 5 juta rupiah bagi juara harapan 1." Jawab Rahman.
" Wah lumayan tuh, mau dipakai apa jika kita mendapatkan juara harapan 1?" tanya Sahal.
"Bagaimana kalau kita pakai uangnya untuk membuka peluang usaha baru?" tanya balik Ali.
" Bagaimana jika kita pakai untuk membuat alat alat mekanika untuk pencegahan banjir dibagian bawah puncak Sokanawa. Aku khawatir melihat disekitarnya  yang selalu terendam  banjir, ingat tidak pengajian waktu itu? Bahwa sesuatu yang membuat allah senang itu yaitu Idhkolu surrur 'ala qolbi mu'minin atau memasukan kebahagiaan ke dalam hati sesama saudara mu'min." Jawab Hilman.
" Iya betul Hil. Boleh boleh tuh." Ucap Ali.
  Dan akhirnya semua pun menyetujui usul yang diberikan oleh Hilman.
Waktu semakin senja yang memaksa mereka untuk kembali ke halaman mereka masing masing. Sambil memikirkan apa yang akan mereka Persiapkan untuk perlombaan nanti.
" Jadi apa yang harus kita persiapkan?" tanya Sahal sembari menyusuri pepohonan yangenujukan arah pulang.
"mungkin nanti malam selepas mengaji kita obrolkan itu, sekarang Kita Bereskan dulu badan yang bau dengan oli ini haha." Jawab Ali dengan candaannya.
Semua pun tertawa dengan candaan Ali.
  Lantunan ayat ayat Al-qur'an disenandungkan dalam suasana malam yang terang dengan bulannya. Menambahkan Ketenangan  batiniyah dalam menghayati cahaya ilmu.
"Apa hukum bacaannya Li?" tanya ustadz selepas membaca surat al-waqiah.
"idzaa memiliki hukum tajwid yaitu mad thobi'i karena terdapat alif. Ciri mad thobi'i yaitu ada tiga, yang pertama alif untuk fatah,wau untuk damah dan ya untuk kasrah." Jawab Ali dengan tenangnya.
" Ajib Li.Ustadz berpesan pada kalian, jangan sampai kalian tidak membaca surat al-waqiah setiap malam. Karena jika kita rutin membaca surat Al-waqiah setiap malam, maka Allah akan menjauhkan kita dari kemiskinan. Baik, sekarang kita mengulang materi pelajaran kemarin. Apa itu tauhid?" tanya ustadz.
"tauhid itu ma'rifat  ustadz." Jawab Sahal.
"apa itu ma'rifat ?" tanya ustadz kembali.
"Ma'rifat itu Idrokun jazimun ustadz. Yaitu menemukan keyakinan yang pasti." Jawab Hilman.
  Hilman selalu memanggil abi nya dengan panggilan ustadz ketika berada di lingkungan ta'lim. Karena menghargai teman temannya yang memanggil abinya dengan gelar ustadz.
"Ajib Hil. Jadi, bagaimana kita bisa menemukan keyakinan yang pasti kalau tidak disertai dengan ilmu. Maka menuntut ilmu itu wajib anak anak. Hukum menuntut ilmu itu wajib . Dan wajibnya itu wajib 'ain. Meskipun ada lautan api,kita wajib menghadiri lingkungan ilmu atau ta'lim tersebut. Dan Definisi wajib itu apabila kita melaksanakannya kepada itu kewajiban,maka kita akan mendapatkan pahala. Begitupun sebaliknya, apabila kita tidak melaksanakan dan menyegerakan kepada itu perintah wajib, maka akan mendapatkan adzab atau siksa. Maka dari itu anak anak, bagaimana kita hendak menemukan keyakinan yang pasti jika hati kita ragu. Maka untuk menghilangkan rasa ragu tersebut kita harus menutupi rasa ragu tersebut dengan ilmu. Dan juga bukan hanya menumbuhkan keyakinan yang pasti saja tapi semakin terjaganya kita akan apa yang diperintah oleh Allah dan apa yang dilarang oleh Allah." Jelas ustadz dalam tausyahnya.
"Dengan kita berilmu, maka apa yang kita lakukan baik buruknya kita akan tahu. Mansalaka thoriqon yab taghi fiihi 'ilman sahhalallahulahu thoriiqon ilal jannah,fainnal malaaikata latado'u ajnihataha litholibil 'ilmu ridhon bimaa yasta'u. Barang siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga. Kenapa Allah memudahkan jalan menuju surga? Ya itu tadi, karena dengan kita berilmu maka apaun yang kita lakukan kita akan tahu salah dan benarnya sehingga kita akan terjaga dari berbagai bentuk maksiat. Dan ilmu itu, kita gunakan juga sebagai Indhkolu surrrur alal qolbi mu'minin. Memberikan kebahagiaan kepada orang lain dengan ilmu kita. Jadi, untuk pembahasan kali ini kita cukupkan sekian. Untuk besok jangan lupa ya Ali, Rusman, Sahal, Rahman dan Hilman. Besok jangan lupa kita latihan Tajimalela bersama Ka Rajib. Dia murid ustadz dan sekarang ia sedang sibuk melatih tajimalela di luar kota. Dan mulai besok, ia akan mulai mengajar kalian lagi." Ucap ustadz
"Baik ustadz." Jawab semua.

TERLAHIR SEBUAH HARAPAN...


   Sengatan surya pagi Menyejukan raga dan batiniyah setiap prang yang merasakan akan kehadirannya. Mereka bersiap siap untuk mengikuti pelatihan bela diri.
" Assalamualaikum semua. Bagaimana kabar kalian?" tanya Rajib.
"Alhamdulillah luar biasa Allahu Akbar." Jawab semua.
" baik, sudah lama kita tidak bertemu ya Hal." Ucap Rajib
" iya ka hehe." Jawab Sahal nyengir.
"terakhir kali melihat kalian itu ketika kalian kelas tiga SD, betul kan?" tanya Rajib kembali.
" Betul ka." Jawab Ali.
" Nah, mulai sekarang kaka akan mengajar kalian lagi. Ya semoga ga canggung ya haha." Candaan Rajib.
  Dengan mengulang gerakan gerakan dasar yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka sembari diuji dengan pertandingan satu lawan satu. Semua santri sekelas Ali sekawan ditandingkan satu lawan satu.
  Sejak pertama kali Ali dilatih tajimalela, sudah terlihat kemampuan bela dirinya lebih unggul dibandingkan dengan teman teman santri lainnya sehingga Ali menjadi salah satu murid yang dibanggakan oleh Rajib.
" Li, kamu semakin hebat saja sekarang." Ucap Rajib
" Ah biasa saja ka Rajib,mungkin karena Ali suka bekerja dibengkel, mengangkat mesin  jadi kuat deh." Ucap Ali dengan candanya.
Pukul sudah menunjukan puku 3 sore dimana santriyyin dan santriwati menyegerakan untuk mendirikan sembahyang ashar. Selepas mereka semua sembahyang ashar,
" Li, ka Rajib ingin tahu, apa sih cita-cita kamu?" tanyak Rajib ditera masjid sambil mendinginkan persendian.
"Cita-cita?" tanya balik Ali seraya tidak mengerti
" iya cita-cita, kamu harus punya cita cita Li, sudah besar nanti kamu punya tujuan apa untuk agama dan negara?" tanyak Rajib seraya memberikan penjelasan.
"eee....Ali masih bingung ka Rajib." Jawab Ali dengan singkat.
" Untuk sekarang tidak apa apa Li, kamu pikir pikir dari sekarang Li. Menurut ka Rajib, kamu punya bakat di seni bela diri. Kamu cocok untuk menjadi aparat pertahanan negara, intel, mentri pertahanan dan semacamnya. Tapi itu terserah kamu ingin menjadi apa. Yang penting kamu harus punya mimpi besar untuk agama dan negara kedepannya." Ucap Rajib.
"Baik Ka Rajib, Ali pikir pikir terlebih dahulu." Ucap Ali.
  Pelajaran tajimalela pun selesai dan mereka pulang ke halaman mereka masing masing. Perkataan Rajib tadi terbayang bayang disepanjang jalan pulang oleh Ali. Terbesit dalam nukleus hati yang paling dalam, Ali harus memberi apa untuk agama dan negara nanti.
  Kocoran keran yang mengalir di bawah gazebo tua, menggerakan genangan air kolam yang dipenuhi ikan ikan. Sahal yang sedang melamun membayangkan apa yang akan divuat untuk perlombaan robotik yang akan di ikutinya.
"Hal, nih gorengannya. Makan dulu gorengannya." Sapa Pak Idrus seraya mengacaukan lamunan Sahal.
"eh bapak...iya pak." Kenapa nak, bapak lihat kamu dari tadi melamun terus?" ucap Pak Idrus.
"oh ini pak, Sahal dengan teman yang lain ingin mengikuti lomba robotik tingkat kabupaten pak,tapi Sahal bingung mau buat apa untuk membuat alat pencegah banjir." Ucap Sahal.
" Pencegah banjir? Wah hebat anak Bapak. Bapak selalu dukung kamu nak.Dulu, kamu tuh seneng banget sama mainan Hal. Sampai sampai bapak buatkan kamu mainan dari bambu. Dan kamu seneng tuh memasangkan potongan potongan bambu yang bapak potong potongkan. Sekarang bapak mau bertanya sama kamu Hal." Ucap pak Idrus.
" Bertanya apa pak?" tanya Sahal.
"Apa sih cita cita kamu?" tanya Pak Idrus.
"eh apa ya?...Sahal masih bingung pak." Ucap Sahal.
Pak Idrus tertawa mendengar apa yang diucapkan oleh anaknya.
"Kenapa tertawa pak? Sahal kan memang belum mengerti apa itu cita-cita pak." Ucap Sahal.
" Nak, cita-cita itu impian yang kamu mulai dari keinginan terkecil sampai keinginan terbesar kamu. Dan yang terpaling penting apa keinginan kamu ketika besar nanti untuk agama dan negara? tidak harus sekarang nak kamu putuskan, kamu pikirkan saja dari sekarang ya nak." Ucap pak Idrus seraya membereskan hoe bekas gorengan.
  Hoe merupakan hasil anyaman kayu yang membentuk sebuah piring dan biasa digunakan untuk makanan sejenis gorengan gorengan.
" Baik pak, Sahal mulai sekarang ingin mencari cita-cita Sahal." Ucap Sahal Seraya menelan gorengan yang sudah digigitnya.
  Disamping Sahal, adapun Rahman yang mendapatkan perlakuan sama dari ibunya seperti halnya Sahal.
" Rahman, kamu sedang apa nak?" tanya ibu Fatmah.
Seorang ibu yang cukup tua, karena sudah memiliki 5 orang anak  salah satunya Rahman. Tapi,anak pertama dan juga anak keduanya meninggal dunia sewaktu di kandungan. Dan anak ketiga juga ke empatnya sedang merantau mencari pekerjaan ke kota.
"tidak bu, Rahman baru saja membersihkan pot tanaman ." Ucap Rahman.
"oh kirain ibu kamu sedang apa. Tapi kamu keliatannya sedang melamun gitu, ada apa?" Ucap ibu Fatmah.
"oh ini bu, Rahman seketika merindukan abang." Ucap Rahman.
" lah tumben nih kamu, ibu mendapat kabar dari pos di desa sebelah bahwa abang abangmu sekarang sudah mendapatkan pekerjaan man. Ya meskipun menjadi satpam di sebuah komplek perumahan. Kamu harus rajin belajarnya man, supaya kamu bisa jadi orang sukses lebih dari abang abangmu." Ucap Ibu Fatmah sembari mengusapi rambut Rahman.
" Iya bu, Rahman bakal berusaha terus." Ucap Rahman.
"Cita-cita mu apa nak?" tanya Ibu Fatmah.
"cita- cita? Rahman belum tahu bu. Tapi cita cita itu seperti kita sudah besar nanti ingin menjadi apa? Begitu kan bu?" tanya Rahman.
"iya betul man, mulai dari sekarang kamu cari apa cita cita kamu, kamu kejar cita citamu dan kamu harus bisa memberikan sesuatu yang berguna untuk agamamu dan negaramu man."
Rahman hanya mengangguk dan sedikit bingung akan apa cita citanya.
" Ya sudah, ibu masuk dulu ke dalam ya." Ucap Ibu Fatmah.
" Iya bu." Jawab Rahman singkat.
Begitupun sama halnya dengan Rusman dan  Hilman. Diwaktu yang sama Tuhan menyamakan skenario kehidupan mereka dengan Ali, Sahal dan Rahman di malam itu.
   Dengan sobekan kertas kertas kecil di meja Rusman, ibunya mencari Rusman dikamarnya. Tertuju pada lembaran kertas kuning kecil yang tertempel pada cover buku bergambarkan coretan coretan tak beraturan. Rusman pun membuka pintu kamarnya.
" ibu? Bukannya ibu tadi sudah tidur?" tanya Rusman.
Ibunya seketika menangis dan memeluk erat Rusman.
Ibu Faridah beserta Bapak Sutoyo, merupakan orang tua yang selalu bekerja keras bersama. Tidak pernah terlihat oleh tetangganya pertengkaran antara suami istri di dalam keluarganya. Yang saling menjaga meskipun sedang dalam keadaan sulit sekalipun.
" ada apa bu? Mengapa ibu menangis?" tanya Rusman.
" Ibu bangga padamu nak." Sembari memasangkan kedua telapak tangannya ke wajah Rusman.
" Ibu memangnya bangga bagaimana pada Rusman bu?" ucap Rusman sembari mengusap air mata ibunya.
"Tidak nak. Ibu tadi hanya melihat kertas kecil yang tertempel pada bukumu itu nak." Ucap Ibu Faridah sembari melihat buku yang ditujunya.
"oh ini, itu Cuma cita cita Rusman saja bu." Ucap Rahman dengan sedikit tertawa.
" Nak, sejak kapan terbayangkan cita cita itu pada lubuk hatimu?" tanya Ibu Faridah.
" Sudah lama bu, Rusman bercita cita seperti itu supaya Rusman lebih bisa menjaga ibu dan Bapak." Ucap Rusman.
" Terima kasih nak, hanya titip pesan ibu dan Bapak. Jadilah Ratu adil yang bijaksana, jangan semena mena dan jangan menindas yang kecil. Ibu yakin nak. Kamu anak yang sholeh dan baik. Mulailah dari sekarang untuk lebih dan terus memperbaiki sikapmu nak, hargai orang lain agar kamu juga bisa dihargai." Ucap Ibu Faridah dengan sisa isak tangisnya.
Malam itu, suasananya berubah menjadi suasana kesedihan. Disamping itu, Hilman yang tengah membersihkan majelis tiba tiba terpanggil dengan suara abinya yaitu yang biasa disebut KH. Halim Maulana.
" Hil, kemari nak. Abi ingin bicara." Ucap Ustadz Halim.
"iya bi." Sembari menghampiri ustadz Halim.
" apa kamu sudah mutola'ah kitab kemarin?" tanya Ustadz Halim.
"sudah bi." Jawab Hilman.
" baik jika sudah. Abi ingin ngobrol penting Hil." Ucap ustadz Halim.
" ngobrol apa bi?" tanya Hilman.
"Melihat abi yang sudah tua, umur abi sekarang sudah menginjak kepala enam. Abi mau kamu yang memegang dan mengurus pesantren nanti Hil." Ucap ustadz Halim
" iya bi. Hilman juga bercita cita ingin mensyiarkan agama Allah hingga meluas, karena Hilman melihat banyak orang terutama pemuda yang sukanya nongkrong dan main main ga pasti. Hilman ingin semua bisa merasakan nikmatnya iman bi. Agar kita bisa masuk kedalam surganya allah bersama sama." Ucap Hilman.
"Alhamdulillah Hil kalau begitu. Ya sudah lanjutkan lagi beres beresmu." Ucap ustadz Halim.
" iya bi." Ucap Hilman sembari melanjutkan pekerjaannya.
   Pagi subuh, waktu mempertemukan mereka dalam satu tempat yaitu majelis ilmu. Seperti biasa mereka mengaji dan melantunkan ayat ayat suci Al-qur'an dan kitab kuning hingga waktu menunjukan puku 7 pagi. Mengharuskan Untuk komitmen pada waktu yang ditentukan.
"Hil, apa cita cita mu?" tanya Sahal di teras majelis.
" Loh, tumben kamu bertanya seperti itu Hal. Kaya abi saja." Ucap Hilman.
" kamu juga ditanya Hil?" tanya Sahal.
"Kalian berdua ditanya juga?" sambung Rahman.
" Berarti bukan hanya aku saja." Ucap Rusman.
"ya, aku juga sama seperti kalian. Kita sama sama terpikirkan hal yang sama." Ucap Ali.
" Ya, kita sebentar lagi lulus SD. Kita juga kan ingin mengikuti lomba robotik. Ini merupakan langkah awal kita menuju cita cita kita. Eh, tapi tidak tahu sih apakah kalian menganggapnya sama denganku atau tidak hehe." Ucap Sahal.
"Apakah merangkai dan membuat mesin atau robotik dan juga semacamnya,merupakan cita-citamu Sahal?" tanya Ali.
" Iya Li. Dari kecil aku suka dengan mengutak atik barang. Kan kau tahu sendirilah Li." Ucap Sahal.
"kalau kamu Man?" tanya Ali.
" Aku? Aku ingin jadi Guru, aku ingin mencerdaskan bangsa dan negara Li. Melihat abang abangku, karena mereka kurang berpendidikan, mereka kesulitan dalam mencari pekerjaan. Dan sekarang Alhamdulillah meskipun mereka berdua bekerja sebagai Satpam di suatu komplek. Aku ingin bangsa ini bisa mendapat pendidikan yang baik." Ucap Rahman.
" Kamu memang pintar man, pertahankan juara kelasmu itu jika kamu ingin jadi Guru. Kalau kamu Hil?" tanya Ali.
" Aku ingin mati husnul khotimah Li. Yaitu salah satu meraih rahmat dan ridho Allah itu dengan mensyiarkan agama-Nya. Aku ingin meneruskan perjuangan abi Li." Ucap Hilman.
"Masya Allah Hil, kamu memang sudah cocok Hil untuk menjadi ajengan pondok. Kalau kamu Rus? Apakah kamu ingin jadi mentri?" ucap Ali.
" Aku ingin menjadi Presiden Li." Ucap Rusman.
 Semua kaget mendengar apa yang di ucapkan Rusman. Ternyata selama ini apa yang ia cita citakan itu bukan hanya menjadi orang yang duduk dibangku pemerintahan saja. Bukan  hanya itu, tapi apa yang ia cita-citakan lebih berat dari itu yaitu ia ingin menjadi pemimpin negara.
"Kamu ingin menjadi presiden Rus? tanya Ali kedua kalinya.
" ya Li. Aku serius. Kalau kamu sendiri apa Li?" tanya Rusman balik.
"Kalau aku ingin masuk kedalam aparat pemerintahan Rus. Aku ingin menjadi pimpinan tinggi di bidang pertahanan negara." Ucap Ali.
" Apapun yang kita cita-citakan semoga Allah kabulkan ya. Selagi itu bisa bermanfaat bagi agama dan Negara ini. Kita kabulkan apa yang menjadi cita-cita kita mulai dari sekarang. Betul dati apa kata Sahal, cita cita kita mungkin dimulai dengan ikhtiar mengikuti lomba Robotik itu. Kita kembangkan kemampuan kita untuk kepentingan umat." Ucap Hilman.
" ya aamiin. Ayo kita pasti bisa. Karena Sejuk dan dingin itu datang ketika malam tiba setelah panasnya matahari di siang hari." Ucap Rahman.
" Betul, jika kita ingin berhasil maka kita harus sulit terlebih dahulu." Ucap Rusman.
" Dan kita juga harus mencontoh pohon pisang. Pohon pisang tidak akan pernah mau tumbang ketika di tebang sebelum pohon pisang membuahkan pisangnya. Maksudnya, jika jangan pernah mau kalah dan menyerah sebelum kita memberi manfaat kepada orang banyak." Ucap Hilman.
  Mereka semangat dengan  membara dan berapi-api, dalam membuat dan merangkai cita-cita mereka. Yaitu dimulainya dengan mereka mengikuti sebuah kompetisi robotik yang merupakan langkah awal dari sebuah kesuksesan mereka.
Bulan semakin lama semakin berganti dengan bulan berikutnya. Bulan yang ditunggu tunggu dan hari yang sangat di ambisi. Sudah terlihat ditanggal yang dilingkari Rahman dalam kamarnya. Ia bersiap mengunjungi ke empat temannya untuk pergi menghadiri undangan kompetisi.
"Apa kamu sudah membawa alat-alatnya Hal?" tanya Hilman.
" Siap sudah. Semua sudah ku bawa, jadi tenang saja." Ucap Sahal.
  Mereka sudah bersiap siap dengan presentasinya, dengan alat dan bahan yang mereka punya, mereka menunjukan karyanya kepada orang orang. Kompetisi tersebut di ikuti oleh sekurangnya 50 tim dari berbagai daerah yang jumlah satu timnya yaitu 5 orang sehingga jumlah total peserta seluruhnya yaitu 250 orang peserta. Setelah beberapa lama menunggu giliran dalam mempresentasikan sebuah larya, akhirnya giliran mereka untuk mempertunjukan hasil karya yang mereka buat.
  Mereka menjelaskan ciptaannya berupa alat peredam banjir. Sahal menjelaskan dengan sejelas jelasnya. Mulai dari alat yang digunakan, biaya dan cara membuatnya, fungsi dan juga terapannya. Semua mereka bagi bagi  tugas dalam menjelaskan.
  "Dari semua karya yang telah ditunjukan oleh ade ade semua., membuat kita sebagai generasi muda bangsa bangga akan kemampuan dan keahlian kalian. Yaitu diseusia kalian, kalian mampu membuat suatu karya anak bangsa yang nantinya akan berguna bagi bangsa dan negara. Hari ini dan di waktu ini, kita akan mengumumkan pemenang nya. Siapa karya  diantara  kalian yang bisa memberikan manfaat bagi orang banyak." Ucap MC.
  Tidak lama setelah itu, MC memberikan pengumuman kejuaraan kepada mereka para peserta lomba robotik tingkat kabupaten. waktu belum saatnya memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan yaitu menjadi juara 1 lomba tersebut. Tapi tidak menjadi putus harapan bagi mereka, mereka tetap tidak putus asa.
"jangan putus asa teman-teman, mungkin ini belum rezeki kita." ucap Ali.
" aku sangat berharap, kita bisa menang dalam lomba ini. "Ucap Sahal.
   "Ya aku juga sama. Benar kata Ali ini belum rezeki kita tapi dengan hasil karya kita ini, kita masih bisa membantu orang sekitar kita. Karena tujuan utama kita bukan memenangkan lomba tetapi, kita bisa mensiarkan hasil karya kita yang bisa memberi manfaat kepada orang lain. "Ucap Hilman.
"Tidak apa-apa teman-teman, jangan patah semangat. Yang penting kita sudah berusaha dan berdoa. Masalah rezeki kita punya jalan lain."ucap Rahman sembari menyemangati.
   Dengan berlapang dada , mereka pulang dengan tidak membawa apa apa. Namun, itu bukanlah suatu masalah bagi mereka. Karena mereka yakin, ada rezeki lain di luar sana.

AWAL PENGIMPLEMENTASIAN DARI SEBUAH HARAPAN....


    Musim berganti dengan seiring waktu, 2 bulan setelah selesainya kompetisi robotik, mereka semakin memantapkan kan hasil karyanya meskipun diterjang musim badai Dan hujan.
   Mungkin, di situlah mereka mulai bisa memberi manfaat kepada orang lain dengan karyanya. Mesin yang mereka beri nama Aero respiratory, belum pernah mereka gunakan sebagaimana fungsinya yaitu meredamkan banjir.Untuk pertama kalinya mereka mempergunakan mesin yang mereka buat untuk meredamkan banjir. Dengan percaya diri, mereka membantu masyarakat di sekitar puncak Sokanawa untuk meredamkan banjir.
      Aero respiratory, mereka terbilang cukup cerdas, karena rata-rata hanya bagi orang dewasa atau remaja yang tahu akan kosakata kosakata ilmiah. Dan mereka bisa memberikan nama dengan kosakata kosakata ilmiah. Aero respiratory, alat yang dibuat dengan bahan sederhana yaitu selang air, kipas angin, dinamo, dan baterai juga menggunakan mesin karbo motor sebagai pemutar kipas angin. Dengan memiliki fungsi yaitu diantaranya sebagai sistem recycling dan respirasi atau penguapan. Seukuran anak seusia mereka, itu merupakan hal yang luar biasa.
   Uji coba mesin, mereka lakukan dengan berhati-hati. Kepala desa puncak Sokanawa sudah kebingungan menghadapi banjir yang selama ini selalu melanda desanya.
"Sahal, ini waktunya nya kita untuk menguji coba hasil karya kita. "Ucap Ali.
"Iya Li, waktunya kita untuk menguji mesin ini." Ucap Sahal.
    Secara sembunyi-sembunyi, mereka menyusuri banjir dengan rakit buatan yang disiapkan kan oleh desa untuk masyarakat yang hendak keluar dari banjir. Mereka berlima, mencari tempat terdalam banjir untuk meletakkan mesinnya agar air dapat menguap dan ter daur ulang yang secara menyeluruh meskipun tidak akan semua genangan banjir yang akan terkenai oleh mesin aero respiratory. Dan juga mereka aku tahu pasti apakah mesinnya akan bisa berfungsi secara baik.
"Li, mau kita letakkan di mana?" Ucap Rahman.
"Di sini saja kita letakkan mesin ini, aku yakin ini merupakan tempat terdalam air banjir. Lagipula, jika tidak salah di bawah rakit kita ada colokan besar." Ucap Ali sembari pemegang dayung rakit.
    Tiba-tiba, angin dan badai serta hujan semakin kencang. Saking kencangnya angin, membuat beberapa pepohonan di puncak Sokanawa untuk menutupi jalan di daerah perkawahan sokanawa.
Cuaca semakin memburuk, membuat air banjir semakin meluap.
"Angin semakin kencang, dan juga banjir semakin meluap. kita harus segera memasang mesin ini di 5 tempat terdalam." ucap Rusman.
"Hal, apakah kamu yakin dengan kita membuat 5 mesin ini dan menggunakan Selang alumunium bukan selang biasa akan berhasil tertembak ke atas?" tanya Hilman.
" Aku yakin Hil, karena aku pernah mencobanya walaupun menggunakan benda yang kecil. Tapi insya allah, aku yakin kita pasti berhasil." Ucap Sahal.
" Ya sudah. Kita pasang ke 5 mesin ini di lima titik terdalam."ucap Rusman.

" Tapi bagaimana cara agar kita bisa mengefektifkan waktu. Karena air semakin meluap dan orang orang akan terendam banjir." Ucap Rahman.
"Aku punya strategi, kita akan bagi bagi tugas. Bagaimana?" tanya Rusman.
" Bisa, pembagian bagaimana?" tanya Rahman.
" Aku dan Sahal akan menjadi operator mesin dan mencari titik titik yang menjadi tempat untuk menyimpan ini mesin. Sedangkan kamu Li, aku tahu fisikmu lebih kuat dibandingkan dengan kita kita. Jadi aku mau kamu yang mengevakuasi dan mencari orang orang yang butuh pertolongan, mungkin saja buruknya ada orang yang terendam dan tidak bisa berenang. Dan karena rakit kita hanya satu, jadi kamu harus berenang Li. Selagi belum datangnya ombak ataupun arus banjir. Apakah kamu siap Li?" tanya Rusman.
"Tentu aku siap pak ketua." jawa Ali dengan nada memuji cara Rusman memimpin.
" Baik Li kalau kamu siap. Dan Rahman serta Hilman, kalian mengawasi di pesisir genangan banjir agar jika mendapat informasi dan juga kita membutuhkan alat, maka kalian bisa langsung memberikannya kepada kami, juga ketika kalian melihat semburah air, maka kalian harus memberitahu orang orang agar tidak menyentuh air." Ucap Rusman.
" Wah hebat kamu Rus, baik baik kita akan lakukan." Ucap Rahman.
"Untuk mempersingkat waktu, ayo kita mulai sebelum badai semakin kencang." ucap Rusman.
     Mereka pergi dengan membawa amanah masing masing yang dikomandoi oleh Rusman. Ali dengan sigapnya berenang menyusuri daerah banjir untuk mencari orang yang membutuhkan pertolongan. Dan Hilman serta Rahman berenang ke tepian untuk mengawasi dan mencari informasi juga pertolongan jika darurat. Rusman dan Sahal terus mendayung rakit yang mereka tumpangi untuk mencari titik titik untuk diletakannya mesin mesin yang telah dibuat.
     Suasana semakin menegangkan karena situasi yang semakin memburuk membuat air yang meluap menyebabkan akses jalan untuk tranportasi tertutup. Terpaksa tim resque harus berjalan kaki dari gerbang desa Sokanawa.
    Ali yang sedang berenang melihat ke sebuah atap rumah terdapat seorang anak perempuan berusia sekitar 5 tahun sedang menangis memanggil manggil nama ibunya. Ali pun dengan sigap berenang menghampiri anak kecil itu.
"Kenapa dek? Kemana ibumu?" Tanya Ali.
"Ibu saya terjebak di ruang bawah, karena penutup pintu atapnya berkarat, jadi ibu tidak bisa membuka pintu nya."ucap Si anak perempuan itu sambil menangis.
"Lalu kenapa kamu bisa berada di atap? dan sudah berapa lama ibumu terjebak dibawah sana?" Tanya Ali kembali.
" Sebelum banjir semakin naik, saya memang sudah bermain disini dengan kucing saya kak. Dan ketika air semakin naik, ibu saya mencoba menghalangi air supaya tidak masuk ke bagian bawah rumah saya. Dan ibu menutup pintu atap agar air tidak mengenai saya." Jawab Si anak perempuan.
"Astaghfirullah, berarti sudah cukup lama!!" Ucap Ali dalam hatinya.
  Tangisan si anak perempuan itu semakin tidak terkontrol, membuat Ali semakin risau dengan keadaan yang sedang terjadi pada ibu si anak perempuan itu. Ali pun mencoba membobol besi pintu atap dengan genteng akan tetapi sulit karena genteng yang tidak kuat dengan kerasnya besi pada pintu atap.
Ali pun berusaha mencari ide untuk bisa membuka pintu atap rumah, dan akhirnya Ali menemukan sebuah linggis di bawah genteng-genteng yang tertumpuk. Dengan linggis di tangannya, Ali dengan sekuat tenaga membuka besi pintu atap rumah dengan linggis itu, dan pintu atap rumah berhasil terbuka. Ketika Ali masuk, Ali melihat ibu si anak perempuan tadi mengapung. Dengan sigapnya, Ali membopong si ibu dari anak perempuan tadi ke atap rumah tempat si anak perempuan tadi menangis. Tangisan si anak perempuan semakin tidak terbendung melihat ibunya terapung tidak sadarkan diri.
"Jangan khawatir dek, ibumu hanya pingsan. Sekarang kamu jaga ibumu disini ya, kakak ingin mencari bantuan dulu. Ngomong ngomong dimana bapakmu?" Tanya Ali.
" Bapak sedang keluar kota, karena ada pekerjaan." Jawab si anak perempuan.
   Ali dengan cepatnya berenang ke tepian untuk mencari pertolongan. Disamping Ali, Rusman dan Sahal yang sudah menemukan 5 titik, dengan cepat langsung memasukannya ke dalam air.
" Rus, ini titik terakhir, ayo kita masukan mesinnya." Ucap Sahal.
" Iya Hal, ayo kita masukan." Rusman mengiyakan ajakan Sahal.
      Mesin yang sedikit tenggelam dan hanya menyisakan selang alumunium itu dengan cepat menyemburkan air secara parabola dengan cukup jauh dan dengan mesin yang panas karena rotasi pada baterai dan dinamo dari kipas angin yang terbuat dari alumunium, membuat air panas dan perlahan melakukan respirasi. Dari 5 titik ini, mesin aero respiratory ini semuanya mendorong dengan semburan airnya yang membuat air membentuk sebuah arus yang tertuju pada sebuah kali agar banjir dapat reda.
   Melihat semburan air dari kejauhan, Hilman dan Rahman dengan cepat memberitahukan orang-orang yang berada ditepian untuk tidak menyentuh air banjir.
Hilman dan Rahman melihat seseorang mengapung dari kejauhan. Dan ternyata itu adalah Ali. Dengan cepat tim Hilman, Rahman dan tim resque menarik Ali dengan jaring karena melihat kondisi air yang tidak memungkinkan untuk di renangi.
"Li, Ali...bangun li!" Ucap Rahman dan Hilman.
  Ali berusaha terbangun dari pingsannya, karena ingin memint pertolongan untuk anak perempun yang ditemuinya tadi.
"Li, kamu sadar li?" Tanya Rahman dengan rasa heran.
   Disamping kegembiraan karena Ali yang sadar dari pingsanya, ada juga keanehan yang ia rasakan. Yaitu kenapa Ali bisa sadar, bukankah air sedang dalam keadaan tercapur oleh listrik?
Tim resque segera membawa Ali ke posco pengobatan. Sebelum Ali di bawa ke posco pengobatan, Ali sempat berkata " anak perempuan dan ibunya di ujung arah timur" sebelum akhirnya Ali tidak sadarkan diri lagi. Hilman dan Rahman memiliki pikiran yang sama, lalu kemudian Ilman dan Rohman memutuskan untuk berbagi tugas, yaitu Hilman akan mengikuti petunjuk yang diberikan Ali, sedangkan Rahman menjaga dan meneliti keadaan Ali.
  Hilman mencoba menyentuh air, namun tidak ada ada apa-apa yang dirasakan oleh Hilman, sama saja seperti menyentuh air biasa. Tanpa pikir panjang, Hilman dan beberapa tim resque llangsung pergi menaiki perahu karet menuju tempat yang dimaksud oleh Ali. Setelah beberapa lama berenang , Hilman menemukan anak perempuan yang sedang menangis sambil memeluk erat seorang wanita lagi, hanya saja lebih tua dari anak perempuan itu, tidak lain itu adalah ibunya.
   Dengan cepat Hilman dan Tim resque membawa ibu dan anak perempuannya ke posko pengobatan. Di samping Hilman, Rohman yang telah menganalisis apa yang terjadi pada Ali, berhipotesis bahwa tidak ada aliran listrik pada air dan kemungkinan mesin yang dibawa oleh Rusman dan Sahal mati. Setelah Rohman mengobati Ali dan datangnya Hilman setelah menolong seorang ibu bu dan anak perempuannya, Rohman dan Hilman lalu pergi  menghampiri Rusman dan sahal.
   Sembari melihat titik demi titik tempat mesin yang dipasang, ternyata daya untuk berfungsinya mesin kurang efektif karena tidak kuat dengan tekanan air banjir yang meluap sehingga menyebabkan kerusakan pada baterai kelima mesin Aero respiratory. Untungnya, Hilman dan Rohman datang bersama tim rescue sehingga memudahkan dalam menemukan solusi.
" Sahal, bagaimana? Apakah ada cara lain? Tanya Hilman.
Sahal  berpikir dengan keras. Tidak lama,
" cara satu satunya agar air ini mengalir, kita harus membuat parit untuk menambah aliran arus supaya cepat mereda." Ucap Sahal.
" hal. Apakah kamu bisa membuat dorongan dari semburannya semakin kuat?" tanya Rusman.
"Bisa, tapi kita butuh tenaga listrik lebih." Ucap Sahal.
  Usman yang sedang kelihatan resah dan bingung, berusaha mencari cara agar bisa mendapatkan sumber listrik lebih. Denagn meminta bantuan dari tim resque, akhirnya salah satu dari tim satgas memberikan usulan, bahwa mereka harus membawa kelima mesin itu untuk di kumpulkan pada satu titik yang sangat bermasalah. Akhirnya Rusman terinspirasi dari perkataan salah satu tim resque tadi,.
"pak, kemana inti arah arus banjir ini?apakah bergerak menuju sungai?" tanya Rusman pada salah satu tim resque tadi.
" Iya dek, arus ini mengalir ke satu arah yang nantinya menuju ke sungai." Ucap salah satu tim resque.
   Tanpa berpikir lama, Rusman dengan langsung memberi tahukan strategi kepada tim ressque yaitu dengan pembagian tugas. Dengan 5 tim resque yang menaiki kapal karet, mereka berangkat untuk mengumpulkan kelima mesin tersebut.
   Waktu yang semakin menggelap dengan senja, menyulitkan mereka untuk mencari tahu masalah utama yang menyebabkan air banjir tidak mengalir ke sungai. Sebuah hipotesis muncul. Apakah akibat sampah yang menumpuk?
   Tiga dari lima perahu karet, mencari sumber masalah pada saluran arus banjir. Sedangkan dua perahu karet lainnya mencari sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber listrik besar. Ketiga perahu itu tanpa sadar terjerumus pada arus kencang yang mengalir pada satu arah pembuangan. Dengan panik, mereka terpaksa mengontrol kemudi perahu karet yang ditumpangi agar tidak membalik. Hingga pada satu titik buntu, mereka menemukan banyak gundukan sampah antara parit irigasi sawah yang sudah tidak terpakai dengan perbatasan menuju sungai. Sehingga yang menyebabkan saluran tidak mengalir.
"deep deep." Bunyi telpon monotor salah satu petugas resque yang berdiam di posco.
"Pak, kami membutuhkan sumber listrik berupa kabel paniang. Apakah bisa?" bunyi dari telepon yang keluar dari petugas yang berjaga diposko tadi.
   Dengan setengah sadar, Ali mendengar obrolan bapak petugas posco itu, dan mencoba bangun untuk mencari sumber listrik. Ketika Ali diam diam keluar dari posko, terlihat rombongan para orangtua menghampiri posko yang ditempati Ali. Terlihat Gamis putih lengkap dengan sorban dan udeng udeng, membawa rombongan para orang tua. Dan mereka itu....
"Li, kamu tidak apa apa nak!" ucap pak Utsman sembari memeluknya erat.
   Pakaian batik berbaju pendek dengan topi anyam itu ternyata bapak Ustman. Dan rombongannya yaitu diantaranya KH Halim Maulana bapak dari Hilman, pak Sutoyo dan Ibu Farida orang tua dari Rusman, dan juga orang tua Sahal juga Rahman ikut dibelakang.
"kemana yang lain Li?" tanya Pak Ustadz.
"Ali juga kurang tahu pak Ustadz. Ali tadi tidak sadarkan diri di tengah banjir. Tap sekarangi Ali sudah siuman." Ucap Ali.
"Sekarang kamu mau kemana Li?"tanya pak Utsman.
"Ali ingin ke sana pak, Ali ingin membantu teman teman. Bapak percaya sama Ali, insya Allah Ali bisa jaga diri." Ali sembari meyakinkan Bapaknya.
   Dengan berlapang dada, Pak Utsman meridhokan Ali untuk membantu teman temannya.
"Li, jaga mereka ya." Ucap Ibu Farida dengan nada khawatir.
  Setelah medapatkan ridho dari para orang tua, Ali segera menyusul teman temannya dengan perahu karet yang sedang tidak dipakai di tepi. Sembari membawa Tali tambang, dan perkakas yang mudah dibawa dan kumpulan baju pelampung yang tertumpuk di perahu karet.
"Hal, bagaimana? Apakah mesinnya sudah diperbaiki?" tanya Rusman.
"Sudah dibetulkan Rus, hanya saja masih diperlukan sumber listrik yang besar agar mesin bisa membuat semur and yang kuat untuk mendorong sampah-sampah ini. Tapi, rencana keduanya,  kita harus mengandalkan mesin ini agar jalan air menuju sungai dapat berjalan lancar seperti semula." Ucap Sahal.
   Tidak lama, datang dua perahu karet yang tadi mencari sumber listrik. Dengan membawa kabel optik berukuran besar dan mesin Adaptor, dengan keterampilan Sahal, Sahal memasangkan satu persatu mesin itu dengan alat seadanya. Semua mesin siap untuk di semburkan.
" satuuuuu, duaaaa, tigaaa" mereka menyalakan kelima mesin yang dihubungkan dengan sumber listrik, sehingga menyemburkan semburan yang cukup besar.
  Ciaca yang semakin gelap dengan senja, kini menjadilebih gelap dengan mendung dan hujan badai yang semakin besar. Membuat semburan dari mesin terbelokkan oleh kiatnya arus banjir. Dari kejauhan, nampak alAli mendekat dengan perahu karetnya.
" Maaf pak sebelumnya, Ali tanpa izin memakai perahu karet ini. Karena Ali ingin ikut membantu teman teman saya. Untuk mengurangi  resiko kecelakaan, Ali membawa baju pelampung. Silakan pakai!" Ucap Ali.
   Melihat cuaca yang semakin memburuk, kyai haji alim Maulana mengajak para orang tua dan warga yang sedang mengungsi di posko untuk sama-sama ikut mendoakan keselamatan an para petugas resque dan dan juga keselamatan Ali beserta teman-temannya. Lantunan surat Al Fatihah dibacakan oleh semua orang yang berada di posko.
"Hal, kira-kira berapa radius ledakan yang diciptakan mesin ini?" tanya Rusman.
" Untuk satu  mesin, bisa menciptakan ledakan berkisaran 5 meter Rus. Tapi, karena lebar saluran ini cukup sempit, tidak mungkin kita meledakkan mesin ini." Ucap Sahal.
"Tidak apa apa, kita bisa ikatkan perahu karetnya ke yang di ujung sana." Ucap Ali semabri menunjuk batu yang berada cukup jauh dari tumpukan sampah.
   Akhirnya 5 orang petugas resque turun ke air yang berarus cukup kuat. Mengikatkan tali tambang yang di hawa oleh Ali setiap perahu karet yang sedang dibawa.Dengan tenaga yang seadanya, para petugas mengikat perahu karet ke batu besar sembari menariknya perlahan.
"mendekati tumpukan sampah itu? "Ucap Rohman.
"Biar aku dan Rusman yang membawa keempat mesin ini ke tumpukan sampah. Lalu kau tarik kami dengan tali tambang itu. Setelah kami berhasil naik kembali ke perahu, kau tumpah kan minyak tanah yang ada di perahu ke air lalu semburkan dengan satu mesin aero respiratory agar minyak tanah terdorong oleh semburan air menuju ke tumpukkan sampah." Ucap Hilman.
   Tanpa basa-basi lagi irman dan rusman membawa keempat mesin aero respiratory itu ke tumpukan sampah sembari diikatkannya tali tambang ke perut mereka.
" Tarik man!!" teriak Hilman.
   Rohman dan saham menarik tali tambang dan berhasil membawa kembali rusman dan hilman ke atas perahu.
"Cepat tuangkan minyak tanahnya!" ucap Rusman.
   Dengan cepat Sahal menuangkan minyak tanah itu ke air dan mengarahkan satu mesin aero respiratory itu ke minyak tanah yang dituangkan. Membuat gumpalan minyak tanah terbawa ke tumpukkan sampah.
   Disamping itu, para petugas  dan juga Ali menarik terus tali tambang yang mengikat perahu perahu mereka. Dan terlihat bahwa pertengahan tali tambang yang tersambung pada perahu yang ditumpangi Hilamn dan teman teman lainnya itu hendak putus. Dengan cepat, Ali melompat dari batu ke arus banjir dan berusaha berenang menghampiri tali yang hendak putus itu.
"DAPAT...!!" Ucap Ali.
   Beruntungnya, tali itu putus ketika Ali sudah memegang talinya.Dengan tangan kiri yang memegang tali yang menuju pada para petugas resque, dan tangan kanan yang memegang tali yang menuju pada perahu yang ditumpangi Hilman dan teman teman lain.
"Tolong ambilkan kain itu!" ucap Hilman sambil menunjuk ke kain kotor yang berada di perahu.
   Kemudian, Ilman melemparkan kain yang sudah dibakar oleh minyak tanah nah ke tumpukan sampah yang sudah terkontaminasi si oleh minyak tanah. Menyebabkan terjadinya ledakan dan kebakaran di air banjir. Membuat tumpukan sampah itu hangus terbakar dan membuka jalan air menuju sungai.
   Karena saluran yang tertutup sampah terbuka, membuat arus banjir semakin besar. Mereka berusaha menahan arus banjir itu. Tapi karena terlalu lama, ganasnya arus membawa mereka masuk ke tanjung yang menjadi perbatasan sungai.


GAGAL?? TIDAK APA APA TEMAN...


   Seperti biasa, pepohonan asri dan rindang, angin angin utara yang menyejukkan, menyempurnakan kehidupan sang makhluk bumi. Terasa seperti surga, surga dunia. Era modernisasi yang dulu sulit masuk ke dusun mereka, kini sudah mudah dalam pengaksesan informasi. Pendidikan kian membaik karena dusun sudah menjadi sorotan pemerinta kota.
   Tertempel robekan kertas koran pada madding Balai desa. Terdapat gambar sekumpulan anak anak dengan memegang suatu piagam penghargaan dari Pak gubernur.Menjadikan nama mereka besar atas kejadian 5 tahun kebelakang.
"Man, antar aku ke balai. Apakah kamu sibuk sekarang?" tanya Ali.
"Jadwal kuliah hari ini diliburkan Li. Ya, paling tetap saja dosen akan memberikan tugas sebagai pengganti hari libur." Ucap Rahman.
  Jalan kecil dekat majelis yang selalu mereka tempati setiap harinya membuahkan pertemuan bagi mereka berdua.
" Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh." Ucap Hilman, Sahal dan Rusman.
"waalaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh." Jawab Ali dan Rahman.
"Li? Bukannya sekarang kamu sedang pelatihan?" tanya Sahal.
"pihak sana membatalkan Hal, jadi besok mulai pelatihannya. Hari ini, aku juga hendak ke balai untuk meminta berkas berkas untuk besok." Ucap Ali.
" Oh begitu toh, ya semoga saja lancar untuk besok ya Li."ucap Sahal.
"Aamiin. Bagaimana dengan ujian praktikum mesinnya kemarin Hal? Dan juga Kamu Rus, Apakah lancar kampanye kemarin? Kalau pondok bagaimana keadaanya  Hil? Apakah Ustadz dan ka Rajib sehat semuanya? Santriyyin santriwaati semua?" tanya Ali.
" Alhamdulillah lancar Li, juga kampanye pemilihan ketua BEM Rusman aku juga ikut membantunya kemarin." Jawab Sahal mewakili Rusman.
"Kami baru saja dari pondok Li, dan Alhamdulillah semuanya sehat sehat Li. Oh iya Li, ada salam dari ka Rajib, mendengar kepulanganmu kemarin, kak Rajib menitipkan salamnya sebelum ia pergi ke rumah orang tuanya." Sambung Hilman.
" waalaikumussalam, aku jadi rindu kak Rajib hehe. Ya sudah, kalian hendak kemana sekarang?" tanya Ali.
" Kami juga hendak ke balai Li, jadi kita bersama saja le balai. Kami hendak meminta tanda tangan pak RW." Ucap Hilman.
"Oke kalau begitu." Ucap Rahman.
   Mereka bersama sama pergi ke balai untuk memenuhi tujuan mereka. Melihat ke madding, mengingatkan mereka pada suatu kejadian. Kejadian di 5 tahun kebelakang.
" kalian ingat tidak? Sebuah awal pengimplementasian dari sebuah harapan kita teman teman." Ucap Rusman sambil melihat madding balai.
"betul Hil, aku jadi rindu waktu dulu. Ketika kita menyusun mimpi mimpi kita haha." Canda Ali.
" Kita kembangkan mimpi kita dari sekarang, kota wujudkan mimpi mimpi itu teman teman." Ucap Rahman.
" Meskipun waktu itu kita gagal dalam membantu masalah banjir dengan penemuan kita, sekarang sebentar lagi, mimpi mimpi kita akan terwujud. Kita siapkan hadiah besar kita untuk agama dan Negara kita." Ucap Hilman.
" Ya pasti itu. Mesin ku juga sudah aku kembangkan lagi, kali ini akan lebih hebat. Bangsa dan negara akan melihat kita sebentar lagi." Ucap Sahal.
Koran lama penyentuh semangat, menyalakan kobaran api dalam hati sanubari mereka, terkokohkan pilar pilar diri mereka mengingat sejarah dulu. Dan sekarang, waktunya untuk sebuah pembuktian nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun