Saya rasa bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar masyarakat kita gemar menghina tanah kelahiran kita sendiri. Sadar atau tidak, kita memiliki kecenderungan untuk menjelek-jelekan pemerintah bahkan sebelum pemeritahan itu menyelesaikan 100 hari kerja mereka. Ini merupakan fenomena sosial yang tentu saja sudah mengakar dalam kehidupan bernegara. Bagaimana tidak? Sebagaian besar media di tanah air gemar mengumpulkan berita yang menggemparkan seperti halnya pengeboman, kekerasan yang dilakukan aparat, dan bahkan baru-baru ini terdapat sejumlah acara investigasi rahasia terhadap beberapa kasus. Terakhir, muncul berita menghebohkan soal makelar kasus.
Lalu dimanakah Indonesia yang saya sewaktu SD saya kenal sebagai negara gemah ripah dengan sumber daya melimpah dan pemerintahan adil dan makmur? Semuanya masih ada, meskipun seiring bertambahnya usia saya makin mengerti ada hal-hal yang telah berubah terlepas itu berkurang atau bertambah. Dan secara tak sengaja, selama beberapa waktu saya menjadi bagian dari masyarakat pesimistis yang menganggap bahwa apa saja yang pemerintah kerjakan belum cukup baik. Istilah populernya sih, "Ah, namanya juga Indonesia".
Namun hari ini saya harus katakan bahwa pesimistis kita haruslah segera berakhir, sebelum berubah menjadi penyakit yang menggerogoti tanah kelahiran kita sendiri. Saya rasa tidak ada yang mau hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif dan tidak konstruktif. Perlu disadari bahwa kekurangan pemerintah ada sesuatu yang alami, walau tidak bisa dibenarkan untuk terus melakukan kesalahan. Seperti sebuah keluarga besar yang terdiri dari ayah ibu adik paman keponakan dan saudara lainnya, pemerintahan terdiri dari sekelompok masyarakat yang besar dengan karakteristik yang beragam. Tentu sangat sulit bagi kepala negara untuk memilih ataupun mengangkat seseorang yang diaanggap memiliki kompetensi untuk membina masyarakat. Karena itulah diadakan pemilu yang mencangkup pemilihan wakil daerah: Pemda, bupati dan perangkat lainnya. Disinilah tugas kita untuk menentukan orang yang dapat mewakili kita. Jadi sebenarnya, kekurangan dan yang dikenal sebagai buruknya seorang pemimpin bisa disebabkan oleh ketidakpedulian kita saat memilih seorang pemimpin. Lihat, sebenarnya kita merupakan bagian dari kuman yang memperburuk kondisi bangsa. Pemerintah memberi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki kondisi kita, melalui jalur demokrasi. Sekarang terserah pada kita, bagaimana cara memanfaatkannya.
Terlepas dari berbagai kekurangan pemerintah dan Indonesia, dan terlepas dari berbagai berita buruk dan miring tentang pemerintahan kita (yang sebagian besar memang fakta, dan sebagian besar dilebih-lebihkan), kita harus bisa terus mengingat sisi-sisi positif tentang negeri ini. Hal ini akan menjaga kita untuk tetap membentuk nasionalisme dalam hati, yang kemudian dijadikan sumber tenaga untuk membantu membangun negeri, yang adalah tanggung jawab kita juga, bukan hanya pemerintah.
Baiklah jika kita melihat adanya keindahan dari menjadi warga Indonesia. Dan karenanya saya mengutip notes seorang teman tentang Indonesia (http://www.facebook.com/home.php?#!/notes.php?id=1068113758):
I LOVE INDONESIA because ...
1. "If you want to know if Islam, democracy, modernity and women's rights can coexist, go to Indonesia," Secretary of State Hillary Rodham Clinton
(said at a dinner of academics, journalists, environmentalists and women's rights advocates when she visited Jakarta last February 2009)
2. Indonesia has the BEST fried rice in the world! (Ok it doesn't mean I have tasted each fried rice in EVERY SINGLE COUNTRY IN THE WORLD, but from my 'experiments',fried rice abroad was tasteless and still less delicious compared to Indonesia's,we have this special-traditional-secret
-ingredient recipe I guess LOL)
3. We have many well-known Badminton players world wide!