Ku putar kembali Radio berkarat yang tersimpan di lemari. Frekuensi 100.1 FM lebih tepatnya. Terdengar Miss Lina mulai berkicau dalam suara nyaring. Aku tersenyum mendapati namaku disebut. Setelah menutup perbincangan telepon dengan penyiarnya.
"Selamat malam sahabat De Best Radio, Mbak Voni, Pak Amar, Marjuki, Mbak Darsi, Ca, Septi, Septa, Mbak Nining, dan yang lainnya," kata Miss Lina.
Sengaja aku memberi nama, Darsi. Nama yang sederhana, mengundang banyak tanya, siapa sosok Darsi? Banyak Story ku yang ku kirimkan. Seperti curhatan masalah kenakalan remaja, mendapat pacar yang posesif, dan rasa kesepian yang sering muncul di kepalaku. Semua isi kepala aku muntahkan dalam program acara De Best Radio, My Story.
Saat itu, aku kembali terusik pada perkenalan yang tidak disangka-sangka. Pada pertemuan jumpa Fans Radio De Best. Senyum tulus terpancar dari wajah Ca.
"Boleh minta nomor telepon mu, Darsi." Ca berkali-kali memohon.
Aku luluh dibuatnya. Dia mencatat nomor teleponku dari ponselnya. Diam-diam aku memperhatikan caranya bicara. Dari bibir tipis laki-laki asing yang baru ku kenal malam itu.
Di bawah langit yang dipenuhi bintang-bintang. Kami bercanda menghabiskan malam Minggu. Jauh dari panggung acara. Membawa bekal minuman air mineral, dan jajanan sederhana dalam dus kecil berwarna putih dari panitia.
Sepulang dari acara itu, kami sering bertukar kabar lewat pesan. Aku dan Ca sama-sama memiliki pasangan. Kami hanya bisa menjadi sahabat dekat. Seperti lagu Ahmad Dani. Teman Tapi Mesra (TTM).
Muncul ide di kepalaku untuk merencanakan dinner berempat. Makan bersama di lesehan Bakso Mas Kuri. Niat itu aku sampaikan pada pacarku, Mas Amar.Â
"Boleh, Mas juga ingin bertemu dengan sahabat Radio mu, De." Begitu setuju. Aku berjingkrak-jingkrak sambil mengapit lengan Mas Amar.