Marni membuka isi dompetnya yang tersisa selembar uang berwarna ungu. Melihat suaminya yang sudah berusaha bekerja keras, namun harus menunggu lima hari lagi baru mendapatkan gaji. Marni hanya bisa pasrah kepada sang Khalik.
Mungkin takdirnya tidak seberuntung orang lain. Marni tentu akan berusaha sabar. Diam lalu berdoa dalam hati. Semoga Allah memperlancar rezeki berupa uang untuk makan hari ini.
"Yang penting bapak berangkat saja dulu. Siapa tahu ada rezeki lain?" Marni menyuruh suaminya tetap semangat kerja.
Dino, suaminya berpikir keras. Bagaimana mendapatkan rezeki di tempat lain? Sambil menenun sarung. Dia mencoba membuat iklan rumah kontrakan dari ponselnya, siapa tahu ada yang goal? Dino juga seorang makelar.
Banyak yang menghubunginya namun hanya sekedar bertanya-tanya, belum ada yang serius ingin mengontrak. Dino tetap melayani, dengan membalas pesan yang ramah. Berulang-ulang kali Dino membalas pesan mereka. Tak apa-apa itu memang sudah menjadi keharusan.
Kemudian ada yang menelepon kepadanya.
"Mas, ada kos-kosan yang kosong. Saya orang Bandung, Mas. Tidak tahu lagi harus ke mana? Ini saja ada informasi dari Meta, iklan kosan yang bisa saya tempati di Pemalang. Ada nomor Masnya ini."
"Alhamdulillah, ada Pak. Posisi bapak sekarang di mana nanti saya ke sana?"
"Di depan Indomaret Comal. Saya bingung ini mau naik apa lagi ke tempat, Masnya. Saya bukan orang sini, niat kerja malah kena tipu orang. Percaya sama orang itu kalau kerja di sini gajinya lima juta. Eh, ternyata sudah transfer pendaftaran. Sampai sini nomor orangnya sudah tidak aktif lagi. Padahal ya, Mas. Saya sendiri nggak pernah nipu orang."
"Yang sabar, Pak. Bapak naik angkot saja nanti turun di lampu merah pasar Beji."