Dua puluh hari mengikuti parade cerita anak bertema Kearifan Lokal. Akhirnya, mampu saya ikuti hingga selesai. Menjadi peserta terpilih yang terbit gratis di penerbit Lovrinz itu sungguh membahagiakan.
Jika bukan karena mengikuti tantangan parade dua puluh hari ini. Saya mungkin akan kesulitan menyelesaikan buku solo kedua saya. Buku solo pertama dengan genre Romance and Thriller, juga sama ikut dalam parade. Hanya saja waktunya lebih panjang, yakni selama 30 hari.Â
Saya memang suka dengan tantangan menulis. Kesempatan untuk bisa membuat buku novel alhamdulillah tahun ini pun telah Allah lancarkan. Meskipun masih dalam proses penerbitan. Saya benar-benar menunggunya. Anak kedua yang akan lahir, dengan cerita yang lebih seru.Â
Cerita yang berlatar setting di Kota Semarang. Dengan nama tokoh Lala berusia sembilan tahun, dengan kedua sahabatnya Nana dan Yaya. Mereka masih sekolah dasar. Lala memiliki bakat menggambar. Dibuktikan saat ada tugas menggambar mendapatkan nilai yang lebih tinggi. Lala menjadi salah satu murid yang ikut dalam lomba menggambar.Â
Suatu ketika mendapatkan hadiah di hari ulang tahunnya dari sang Mama. Hadiah bola bekel. Permainan seru yang akan mengubah hidupnya.Â
Berikut saya menulis blur cerita anak berjudul, 'Kearifan Lokal, Permainan Bola Bekel' yang akan ditulis di belakang sampul buku.
Blur:
"Jangan pernah mengharapkan kemenangan, Lala. Kamu hanya perlu melakukan yang terbaik. Menggambar dengan hati." Mama Vera memberi nasehat.
"Iya, Ma. Lala akan berusaha melakukan sebaik mungkin. Dengan menggambar yang Lala bisa. Terima Kasih, Ma. Lala suka hadiah pemberian Mama. Bola bekel itu mengubah hidup Lala menjadi berwarna."
Menulis ini sampai harus bangun di tengah malam. Karena pagi akan berkutat kembali dalam pekerjaan rumah tangga. Menjaga anak di rumah. Kebahagiaan yang tidak bisa ditukar dengan uang. Menulis untuk sesuatu yang bermanfaat.