"Kau tahu Luwik, wanita itu selalu berpikir lamban," kata Sandi dengan menyembulkan asap rokok ke langit-langit atap.
Luwik mengalihkan pandangannya keluar jendela yang buram. Musim dingin membuat kaca sedikit berembun. Pria itu sudah memperingatkan Sandi untuk berhenti merokok.
Efek asap rokok yang terhirup dan masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan paru-parunya mengalami radang, bronchitis, pneumonia. Selain itu Dr. Frans pernah menjelaskan tentang bahaya dari zat nikotin yang menyebabkan kerusakan sel-sel dalam organ paru-paru yang bisa berakibat fatal bahkan ayahnya tewas karena mengidap penyakit kanker paru-paru. Oleh karena itu, sejak remaja Luwik sama sekali belum pernah mencobanya.
Namun, Sandi lebih memilih membahas obrolan lain.
"Belum tentu, San. Kau hanya membahas pikiran Larisa yang tak pernah sepemikiran denganmu. Atau selama ini kau sering menemui tipe_"
"Memang faktanya seperti itu, Luwik." Potong Sandi.
Pria berjanggut tipis menelan ludah. Meskipun Luwik belum pernah menjalin hubungan terikat cincin. dia sudah mempelajari kelemahan wanita dari beberapa buku koleksinya.
"Oke, tetapi sebelum itu. Kau harus tahu ini, San. Kebanyakan wanita membuat keputusan berdasarkan perasaan dan emosi terlebih dahulu, dan logika kemudian. Hal ini membuat keputusan-keputusan beberapa wanita menjadi terlihat tidak realistis."
"Sama saja, Luwik."
Sandi membenarkan opini Luwik semacam artikel segar di luar kepala yang pada intinya sama. Pertengkaran semalam dengan Larisa membuat Sandi memilih singgah di kediaman Luwik.
seperti yang sudah-sudah setiap menemui masalah, Sandi memilih kabur untuk menginap beberapa hari di kediaman Luwik.