Deva sahabatnya terkenal cuek pada perempuan lain namun dengan Ketty, dia sangat respek. Deva kapten basket di Sekolah Bakti Luhur sedangkan Ketty cuma perempuan pendiam yang tidak memiliki status jabatan seperti murid yang lain.
Pertemuan pertama kali mereka ketika berada di dalam sebuah Perpustakaan. Pria berkulit sawo matang dengan badan tegap selain hobi berolahraga dia juga suka membaca.Â
Ketty masih terngiang dengan ucapannya,
"Ket, kau tak perlu sembunyi di sini. Tak perlu minder dengan yang lainnya."
Deva begitu peduli padanya. Ketty sempat putus asa, menyendiri caranya untuk menghindar. Menurut Deva ia adalah gadis minder yang tak pandai bergaul tapi ia berusaha menyakinkan padanya.
"Kamu itu smart, jika kamu percaya dengan kemampuanmu. Aku akui namamu memang lucu, eh..maksudku namamu itu spesial jadi tak perlu malu."
Ketty tertawa mengingat kejadian itu.
Deva ternganga, "ada yang lucu?"
Ketty menggelengkan kepala. Nyaris saja dianggap gila oleh teman yang lain. Dengan Deva sahabatnya Ketty merasa nyaman.
"Dev, apa tawaku tadi terlalu keras?"
"Ya, memangnya kau menertawakan apa?" dia balik bertanya aku sedikit gugup untuk mengatakannya.